webnovel

Penjara Cinta Sang Presdir

[TAMAT] 21+ Harap bijak dalam membaca Vol 1* Haruna Azhar, gadis berusia tiga puluh tahun yang telah dikurung oleh seorang Presdir muda yang arogant. Saat pertama kali Haruna bertemu dengan sang Presdir, Haruna telah menyinggung perasaannya. Rupanya itu adalah awal penderitaan yang akan Haruna hadapi. Demi melindungi keluarganya, Haruna rela menjadi jaminan dan tinggal di rumah sang Presdir. Perlahan-lahan, sang Presdir mulai tertarik dan jatuh cinta. Apa Haruna bisa jatuh cinta pada Presdir? Di saat hatinya terus menerus terluka dan disakiti sang Presdir. Mungkinkah cinta dapat tumbuh di hatinya? Vol 2* vol2* Syahera telah membuka hatinya untuk Rendi. Namun, gadis itu tetap menolak ketika diajak menikah. Apa alasannya bisa diterima oleh Rendi? Di saat hubungannya dengan Rendi bermasalah, cinta pertamanya kembali hadir. Kenandra yang kehilangan ingatan, kembali dengan kenangan yang telah pulih. Ia kembali mengejar cinta Syahera. Siapa yang akan dipilih oleh Syasya untuk menjadi pendamping hidup? Simak ceritanya lengkapnya, masih di sini. Follow Instagram penulis @seka.r214 Facebook Sekar Laveina

Sekar_Laveina_6611 · Urban
Not enough ratings
392 Chs

Kiara hilang

Haruna dan Vivi memasak bersama untuk makan malam nanti. Sore itu, Anggi hanya duduk melamun memikirkan nasib keluarga mereka. 

"Ma, Papa minta maaf. Papa tidak tahu, kenapa jadi seperti ini. Papa minta maaf, Ma." Kamal menangis di samping istrinya, Anggi. Untuk pertama kalinya Kamal menangis. Ia merasa telah gagal melindungi keluarganya. Kamal merasa bahwa dirinya telah menghancurkan keluarga bahagia mereka selama ini. 

Haruna dan Vivi yang mendengar tangisan sang ayah pun ikut meneteskan air mata. Vivi memeluk Haruna dan terisak dalam dekapannya. Haruna mengelus rambut dan punggung Vivi. Kiara menjadi murung melihat Haruna dan Vivi yang menangis. Kiara menoleh ke arah Kamal dan Anggi yang juga sedang menangis.

"Maaf, gara-gara Kia di sini, semuanya jadi sedih. Kia pergi saja ke makam Mama Mila." Kiara bergumam sedih di dalam hatinya. Kiara pikir, mereka semua mendapat masalah karena mengurus Kiara. Kiara pergi diam-diam dari rumah Haruna. 

***

Di kantor 'Izham Corporation' Christian masih berkutat di depan laptopnya. Ia melirik jam tangan yang menunjukkan jam tujuh malam.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

Chris menutup laptopnya dan duduk bersandar. Seseorang membuka pintu dengan perlahan lalu mengintip ke dalam ruangan kantor Chris. Tristan mengintip untuk melihat, apakah ada kakek atau ayahnya di dalam ruangan Chris.

"Mereka tidak ada. Masuklah!" Chris tahu apa yang membuat Tristan takut untuk langsung masuk. Chris menatap tajam ke arah Tristan dengan tangan bersedekap. Seharian ini Tristan tidak ada di kantor ditambah adanya laporan bahwa Tristan tiba-tiba membeli sebuah Bank swasta tanpa membicarakannya terlebih dulu dengan Chris. 

"Sudah malam, Kakak belum pulang?" tanya Tristan berbasa-basi.

"Kamu pikir aku belum pulang karena siapa? Kemana saja? Dan kenapa ada laporan kalau kamu membeli Bank swasta. Untuk apa?" 

"Kakak ini bawelnya melebihi kakek dan ayah. Kita main biliard yuk!"

"Jangan mengalihkan pembicaraan! Jawab!"

"Kak, aku membeli Bank itu dengan uangku, bukan uang perusahaan. Kenapa Kakak harus marah."

"Kamu pikir karena itu uangmu jadi aku tidak berhak tahu? Baik! Ke kedepannya jangan lagi membicarakan apapun denganku!" Chris pergi meninggalkan Tristan di dalam ruangannya. Chris sebenarnya sudah lelah mengatur Tristan yang selalu bertindak semaunya. Namun, amanat dari orang tuanya agar menjaga Tristan membuat Chris harus tetap mengawasinya. Chris pergi ke parkiran, sopirnya sudah membukakan pintu mobil untuknya. Chris pulang ke rumah dengan perasaan kesal.

"Dasar sok alim. Dia selalu saja mencari muka agar disayang kakek dan ayah. Dia pikir dia siapa? Ini hidupku, untuk apa aku harus meminta izin atau persetujuan jika ingin melakukan sesuatu." Tristan menggerutu setelah Chris pergi dari ruangan itu. Tristan pun keluar dari ruangan Chris dan memutuskan untuk pulang. Sudah tiga tahun Tristan tinggal terpisah dari rumah keluarga Izham. Tristan membeli sebuah rumah mewah dan tinggal sendiri di sana.

Tristan ingin hidup bebas, dan jika dia tinggal bersama orangtuanya dan Chris, ia tidak bisa bersenang-senang. Tristan selalu membawa wanita penghibur pulang ke rumahnya. Tristan selalu berganti pacar setiap minggu, dan mereka tidak pernah protes saat Tristan bosan dan memutuskan mereka. Wanita yang menjadi pacar Tristan biasanya adalah wanita materialistis, jadi Tristan hanya memberikan mereka uang saat ingin putus.

Kelakuan Tristan berubah semenjak kelas tiga SMA. Tristan pernah mencintai seorang gadis bernama Stevi yang saat itu telah tiga tahun menjadi pacarnya. Tristan melamar Stevi setelah lulus SMA. Tristan melamar Stevi untuk menjadi tunangannya, tetapi Tristan ditolak oleh Stevi dengan alasan, Stevi ingin mengejar karir sambil kuliah. Tristan dan Stevi putus. Rasa sakit hati membuat Tristan yang dulu sangat lembut dan setia pada pasangan, berubah menjadi playboy yang terkesan dingin dan kurang ajar.

Sepanjang perjalanan, Tristan melamun. Setiap kali ia teringat penolakan Stevi, ia menjadi emosional dan membutuhkan wanita malam untuk menghiburnya. 

"Pak, ke klub malam yang biasa ya," ucap Tristan pada sopirnya.

"Baik, Tuan."

Dalam perjalanan tidak sengaja matanya menangkap sosok anak kecil yang tidak asing. Tristan melihat anak kecil itu berjalan sendirian di trotoar. Tristan mencoba mengingat dimana ia pernah melihat anak kecil itu. Bayangan dalam ingatannya adalah di Bank.

"Gadis kecil itu, aku ingat. Dia putrinya Haruna." Tristan lalu menyuruh sopirnya berhenti di depan anak kecil itu. Tristan turun dan menghampiri Kiara.

Kiara gemetar ketakutan saat Tristan menghadang jalannya. Kiara terpaku menatap Tristan.

"Hai, gadis kecil. Siapa namamu?"

Kiara mundur selangkah demi selangkah hingga ia tersandung kerikil dan terjatuh. Tristan mendekati Kiara dan berjongkok di depan Kiara sambil mengulurkan tangannya.

"Tidak perlu takut. Kamu putrinya Haruna, kan?"

Kiara hanya mengangguk tanpa meraih tangan Tristan. Tristan tersenyum dan mencoba memegang pundak Kiara, tetapi Kiara beringsut ke belakang.

"Om, temannya Mama kamu. Ayo! Om antar kamu pulang!"

"Kia gak mau pulang. Gara-gara Kia, Mama, Tante, Nenek dan Kakek jadi sedih. Kia gak mau pulang."

"Oh, rupanya anak ini kabur dari rumah. Pantas saja dia berjalan sendirian," gumam Tristan di dalam hati. Tristan tersenyum misterius, entah apa yang ada di dalam pikiran Tristan.

"Kalau begitu, Kia ikut Om saja, bagaimana?"

Kiara berpikir sejenak sebelum akhirnya memegang tangan Tristan dan mengangguk setuju. Tristan tersenyum lalu menggendong Kiara dan membawanya masuk ke dalam mobil.

"Pak, tidak jadi ke klub malam. Kita pulang saja."

"Baik, Tuan."

***

Di rumah Kamal, Haruna sedang berkeliling mencari Kiara di dalam rumah.

"Sedang apa, Kak? Dari tadi mondar-mandir terus," ucap Vivi.

"Kiara. Kamu lihat Kiara? Kakak tidak menemukan Kiara dimanapun."

"Vie juga belum lihat Kiara."

"Haruna, ada apa?" tanya Anggi.

"Kiara hilang, Ma. Kiara tidak ada di rumah." Haruna mengusap wajahnya dengan perasaan cemas.

"Kamu tenang dulu, sayang. Siapa tahu saja, Kia main di luar," ucap Anggi mencoba menenangkan Haruna.

Haruna mengambil ponselnya dan berlari keluar mencari Kiara. Vivi mengejar Haruna dan membantunya mencari Kiara. Vivi menanyakan pada tetangga di sekitar rumahnya. Sedangkan Haruna menyusuri jalan menuju rumah Mila. Haruna khawatir jika Kiara pergi ke rumah almarhum Mila sendirian. Haruna melihat jam di ponselnya, jam delapan malam. Awalnya Haruna akan mengajak Kiara makan malam, tetapi Kiara tidak ada di kamar. Haruna sangat cemas memikirkan Kiara.

Haruna berpikir macam-macam tentang Kiara. Bagaimana kalau ada yang menculik Kiara? Pertanyaan itu terus berputar dalam pikiran Haruna. Semakin malam, ia semakin cemas. Ia sudah menanyakan pada setiap orang yang ditemuinya di jalan, tetapi masih belum menemukan Kiara. Haruna sudah sangat menyayangi Kiara, ia tidak mau kalau sampai kehilangan Kiara.