webnovel

Bertemu

Seorang laki-laki tampan dengan dagu sedikit tertarik ke atas. Membuat laki-laki manis itu terlihat sangat manis dengan alis hitam tebal miliknya. Dan bibir seksi menggoda. Rambut hitamnya tertata sangat rapi. Dia berdiri menatap pemandangan luar kantor miliknya di balik dinding kaca.

Dia memikirkan seorang anita yang menolongnya kemarin. Ia merasakan sentuhan tangannya sama persis dengan seseorang yang di kenalnya. Merasa sangat sekali rindu dengan sosok itu. Membuat pikirannya tak bisa terkintrol lagi. 

Tap.. Tap.. Tap.

Suara hentakan kaki tidak membuat dirinya beranjak dari tempatnya berdiri. Adrian, mengerutkan keningnya. Mendengarkan jelas langkah kaki siapa yang berjalan ke arahnya. 

"Selamat pagi," suara lembut siang wanita membuat Adrian menoleh seketika. 

Pandangan matanya berkeliaran, dari ujung kaki hingga kepala, hingga ujung kakinya  tubuh seksi seorang gadis di depannya. Membuat pandangan matanya tidak berhenti berkedip. 

Baju seksi menunjukan bahu dan punggungnya hang terlihat mulus. Kulit putihnya terlihat terekpose bebas. Dengan gaun panjang di atas lutut. Tidak kalah lagi, paha putihnya terlihat jelas di pandangan mata.

Sepatu hitam tinggi menghiasi kaki jenjangnya wanita itu. Laki-laki itu tertegun sejenak, memikirkan siapa wanita di depannya. Beberapa detik kemudian. Ia langsung teringat wanita itu ternyata adalah sahabatnya yang sudah lama tidak pernah bertemu semenjak ia lulus sekolah SMA.

Saat dia mulai mengingat siapa wanita itu. Seketika dia tersenyum tipis. Menatap wajah cantik di depannya. Gaun yang terlihat sangat elegan. Yang apa dengan kulit dan membuat wajahnya terlihat berkilau cantik.

"Pagi juga, nona cantik." jawab Adrian, sembari tersenyum ramah. "Ternyata kamu tambah cantik, ya sekarang?" Adrian menyambut kedatangan Audy dengan sebuah pelukan sambil mencium pipi kanan dan kiri Audy.

Adrian adalah seorang bos besar. Dia ahli waris pertama dari perusahaan Xin Group. Banyak wanita cantik yang selalu menggodanya untuk menjadi pasangan hidupnya. Namun tidak ada satu wanita yang bisa memikat hatinya sampai sekarang. Ia hanya mengira semua wanita hanya menginginkan hartanya bukan hati adrian. Sejak putus dengan kekasihnya dia tidak pernah jatuh cinta lagi dengan seorang wanita. Di dalam hatinya hanya ada satu nama yang selalu di ingat dalam fikirannya. iIa bersahabat karib dengan seoarang wanita bernama audy tidak hanya cantik.ia juga sekaligus desainer terkenal di kota New York. Usahanya berkembang pesat di landon dan sampai ke penjuru asia.

Di usainya yang muda, dia sangat di gemari para wanita dan sukses dalam berbagai bidang usaha yang di jalaninya dalam usia muda.

"Kamu juga sekarang lebih tampan dari pada waktu SMA." Goda Audy. Tersenyum tipis. Mencoba menyentuh kerah Adrian.  

"Dulu kamu tampil culun dengan kacamatan bulatmu" Lanjutnya. Senyuman tipis terlihat lebih menggoda. 

"Kaju selalu ahlinya dalam menggoda laki-laki" kata Adrian. 

"Oya.. Maaf! Maaf! lama tidak jumpa apa sekarang kamu sudah punya pasangan?" kata Audy kembali menggodanya dengan senyum manisnya.

Adrian tertawa mendengar ucapan Audy.

"Apa kamu lupa, aku sudah pernah bilang ke kamu dulu waktu SMA, aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi. Karna semua wanita hanya menginginkan hartaku. Kecuali satu wanita itu yang pernah mengisi hatiku dialah cinta pertamaku." gumam Adrian. Raut wajahnya berubah seketika. Saat dia mulai teringat dengan masa lakunya. 

"Emm… Sudah lupain masalah itu Lebih baik bahas topik lain Dari pada kamu bahas soal pasangan. Sekarang kamu duduk dulu kita ngobrol tentang topik lain saja. Kita sudah lama tidak pernah jumpa sebaiknya kamu ceritain usahamu sekarang" ucap Adrian. Mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia meraih tangan pucat Audy. Dan menuntun wanita itu untuk duduk di sofa.  

"Adrian… Kenapa kamu tidak mau cari pacar lagi? Padahal masih banyak wanita yang benae-benar tulus mencintai kamu." Audy. Mendekatkan duduknya. Menatap ke dua mata Adrian. 

"Siapa?" tanya Adrian dengan nada sedikit tak percaya.

"Aku." jawab Audy lantang. Seketika Adrian mengerutkan keningnya. Laku tertawa terbahak-bahak. 

"Hahaha… Apa kamu sehat?" tanya Adrian. Mengecek suhu kening Audy. 

"Adrian… Aku serius." rengek Audy. Menguntupkan bibirnya kesal. Sembari memegang tangannya. Meletakkan tangan adrian di atas pahanya. 

"Aku benar-benar mencintai kamu." Audy terlihat begitu percaya diri. Ia memegang wajah Adrian. Mengusap pipinya lembut. 

"Audy… Aku tidak suka kamu bercanda." gumam Adrian. Mengusap ujung kepala Audy. Sembari mengacak-acak rambut perlahan. Membuatnya sedikit berantakan. 

"Adrian.. Rambutku berantakan." gerutu Audy. 

"lagian kamu jangan bercanda berlebihan."

"Siapa juga yang bercanda." gumam Audy. 

"Udah, lupakan yang tadi." lanjutnya kesal. 

"Harusnya wanita secantik kamu sudah punya kekasih, kan?" tanya Adrian. 

Audy menghela napasnya. Mengerutkan bibirnya. "Boro-boro punya pacar. Teman laki-laki saja cuma kamu."

"Tidak mungkin, dan aku tidak percaya itu." ucap Adrian. 

"Ya, memang itulah kenyataannya. Aku hanya punya satu sahabat yang selalu memperhatikanku setiap waktu. Dan selaku tahu jika aku sibuk bekerja." gumam Audy. Menatap ke depan. Lalu tertunduk, raut wajahnya berubah seketika. 

***

Dengan santainya mereka berdua saling berbincang satu sama lain, bercerita pengalaman dan usaha mereka masing masing. Mereka berbicara Dengan topik yang berbeda Tidak terasa hingga hampir 2 jam berbincang. Audy melihat jam tangan berwarna emas di pergelangan tangan kanannya. Tidak ada pembicaraan serius lagi di antara mereka. 

Hanya saling bercanda bergurau bersama. Sembari menikmati teh hangat. Audy segera beranjak berdiri dari tempat ia duduk. Dan mulai berpamitan pulang lebih dulu.

"Kayaknya sudah siang, aku pergi dulu ada urusan yang belum aku selesaikan di kantor. Lain kali aku akan datang lagi bertemu sahabatku yang tampan ini" kata Audy, memeluk pundak Adrian dengan tangan kanannya. Menariknya, merekatkan pada tubuhnya. Membuat laki-laki itu tersipu malu di buatnya.

"Baiklah! Kalau ada waktu luang aku akan berkunjung ke tempatmu. Sekarang aku antarkan kamu sampai ke depan kantor" ucap Adrian.

"Baiklah tuan Adrian, tapi aku kasih merindukan kamu. Hmmm… sebenarnya aku mau lebih lama lagi. Tapi, pekerjaan memisahkan kita lagi. " kata Audy dengan senyum manisnya yang selalu menggoda Adrian.

"Kalau kamu masih mau di sini. Aku tidak masalah. Kantor ini selalu terbuka untuk kamu," kata Adrian, seketika membuat Audy tersenyum simpul.

"Hah… Aku sangat menginginkannya." gumam Audy. Menekuk wajahnya, seakan dia bersedih tidak bisa terlalu lama.

"Tapi aku masih ada urusan. Lain waktu aku akan seharian di sini. Boleh kan?" kata Audy. Wajah sedih itu berubah, penuh dengan senyuman. Audy menarik ke dua alisnya ke atas bersamaan. 

"Pasti boleh," tegas Adrian. mengusap ujung kepala Audy. 

"Sekarang aku antarkan kamu sampai" depan." lanjut Adrian.

"Emm.. Baik," jawab antusias Audy.

Audy terdiam sejenak memuaskan dirinya menatap wajah tampan Adrian. Sebelum dia mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Adrian. Sedangkan Adrian berjalan di belakang Audy dengan kedua tangan di masukan kedalam saku celananya. 

Tubuh tegap, dan pendangan lurus ke depan. membuat dia sangat berwibawa. Tatapannya terlihat sangat tajam, membuat beberapa pegawai takut saat melihatnya berjalan di samping mereka. Bahkan ada yang langsung menghindar di saat laki-laki itu keluar dari kantornya. 

Pesona tampannya itu tidak menghalangi kegalakannya. Meski terlihat galak, dingin, dan angkuh. Laki-laki itu masih di kagumi para wanita. Semua pegawai dari sudut ruangan menatap ke arah adrian dan Audy. Sebagian dari karyawannya melihat    Mereka seperti pasangan yang sangat serasi satunya gadis yang sangat cantik sedangkan si pria sangat tampan. Mereka terus berjalan menuju ke luar kantor megah milik Adrian. Terlihat salah satu karyawan berjalan melewati adrian dan Audy.

"Siang tuan," sapa pegawai itu dengan menundukan kepala ke arah Adrian. Menghormati sang boss.

"Siang juga," jawab Adrian dengan senyum yang membuat semua wanita terkagum melihatnya. Ia terus berjalan hingga sampai teras kantor.

"Baiklah sampai disini saja, sopir aku sudah ada di depan sana" kata Audy menatap mata Adrian dengan menujuk ke arah mobilnya terpakir.

Dengan tangan yang masih di dalam saku celananya dan badan berdiri tegap di depan kantornya.

"Baik hati-hati. Sampai jumpa lagi," ucap adrian tersenyum ke arah Audy.