webnovel

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
89 Chs

Bab 31. Pulang Sangiang

Karena jarak antara pulau besarnya (Sumbawa) dengan Pulau Sangiang tak begitu jauh, tak butuh waktu lama kapal merah yang ditumpangi sudah sampai di dermaga pulau tersebut yang terletak di bagian selatan pulau bergunung tunggal itu.

Saat turun dari kapal, La Mudu dan seluruh pemuda calon anggota pajuri-nya La Afi Sangia dikumpulkan di pesisir pantai. Ada sekitar 200 ratusan pemuda yang bersama La Mudu saat itu. Lalu seorang pajuri yang bertubuh tinggi hitam datang menyambut kedatangan ratusan calon anggota pajuri baru tersebut. Pajuri itu mungkin berusia sekitar lima puluhan tahun, tetapi masih terlihat gagah dengan ciri khas wajah anak buahnya La Afi Sangia yang sangar dan angkuh. Ia dikawal oleh empat pajuri yang usianya jauh lebih muda darinya. Hal tersebut menunjukkan, bahwa laki-laki itu adalah seorang pajuri yang sudah tinggi kedudukan.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com