webnovel

Beri Aku Lima Menit

"Lepaskan ! apa yang kamu lakukan?". Ana berusaha untuk lepas namun dia tidak punya kekuatan untuk mengalahkan tubuh Alvin yang tinggi dan berotot.

"Beri aku lima menit setelah itu aku akan pergi". Bisik Alvin dengan suara lembut. Mendengar permintaan Alvin, Ana langsung mematung, dan merasakan aliran darahnya membeku, pikirannya kosong dan perlahan dia menikmati aroma harum dari tubuh Alvin.

Lima menit kemudian Alvin melepaskannya dan pergi, namun dia berhenti setelah dua langkah dan berbalik ke arah Ana yang masih diam mematung lalu berjalan ke arah Ana dan mencium keningnya.

"Terimakasih untuk malam ini, masuk dan istirahatlah!". seru Alvin dengan senyum kemenangan dan merasa lucu melihat ekspresi Ana yang memerah.

"Jangan temui aku lagi!". ucapan Ana menghentikan langkah Alvin yang baru saja berbalik.

"Apa maksudmu?". Alvin berbalik sambil bertanya. Ekspresi Ana menjadi gelap. 

"Alvin Mahendra bukankah kamu paham Agama? kenapa kamu berani memeluk dan menciumku, apakah kamu sudah terpengaruh pergaulan barat sewaktu kamu kuliah dulu? kamu harus ingat kita sudah bukan suami istri, tidakkah kamu ingat sudah menceraikanku? ".

"Aku memang jauh dari Agama semenjak berada di Inggris dan jauh dari wanita yang aku cintai. Tapi seingatku kalau aku tidak pernah menceraikanmu, Tolong.. ".

"Omong kosong apa yang ingin kamu buat hah..? apa kamu tidak mau mengakuinya? kamu terlalu naif Alvin, kamu egois". Ana menyeringai ke arah Alvin sambil berteriak, Sejujurnya hati Ana sedang menjerit menyadari sikap buruknya pada Alvin, 

"Silahkan maki aku sepuasmu, setelah itu ayo kita kembali bersama lagi, karena bagiku kamu masih istriku". ucap Alvin dengan suara yang lantang.

Ana tersenyum pahit.

"Mudah sekali kamu bilang begitu? maaf karena kita tidak akan pernah bisa kembali lagi, jadi buang angan-angan mustahil itu!". 

Setelah mengatakan itu Ana berbalik, namun yang tidak disangkanya, Alvin berlutut sambil menunduk dan mendongak menatap Ana dengan ekspresi yang rumit dan disertai air mata yang mengalir di pipinya.

"Sayang maafkan aku, tolong maafkan aku, aku bisa menjelaskan semuanya, tidak bisakah kamu memberikan aku kesempatan? Aku tau hatimu sakit karena kehilangan anak kita. Jika memang itu karena Aku maka aku persilahkan kamu memaki dan memukulku". Mendengar perkataan Alvin, air mata Ana mengalir deras tanpa suara. Tanpa berbalik menatap Alvin yang berlutut Ana berkata.

"Pulanglah, aku ingin istirahat". Setelah mengatakan itu Ana masuk dan mengunci pintunya, di balik pintu Ana merosot ke lantai, hatinya sesak, air matanya terus mengalir, dia benar-benar merasa tersiksa dengan perasaan benci dan cinta yang dia rasakan pada Alvin. Sedang Alvin bangun dan menatap pintu Ana, sambil menyeka air matanya, dia berbalik dan menuju mobil nya.

Sesaat kemudian Mobil Alvin pergi meninggalkan kos Ana.

Sepanjang perjalanannya Alvin bergumam dalam hatinya. "Ana aku tau kalau aku bukan lelaki baik, aku tidak seperti lelaki delapan tahun yang lalu, tanganku sudah kotor oleh darah, mungkin aku tidak pantas buatmu, tapi yang aku tau kalau cintaku luar biasa buatmu, oleh karena itu aku harus membawamu kembali ke pelukanku agar aku bisa menemukan kembali jalan yang baik itu dan bisa menjadi suami yang soleh yang akan senantiasa membahagiakanmu".

Pagi selanjutnya

"Pagi kak". sapa Eza yang sedang menikmati sarapan bersama Zian. 

Alvin menjepit alisnya menatap heran kearah Eza yang sedang sarapan dengan menggunakan piyamanya. "Kenapa kamu sarapan disini?". Tanya Alvin sembari berjalan menghampiri meja makan. 

"Aku tidur disini menjaga Zian, jam berapa kamu pulang semalam kak?". kata Eza Sambil mengunyah makanannya. 

"jam satu". jawab Alvin sambil duduk di dekat Zian. Setelah itu Alvin menatap Zian yang sedang mengunyah makanan dengan tenang.

"Apa kamu sudah berdo'a sebelum makan?". tanya Alvin pada Ziana. Zian mengangguk sambil mengunyah makanan nya. 

Sedang Eza yang mendengar Alvin pulang jam satu nampak curiga.

"Dia berangkat jam 10 malam tapi pulang jam 1 agak mencurigakan. Apakah yang terjadi sama dia dengan Mba Ana? Aku rasa pasti ada yang terjadi kalau melihat sikapnya yang lembut pagi ini sih. Kemungkinan besar mereka sudah balikan Hehe..". Setelah bergelut dengan pikirannya, Eza menatap ke arah dua orang yang lagi ngobrol.

"Kak kenapa aku melihat tampilan kasih sayang antara ayah dan anak ya? sumpah kalian itu seperti keluar dari cetakan yang sama".

"Karena aku pamannya". jawab Alvin dengan santai.

Semua orang juga tau kalau Zian Memang lebih mirip Alvin daripada orang tua kandung nya. Alvin pun melirik kearah Zian kembali dan untuk kesekian kali nya, dia memperhatikan cara makan dan ketenangan serta raut wajah Zian, dia juga berfikir memiliki perasaan yang rumit saat pertama melihat Zian, dan tidak dipungkiri kalau sebenarnya dia memiliki pendapat yang sama dengan Eza dan yang lain nya.

Setelah sarapan Alvin berangkat kerja dan Eza mengikutinya dari belakang. Seperti biasa Alvin akan mampir dulu ke kampus namun dia harus menelan kekecewaan karena dia tidak bisa melihat Ana. Yang benar adalah Ana yang memperhatikannya dari balik jendela ruangan nya. 

"Alvin kamu melakukanya lagi. Aku rasa usahamu sia-sia. Apakah perkataanku semalam tidak cukup jelas?". Gumam Ana. 

Sedangkan mobil Eza sudah sampai di depan gedung Star Entertainment. Eza keluar dari Lamborghininya dengan kaki panjang dibalut setelan jas mahal berwarna biru tua, rambut pirangnya tampak disisir rapi ke belakang, bola matanya yang biru dipadukan dengan wajah yang menarik, dia tampil bersinar dan berwibawa. 

Don menyambutnya di depan pintu gedung, dan mendampingi nya untuk masuk ke ruangan nya.