webnovel

Pelangi Sebelum Hujan

"Kania, dengarkan aku!! kalaupun kita tidak bisa bersatu di dunia, aku akan menunggumu di surga!!" Kania Wijaya. Gadis cantik pecinta pelangi, putri dari konglomerat ternama Surya Wijaya. Menjalani kehidupan yang mewah. Begitu juga dengan kedua sahabatnya Sonya dan Tania. Ketiga gadis cantik ini terlahir untuk menjadi pewaris perusahaan terkenal. Persahabatan mereka begitu kuat, tak ada satupun yang dapat memisahkan mereka. Akan tetapi roda berputar begitu cepat. Kania harus kehilangan semuanya. Keluarga, sahabat, hartanya, bahkan seseorang yang sangat dia cintai, yaitu Miko. Jeremico Leven, seorang pria berdarah Belanda, yang menjadi kapten basket di sekolah. Namun ketulusan cinta dari seseorang yang selama ini tak pernah ia anggap dan ia benci, William Agler menyelamatkan semuanya. Begitu banyak rintangan dan cobaan menerpanya. Akankah Kania bisa melewati perjalanan hidupnya?? Simak terus kisahnya di Pelangi Sebelum Hujan.

Rieshika · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
396 Chs

25. Pembalasan Diego

Bola basket itu memantul-mantul tak terarah. Ia mendekap lagi, dan memantulkannya lagi. Memasukkan ke ring, kemudian memantulkannya lagi. Pikirannya kacau. Rasa cinta itu begitu dalam, sampai-sampai bagaimanapun caranya ia ingin menaklukkan hati wanita yang ia cintai. Panasnya terik matahari tak ia hiraukan sama sekali, kali ini hatinya lah yang lebih memanas. Bagaikan api yang membara.

Hampir satu jam Diego hanya bermain-main dengan bola basketnya itu. Kebetulan dua jam terakhir sebelum pulang adalah jam kosong, karena guru mata pelajaran tersebut sedang berhalangan hadir. Diego masih memikirkan bagaimana cara untuk membalas mereka semua yang sudah mengalahkannya waktu lalu.

Sampai akhirnya ia menemukan sebuah ide untuk membalaskan dendamnya ke Kania karena penolakan yang memalukan itu. Ia mengumpulkan semua temannya untuk menjalankan aksi ini.

Teet...teet...

Bel tanda sekolah telah usai, sudah berbunyi. Semua murid berberes untuk pulang.

"Soy, gue ke toilet dulu ya!!" kata Kania.

"Oke Kan. Jangan lama-lama gue tungguin!!!" jawab Sonya.

Kania beranjak pergi ke toilet, ia sama sekali tidak menyangka hari ini adalah hari pembalasan Diego kepadanya. Sedari masuk sekolah Kania sudah merasa cemas lantaran Miko tidak masuk sekolah. Ia merasa bersalah kepada Miko. Yang menggangu benaknya hanyalah bayangan Miko saja dan rasa bersalahnya kepada Miko.

Setelah dari toilet beberapa murid pria mendatanginya, "Kan, Sonya nyuruh lu ke gudang tuh!!!"

"Sonya?? ngapain ke gudang??" tanya Kania penasaran.

"Nggak tau, gue cuma di suruh aja!!" jawab murid itu.

Tanpa curiga sedikitpun, Kania pergi ke gudang. Awalnya ia sempat bingung kenapa Sonya ada di gudang, tapi dia tetap positif thinking. 'Ah mungkin guru menyuruh Sonya ngambil sesuatu di gudang!!.'

Dengan santai Kania berjalan ke arah gudang. Ia beranggapan Sonya butuh bantuannya agar cepat selesai dan bergegas pulang. Gudang sekolah berada di paling ujung belakang gedung sekolah. Terhimpit oleh beberapa ruangan yang memang jarang di datangi yaitu tepatnya di belakang aula sekolah. Aula sekolah di datangi jika hanya ada acara-acara penting saja.

Sesampainya di depan gudang Kania sempat curiga karena keadaan sangatlah sepi. Tapi pintu gudang yang biasa tertutup kali ini terbuka lebar.

"Soy, Sonya!! lu dimana?? lu ngapain sih ke gudang??" teriak Kania di depan pintu gudang.

Tiba-tiba seseorang mendorong Kania dengan kencang. Seketika Kania terlempar ke gudang itu, dan pintumya langsung tertutup.

"Hei, siapa kalian??? buka pintunya!!!" Kania menggedor-gedor pintu gudang. Tapi ternyata pintu itu terkunci dari luar.

"Kalian yang di luar, buka pintunya!!!" Kania berteriak kencang.

"Kania, Kania. Percuma kamu teriak. Nggak akan ada yang dengar!!"

Kania terkejut dengan suara itu, ia spontan membalikkan badannya.

"Diego???"

"Apa kabar Kania. Kekasih Diego!!" kata Diego yang keluar dari tumpukan barang terbengkalai sembari menghampiri Kania yang ketakutan.

"Jangan mendekat, pergi!!! ponsel, ponsel gue mana??" Kania mencari ponselnya di sakunya. Tapi ponselnya tidak ditemukan.

"Kamu cari ini???" kata Diego sembari memperlihatkan ponsel Kania sembari menekan power off dan akhirnya ponsel Kania mati.

"Kok bisa ponsel gue ada di elu??" tanya Kania kebingungan.

"Kania, Kania. Masih inget kan sama cowok yang nyuruh lu datang ke gudang. Gue tinggal bayar dia buat ngambil ponsel lu tanpa sepengetahuan lu!!!" jawab Diego sembari tertawa bahagia.

"Brengsek lu!!!" kata Kania kesal.

Sudah hampir setengah jam Kania tidak kembali dari toilet. Sonya dan Tania mulai resah.

"Tan, lu telfon Kania gih!!! kok dia belum balik sih!!!" perintah Sonya.

"Bentar gue telfon dulu!!!" jawab Tania sembari menelfon Kania beberpa kali tapi ponselnya tidak aktif.

"Nggak aktif Soy!!, gimana nih??" kata Tania.

"Nggak aktif?? tumben?? Coba gue cek tasnya!!" Sonya mencoba untuk mengecek tas Kania barang kali ponselnya tertinggal di tas, tetapi tidak ditemukan.

"Ponsel Kania juga nggak ada di tasnya!!!" kata Sonya sembari menggigit ujung jarinya karenan kebingungan.

"Dimana Kania???" tanya Willy kepada Tania dan Sonya.

"Itu dia, tadi dia bilang mau ke toilet. Tapi sampai sekarang nggak balik" jawab Sonya.

"Ponselnya juga nggak aktif!!!" tambah Tania.

"Diego!!!" Willy mengepalkan tangannya dan menghantamkannya ke bangku. Seketika Willy berlari untuk mencari Kania.

"Diego???" Tania dan Sonya berfikir keras tentang ucapan Willy.

"Haaahhh... Diego???." Seketika Sonya dan Tania berteriak dengan saling bertatap muka. Ia sadar Kania dalam bahaya karena ancaman Diego. Mereka berdua pun segera berlari mencari Kania ke semua ruangan yang ada di sekolah.

"Kania!!! Kania lu dmana???"

"Kania!!!"

Mereka mencari Kania dari ruang satu ke ruangan lainnya, membuka ruangan-ruangan yang sudah mulai tertutup. Tania berlari kesana kemari, tiba-tiba,

Braakk....

"Aww...!!!."

Tania terjatuh karena telah menabrak seseorang.

"Tania?? lu nggak papa kan??" kata Revan sembari menolong Tania untuk bangun.

"Revan?? gue nggak papa kok!!" jawab Tania.

"Lagian lu kenapa sih lari-lari??" tanya Satria.

"Gue nyari Kania. Kania ilang!!!" jawab Tania Panik.

"Bentar-bentar, lu ngomong pelan-pelan. Kania ilang maksudnya gimana??" tanya Revan penasaran.

"Iya Kania ilang. Tadi dia bilang mau ke toilet. Tapi nggak balik-balik. Ponselnya juga nggak aktif. Willy bilang ini ulah Diego!!" terang Tania.

"Diego???" kata mereka bertiga serentak.

"Dalam keadaan kayak gini, Miko malah nggak ada?" sahut Sendy.

"Yaudah kita bantu cari Kania!!" kata Revan.

Akhirnya Revan, Satria dan Sendy bersama-sama mencari Kania. Mereka tak pernah menyangka bahwa Kania ada di gudang sekolah, karena tempat itu memang benar-benar jarang di datangi kecuali penjaga sekolah saat patroli di malam hari.

"Jangan macam-macam Diego??" kata Kania mengancam.

Diego melangkah ke arah Kania perlahan-lahan sembari memasang wajah penuh amarah. Diego, lelaki tampan ini sebenarnya jika mau mendapatkan wanita lain merekapun tak akan menolak, karena kekayaan, ketampanan dan kepopulerannya tidak akan membuat wanita lain berkata tidak, kecuali Kania.

Diego tidak pernah mendapatkan jawaban 'tidak' dalam misinya. Untuk itu sampai sekarang ia masih menyimpan dendam pada Kania karena jawaban tidak yang terlontar dari mulut Kania. Hal itu membuat Diego merasa malu, ia merasa harga dirinya jatuh dan terinjak-injak, sebagai ketua genk yang paling ditakuti di sekolah ia merasa reputasinya hancur karena Kania. Hal ini membuat Diego tidak akan pernah melepaskan Kania begitu saja. Bagaimanapun caranya ia harus membalas perbuatan Kania.

"Diego berhenti!! Jangan mendekat!! Please. Lu bisa cari cewek yang lebih dari gue. Lebih cantik, lebih tajir, dan lebih segalanya dari gue. Kenapa harus gue???" papar Kania. Tak terasa air matanya mulai mengalir, ia mulai ketakutan melihat Diego penuh amarah dan tak terkendali.

Diego terus saja melangkah mendekati Kania. Sementara Kania berjalan mundur selangkah demi selangkah.