webnovel

Maling

Charma menghunuskan tombak putih bermotif burung Phoenix. Dia menunjuk sebuah tebing yang tidak jauh darinya saat menjelaskan sesuatu kepada Kimansu.

"Kalau kemampuan dope hanya mampu mengontrol elemen di organ tubuh, maka kemampuan kinesis mampu mengontrol elemen di sekitar kita," ucap Charma sebelum memejamkan matanya. Bibirnya pun bergerak-gerak saat mengucapkan sebuah mantera.

Tiba-tiba -tiba -tiba angin berhembus kencang. Kimansu jadi gelagapan saat pertama kalinya di dunia ini dia melihat bahwa sihir bukanlah mitos. Dengan mata dan kepalanya sendiri, dia melihat tombak Charma mengeluarkan api berwarna putih.

"Lihat ini baik-baik ... huufftt ... Firelance!!!!"

Api di tombak itu semakin berkobar. Api putih itu pun meluncur 500 meter jauhnya seperti serangan k*m*hameha.

WUZZZZ!!!!

BLARRRR!!!!

Dalam satu kali serangan, tebing besar itu langsung berlubang.

Lubang besar yang mungkin bisa dimasuki truk.

"Kereeeen!!!" Kimansu terharu sampai menangis. Setelah setahun lamanya di dunia ini, kisah hidupnya akhirya mirip novel isekai betulan

"Hahahaha! Bagaimana? Itu baru yang namanya overpowered!" Si Charma menegur Kimansu yang masih tercengang. Dia meletakan tombak di punggungnya dan menepuk pundak Kimansu. "Aku dulu pernah bilang aku tidak bisa memberimu kekuatan apa-apa, bukan?"

Kimansu terhenyak. Dia balas bertanya, "Apa kamu akan menarik kata-katamu?"

Si Charma bergeleng.

"Bukan, aku memang tidak bisa memberimu apa-apa karena aku miskin. Tapi aku bisa mencurinya untukmu."

Sekali lagi Kimansu terhenyak. Dia langsung mengamati seluruh gear yang Charma miliki.

"Jangan bilang White Phenix Gear itu barang curian."

"Iya. Aku mencurinya dari dewa dari dunia lain."

Charma sama sekali tidak menunjukan wajah bersalah saat mengucapkannya. Dia justru terkekeh seakan pencurian itu prestasi besar. Kimansu jadi bingung apa dia harus merasa beruntung atau sial berkawan dengan si pembuat onar itu. Namun dia singkirkan perasaan itu jauh-jauh karena dia sendiri sudah terlanjur jadi partner in crime.

"Terus, bagaimana nasib pahlawan yang gear-nya kamu curi?"

"Aku diam-diam menggantinya dengan itu." Si Charma menunjuk celana kolor warna pink yang Kimansu kenakan. "Itu artifax dewa yang paling murah. Aku beli banyak di toko online. Mumpung obralan. Aku menukar White Phoenix Gear ini dengan kolor itu yang warna kuning."

Sekarang Kimansu jadi bingung mau tertawa atau jengkel. Dia bersyukur ada pahlawan lain yang bernasib sama seperti dirinya.

"Tombak ini dahsyat loh. Kamu mau mencobanya?" Charma tiba-tiba menyodorkan tombak kebanggaannya.

"Serius!? Apa aku bisa memakainya?"

"Jangan salah, aku sudah mengotak-atik tombak ini pakai MOD. Jadi aku bisa mengaturnya agar bisa kamu gunakan. Coba cek berapa besar attack power yang tadi aku gunakan."

"Okay!"

PIP!

[Charma: Superkolero max + Firelance activated: Attack x 24]

[Charma's Attack Power : 10500 menjadi 252000]

"Buset!!! Seperempat juta!?? Dan ini attack power-mu di limit pertama saja!?"

"Iya. Aku setting batasanku jadi tiga level. Tiap level dikali dua."

Si Charma benar-benar gila. Kekuatan di limit pertama saja bisa dengan mudahnya menghancurkan satu resimen pasukan. Kimansu jadi menyesal tidak dari dulu-dulu saja dia bertemu orang itu.

"Coba saja, jangan malu-malu. Kamu pasti menginginkannya, bukan?" kata Charma saat menyerahkan tombaknya.

Kimansu menerimanya dengan mata berbinar-binar. Sudah dari dulu dia menginginkan kemampuan sihir seperti di novel-novel isekai. Dia sudah capek harus sering mendapat luka-luka dari hasil latihan atau quest-quest-nya. Dia juga ingin pertarungannya tinggal nunjuk-nunjuk dari jarak jauh seperti MC-MC lain.

Kuda-kuda terpasang. Kimansu meniru cara Charma saat melayangkan serangan. Dia melapalkan matera Kolero dan Firelance bersamaan."

"Freelance!!!"

Tidak terjadi apa-apa.

"Kamu salah mantera."

*Oh, maaf ... ehem, Firelance!!!"

PUFF!!!

Sebuah dahan pohon pun terbakar sebagian dari jarak 50 meter.

"Loh, kok cuma segitu?" kata si Charma.

Dengan terpaksa Kimansu memberi tahu alasannya.

PIP!

[Kolero (lvl2) + Firelance (lvl2) activated! Base attack x 4]

[Kimansu attack power: 235 x 4 = 940]

"Pffttt ... segitu saja attack power limit pertamamu? Tidak sampai seribu, hahahaha!"

"Jangan membandingkanku dengan status curangmu!" Kimansu jengkel. "Aku juga sudah setting jadi tiga level sepertimu. Tapi hanya sampai segitu saja kemampuanku."

"Hmm ..  sepertinya kamu harus segera memahami BOT dan MOD. Tunjukan padaku kekuatan aslimu."

Si Charma ternyata tak berpikir panjang untuk membantunya. Tanpa pikir panjang pula Kimansu menunjukan hasilnya setahun latihan.

"Limit off!"

Angin berhembus kencang. Tanah bergetar dan mendung tebal menghiasi langit. Kimansu langsung mempengaruhi kondisi alam saat batasan kekuatannya dia lepaskan. Setelah menyelesaikan prosesnya, gantian Charma yang menunjukan wajah kaget.

"Kimansu, kamu tidak sadar kamu itu immortal!?"