webnovel

one of one

"Untuk apa indah tapi tak tergapai?" "Well hanya naga yang bisa menjamahnya." Mendengar jawaban Long Jin, Na Ra tidak menyadari ada makna tersirat disana. "Tapi, aku tidak ingin jadi seperti bulan, meski indah dan dipuja banyak orang dia tetap sendirian." *** "Apakah kau tahu, darah lebih kental daripada air? Semua orang bisa memiliki kekayaan dan pengaruh yang sama besar dengan keluarga Dan.. Namun tidak semua orang bisa memiliki darah keluarga Dan yang mengalir dalam dirinya." "Kau boleh mengambil darahku, jika kau terobsesi dengannya." "Anak-anak kita... di dalam tubuh mereka akan mengalir darah yang sama, berasal dari tetesan yang sama, dan menjadi segumpal daging yang mendiami rahim yang sama."

Talmina_Halim · Urbain
Pas assez d’évaluations
12 Chs

Kediaman Dan (2)

Na Ra amat menderita dengan semua perlakuan dan cumbuan Bai Long Jin padanya. Semalaman Na Ra tidak bisa tertidur, dia bahkan tidak sanggup menggerakkan beberapa bagian tubuhnya karena Jin mengunci pergerakannya. Hanya siulan angin dan gemericik air terjun di kolam ikan yang menjadi musik pengisi kekosongan malam.

Kulitnya terpapar udara dinginnya malam, kamar gelap yang hanya dihiasi siluet cahaya dari luar membuat suasana kamarnya semakin menakutkan. Gaun cantik yang menyelimuti tubuhnya pun telah berlalu bersama deru nafsu dan kenikmatan bercumbu. Dia enggan melihat tubuhnya sendiri, sudah cukup mengerikan dia melihat pria yang tidur dengannya bertelanjang dada dan kakinya pun merasakan adanya sentuhan dengan kulit yang bukan miliknya, sehingga bisa dipastikan Long Jin dalam kondisi telanjang bulat bersama dirinya yang menyisakan selembar celana dalamnya yang utuh dibawah sana.

Selimut satin jepang dengan dua sisi beremboskan motif burung merak berwarna putih, menggelitik seluruh tubuhnya. Namun bukan itu yang mengganggu, namun posisi tangan Long Jin yang membuatnya tak nyaman. Pria itu memang berada di belakang Na Ra, dengan kedua tangannya menahan Na Ra agar tetap tinggal dalam pelukannya, tepatnya dalam genggamannya. Memang celana dalam itu tak terbuka, namun bukan berarti tangan pria itu sudah dengan nakalnya masuk ke dalam celana dan menyentuh apapun yang dia inginkan. Setiap kali Na Ra berusaha menggerakkan tubuhnya menjauh, tangan pria itu seolah bergerak dengan keinginannya sendiri untuk mencengkeram dirinya lebih kuat dan dalam, ditambah gesekan kecil antara kulit mereka terasa asing tapi Na Ra tidak bisa membebaskan dirinya.

Sedangkan tangan sebelahnya masih asyik bercengkrama dengan dada Na Ra. Sekalipun pria itu tertidur, namun meremas dada wanita sudah menjadi kegiatan dibawah alam sadarnya.

Dari dalam kediaman, hingar bingar pesta jelas tak terdengar. Jadi Na Ra tidak tahu bagaimana kondisi diluar sana. Ditambah lagi Na Ra hanya melihat bayangan pria bertubuh tegap yang berjaga atas suruhan Jin. Saat kali pertama ia mendengar ayam berkokok, itulah kali pertama ia merasakan seluruh syaraf tubuhnya mengendur dan ia pun jatuh tertidur dalam dengkuran halus.

*

Na Ra mendengar kicauan burung yang sepertinya hampir tidak mungkin dia dengarkan saat masih di kota J, kemudian siluet cahaya lembut yang menggelitik kelopak matanya yang mengingatkan kembali pada kamar sewaannya yang berukuran studio di kota J, otomatis Na Ra segera membuka kelopak matanya kembali sambil berharap bahwa Long Jin adalah mimpi buruk sebelum senin pagi.

Nyatanya saat mata Na Ra menangkap cahaya pagi yang menyinari ruangan, dia pun masih melihat selimut satin jepang semalam yang menyelimutinya. Namun dia sudah tidak merasakan keberadaan Long Jin yang sebelumnnya mengunci pergerakan Na Ra diatas ranjang. Cukup merasa percaya diri dengan prasangkanya, Na Ra pun membalikkan tubuhnya ke sisi satunya.

"Tidurmu nyenyak ya..?" Sapa Long Jin.

Mendengar sapaan itu, Na Ra hanya diam saja sambil beberapa kali matanya berkedip tak percaya.

"Jadi, apakah tidurmu nyenyak..?" tanya Long Jin lagi. Bukannya menjawab, Na Ra memilih bangun dari peraduannya tanpa menanggalkan selimutnya. Harapannya untuk melihat sinar matahari yang memenuhi relung jendela kamar sewaannya sirna seketika, dan malah dihujani pertanyaan percuma.

"Ka..Kau mau apa?" Tanya Na Ra yang kaget karena mendapati Jin sudah dalam posisi setengah terduduk diatas pangkuannya.

"Aku benci diabaikan, apalagi oleh tunanganku sendiri. Apakah kau tidak puas dengan semalam?" Tentu saja tidak puas, karena Na Ra tidak menginginkannya sama sekali.

Sekalipun Na Ra berusaha memundurkan tubuhnya dari Jin, tapi pria itu tidak kehilangan akal untuk tetap mengungkung Na Ra dalam area nya dan terus mengejar Na Ra hingga ke ujung kepala ranjang. Kepala Ranjang yang mereka kenakan adalah model tradisional dan mungkin sudah berusia puluhan tahun lebih tua ketimbang keduanya. Hampir saja Na Ra akan mundur kembali dan sebagian punggungnya akan terjatuh ke belakang, dengan sigap Jin menarik kedua lengan Na Ra dan mendaratkan ciuman di bibirnya, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

"Jangan mundur lagi, ini sudah ujungnya." ucap Long Jin selepas memisahkan bibir mereka, tanpa mengurangi jarak, Long Jin kembali menerkam Na Ra dan mendapati rahang sebelah kirinya sebagai media pendaratan bibir Long Jin yang ganas. Anggap saja, tak ada rotan akarpun jadi, tidak ada bibir maka rahang dan cuping Na Ra pun jadi sasaran keganasan Long Jin pagi ini. Jelas Na Ra menolak bahkan tanpa enggan mengerang penuh penolakan, namun bukan Bai Long Jin namanya jika tidak bisa menaklukkan mangsanya, anggaplah Na Ra adalah mangsa yang harus dijinakkan untuk dia pelihara dan dia ternakkan bersama nafsunya.

Tanpa bisa menggubris lagi Na Ra tetaplah akan kalah dibandingkan Long Jin yang kemauannya sekeras baja dan nafsunya sepanas bara. Na Ra akhirnya ditarik keluar dari peraduannya dalam kedaan hampir telanjang bulat dan menyisakan celana dalamnya saja. Sedangkan Long Jin jelas tanpa malu dalam keadaan telanjang bulat menggendong Na Ra di depan layaknya baby Koala dan berjalan menuju ruang pemandian yang sudah disiapkan di ruang sebelah.

Sesekali Long Jin akan menggerayangi tubuh telanjang Na Ra yang berada dalam rengkuhannya, hingga akhirnya mereka tiba di ruang pemandian. Kemudian tanpa menunggu lagi, Long Jin pun menceburkan badan mereka ke dalam bak mandi besar berukuran 1.5m x 1.5m yang terbuat dari susunan balok kayu. Bahkan setelah pantat Long Jin mendarat dengan sempurna di dasar bak mandi dengan kedalaman 70cm tersebut, dirinya masih enggan melepaskan Na Ra dari belenggu nafsunya. Dia justru semakin ganas menjamah tubuh tunangannya tersebut hingga penolakan Na Ra menyebabkan kecipak air dan membuat lantai yang ada di sekeliling bak mandi menjadi basah.

"Ahh.." Na Ra mendadak diam kaku dan mendiamkan wajahnya di ceruk leher Long Jin, tatkala inti tubuhnya dimasuki benda asing. meskipun bukan kali pertama, namun jemari Long Jin benar-benar menghilangkan konsentrasi dan pikiran jernih Na Ra. Maka dengan seksama, Long Jin melakukannya berulang-ulang hingga kaki Na Ra lemas. Saat Na Ra belum usai dengan loncatan orgasmenya yang bertubi-tubi, Long Jin pun sempat memutar balikkan tubuh Na Ra menjadi posisi menungging dan dengan mudahnya Long Jin kembali memasukkan jemarinya ke dalam inti tubuh Na Ra tanpa memberikannya jeda orgasme. Na Ra hanya bisa pasrah saat titik terlemahnya mendapatkan serangan bertubi-tubi, rangsangan gesekan tiada henti antara jemari Long Jin yang berani dan kurang ajar, ditambah remasan berulang dan gesekan kejantanannya di garis kemaluannya yang tengah ditekan. Semuanya terangkum dalam rangsangan pagi yang melelahkan, membuatnya pasrah dan tidak kuasa menolak, hingga akhirnya Long Jin pun memelankan permainan jemarinya saat Na Ra merasakan ada semburan hangat di belahan kemaluannya bagian belakang. Tentu saja bersumber dari kemaluan Long Jin saja, karena Na Ra sudah menuju orgasmenya yang ke empat.

Bagi kepercayaan sebagian masyarakat yang mendiami wilayah Asia Besar, angka 4 adalah kematian. Mungkin inilah titik dimana Na Ra harus mengakui bahwa dirinya dibuat mati tak berdaya oleh pria yang menguasai nafsunya.