Suara pintu terbuka kembali terdengar setelah Jihan pergi selama berjam-jam. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Reva diam tanpa menoleh. Boleh saja Reva diam, tetapi jauh dari itu dia sedang menahan sakit luar biasa pada tubuhnya.
"Tadaa! Apa kamu lapar? Makanlah, biar semakin bertenaga, karena perang belum selesai."
"Perut saya sakit."
"Oh ya? Apa anak kamu bermasalah di dalam sana? Tenanglah, sini saya kasih keringanan." Pria itu maju, menaruh piring berisi makanan ke atas meja. Beres menaruh piring, dia menghampiri Reva yang terkulai lemah di lantai.
Wajahnya sudah tidak karuan, bahkan sangat pucat sampai bergetar. Sebetulnya dia kasihan, tapi mau bagaimana? Semua ini adalah tugas yang harus dijalani.
Reva menatap pria di depannya dengan gamang, harapan Reva semoga pria itu mau berbaik hati sedikit saja. Reva tidak butuh makanan sekarang, Reva hanya ingin pulang lalu menyelamatkan anaknya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com