webnovel

Not For Me

Ternyata dekatnya denganku tak menjamin perasaanku akan dibalas, malah nyatanya ia menaruh hati dengan sahabatku sendiri.

yourshine · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
7 Chs

Sakit

Sekarang aku sudah pulang sekolah, buat yang nanya apakah Sari benar-benar ngasih pajak ulang tahun atau tidak. jawabanya dia kasih sesuai apa yang dia ucapkan tadi. walaupun orang tuanya sudah bercerai tapi kehidupanya ini sangat sempurna bahkan keadaan ke-ekonomianya saja sudah cukup atau malah lebih?.

"assalammualaikum" ucapku memasuki rumah lalu langsung membuka sepatu dan menaruhnya di tempat yang seharusnya, aku langsung salim ke ibuku yang sedang memasak rupanya.

"itu muka kenapa? bete banget kayanya"

"gapapa" kataku, lalu langsung kekamar buat ganti baju dan mandi. Karena kelas 5SD aku pulangnya sore. Jadi setiap sampe rumah rasanya capek, berasa kaya orang kerja. Udah cape badan, capek hati pula.

"dek" panggil ibu

"iyaaa?"

"makan duluu sini"

Akupun langsung bergegas keluar dari kamar dan melihat menu makanan yang ibu masak hari ini, mungkin terlihat sederhana tapi rasanya luar biasa.

Saat aku sedang konsen menikmati makanan yang ibu buat, ibu bertanya padaku.

"ibu baru tau ade sekelas sama Alfi" ucap ibu yang membuat aku meliriknya tak suka. Baru saja pikiranku damai dan tentram tanpa ada hambatan, mengapa nama itu harus muncul lagi sih.

"emang kenapa kalo sekelas sama Alfi? "

"gapapa sih"

Aku tidak menjawab apapun dan memilih melanjutkan makan. Apa ini artinya aku harus berhenti mengharapkan Alfi? apa aku harus berhenti mencintai Alfi?. Alfi bagiku seperti angin, susah digenggam apalagi digapai.

Tapi aku akan mencoba untuk berhenti peduli dengan Alfi, berhenti mencintainya, berhenti merespon berlebihan. Intinya apapun itu yang berkaitan dengan Alfi aku sudah tidak peduli lagi. Ada Sari yang mengerti Alfi, ada Sari disampingnya sekarang. Alfi butuh Sari—bukan aku.

Setelah selesai makan dan sedikit melamun aku langsung cuci piring dan sholat, lalu sedikit membuka ponsel hanya untuk melihat notifikasi chat yang membahas pr. Ah bahkan aku sampe lupa dengan pr. Besok aku melihat pekerjaan punya Dinda saja lah, otaknya dan otakku kan sama.

~•~

Saat sedang menyanyikan lagu Indonesia Raya, aku sedikit terkejut karena tiba-tiba Alfi berdiri disebelahku.Untungnya Sari datang terlambat jadi ini tidak akan menjadi masalah.

Aku berniat bertanya pada Alfi , ah sungguh melihat Alfi dari jarak yang sangat dekat saja sudah membuat jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Kapan aku bisa move on kalo begini caranya.

"Fi pindah sana diliat Sari bisa mampus kita" kataku sambil menyenggol kakinya.

"bawel lu" katanya dan masih tetap berdiri disebelahku sampai lagunya habis.

sontak semua orang yang berada dikelas melihat kearahku dan Alfi, mati aku. Bisa jadi masalah besar kalau sampai Sari tau.

"Gilaa Nabilaa sama Alfi, ketauan Sari mantep deh" kata Thia, perempuan terjulid setelah aku, Dinda dan Sari.

"apaansi, Alfinya aja nih gadanta" kataku menunjuk Alfi disebelahku, yang ditunjuk malah menenggelamkan kepalanya di meja dengan tumpuan tanganya sebagai bantal.

" tau lu fi, kaya ga punya pacar aja" celetuk dinda yang tiba-tiba sudah berada didepan mejaku.

"ciee Nabilaa" teriak salah satu perempuan yang berada dikelasku. Sontak saja teriakanya diikuti yang lain. Ah Sari kenapa lama banget sih datengnya. Bisa gila aku.

"dih sotak" kataku lalu pura-pura sibuk menulis di buku. tapi aku melihat Alfi kayanya dia tidur deh, tapi gabiasanya dia kaya gini jadi tanpa izin sang pemilik akupun menyentuh dahinya yang dipenuhi poni rambut khas cowo. Ah panas, pantes aja dia jadi dekat denganku terlebih lagi pacarnya yang sepertinya tidak masuk hari ini.

sebenernya kebiasaanya yang suka tiba-tiba duduk disebelahku atau berdiri disebelahku itu sudah biasa. bahkan ia melakukanya sebelum ia memiliki hubungan khusus dengan Sari.

Bahkan disaat teman sebangku-ku ada, dia akan memintanya pindah supaya dia bisa duduk disebelahku. Senyaman itu kah duduk denganku?.

Tapi setelah ia sudah jadian dengan sari, ia jarang seperti ini lagi. Paling kalau Sari tidak masuk aja, ya seperti sekarang.

"Fi" panggilku pelan sambil memegang bahunya. Yang dipanggil diam tidak ada sautan. Sontak aku memanggilnya untuk yang kedua kali.

"lu sakit ya?" tanyaku, dan ia hanya mengganggukan kepalanya.

Akupun tidak tau harus berbuat apa, jadi aku hanya menyarankanya tidur sebentar sampai guru datang nanti. Dan ia pun nurut. Lihat aku seperti baby sister baginya sekarang.

Sepertinya jamkos, entah wali kelasku kemana sekarang jadi aku bebas untuk melipir ke meja yang lain, karena canggung rasanya hanya duduk diam di dekat Alfi. Bisa-bisa aku gagal move on.

Akupun berjalan menuju meja Naila dan Paramita diikuti dengan Dinda yang berjalan menyusulku.

"weh wasap broh" sapa Paramita saat melihatku dengan dinda yang sudah di mejanya , dan jangan lupakan dengan laga sapaan khasnya pada jaman itu.

"lu kenapa dah ta" celetuk Dinda sebelum duduk dengan mengambil bangku tambahan, paramita hanya mengangkat bahunya lalu melanjutkan menyalin contekan yang dikasih sama Naila.

"nyontek terus bossku, lagian lu nai kenapa dikasih sih kebiasaan jadinya nih anak begonya makin nambah" ucapku dan Naila hanya tertawa.

Naila ini waktu kelas 5 memang cukup pendiam, aku juga ga mengerti kenapa bisa seperti itu. Yang aku tau dia orangnya asik. Mungkin pada saat itu aku belum mengenalnya dekat, jadi kami masih merasa canggung.

"OIYAA!!" teriak Paramita secara tiba-tiba membuat kami kaget. beruntungnya anak kelasku sedang sibuk dengan dunianya masing-masing. Dasar suara toa.

"itu si alfi ngapain dah di meja lu?" tanya Paramita dengan suara yang pelan sambil melihat kearah mejaku yang diisi oleh Alfi

"numpang hibernasi" jawabku asal

"yang bener bego" katanya lalu memukul tanganku "dia suka sama lu kali ya?" lanjutnya yang aku hadiahi pukulan balik.

"ngaco, udah ada Sari ya kali masih belum cukup"

"iya bego la, gua juga curiganya gitu. kan gaada yang tau bisa jadi dia suka sama dua perempuan sekaligus cuma ya karena dia lebih sering diledekinya sama Sari jadi kebawa perasaanya sama Sari" celetuk Dinda

"apaansih udahlah jadi bahas ginian, ngomong-ngomong Sari ga masuk kenapa deh?" tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"di absensi sih izin ada acara keluarga ,gatau deh acara keluarganya kemana" sahut Naila yang kebetulan sekertaris kelas.

"woi la apus papan tulis sana, lu kan piket hari ini" kata Harin, yang membuatku melemparkan pulpen milik Paramita. Membuat paramita melotot saat sadar pulpen miliknya aku jadikan tumbal.

"LO JUGA PIKETT BEGOO" sahutku

"aelah gua mager banget, bantuin gua kek sekali"

"sekali palalo kotak"

" lo cantik sumpah la , pliss lah ya " Harin merubah posisinya menjadi menghadap kearahku dengan muka memelas, dasar anak drama.

Akupun hanya menghela nafas dan menghapus papan tulis "puas anda?" tanyaku yang diacungi jempol olehnya. lalu akupun kembali ke mejaku yang masih terdapat Alfi disana.

"ko bisa sakit dah lu fi?" tanyaku yang membuatnya menoleh kearahku.

"ya biasa"

"futsal sampe malem ya kan?" tebakku asal

"iyaa hehe" katanya, kalo bisa di deskripsiin tentang keadaan Alfi. Dia pucat bahkan matanya sedikit merah. Aku jadi kasihan denganya, disaat dia sakit pacarnya malah gamasuk.

"lain kali tuh futsal inget waktu, makan kalo gamau maag lu kumat"

"iya nabila bawel" ucapnya dengan nada yang lembut

Aku memang benar-benar lemah, janji yang semalam itu hanya terucap dibibir dan tidak terlaksanakan sampai kapapun. Aku yakin, walau mencintai dalam dia harus semenyakitkan ini. Walau pria yang kusukai adalah pacar dari sahabat dekatku.