webnovel

Ch. 153

Sehun menggendong Haowen yang saat ini tengah tertidur nyaman dengan bersandarkan bahu lebarnya. Terlalu lelah mungkin.

Dan untuk barang-barangnya, biarkan saja Suho yang mengurus nanti. Niat awalnya Suho memang ingin pesan tiket pesawat. Tapi, karena pemilik perusahaannya yang kaya raya jadilah mereka berangkat dengan pesawat pribadi milik keluarga Oh.

Ingin menggunakan pesawat perusahaan saja sebenarnya. Dan lagi karena Presiden Direktur Oh Sehun yang tidak mau, ya sudah. Pilihan terakhir dengan pesawat pribadi.

Orang kaya raya ya beda kelas.

"Daddy, apa kita thudah thampai?" Tanya Haowen dengan tangan yang mengalung erat di leher Sehun. "Mata Haowen daddy beri lem apa? Kenapa tidak mau terbuka?" Belum sempat Sehun menjawab pertanyaan pertama, putra bungsunya ini sudah lanjut dengan pertanyaan kedua. Gemas saja Sehun melihatnya.

"Kita sudah sampai." Mengusap pelan punggung Haowen yang tak juga mau membuka matanya. Benar-benar mirip Suzy, bathin Sehun.

Ceklek.

"Nah, tidurlah. Have a nice dream baby." Bisik Sehun seraya menarik selimut hingga leher Haowen. Si kecil ya hanya mengangguk samar saja karena memang matanya terlalu malas untuk di buka dan tubuhnya yang benar-benar lelah selama di perjalanan.

Setelah memastikan Haowen nyaman dengan posisinya, Sehun mulai berjalan kearah jendela. Menyibak sedikit tirai berwarna coklat muda itu dan ia langsung di suguhi pemandangan malam kota Las Vegas.

Sehun lelah jujur saja, hanya saja jika di ingat-ingat lagi Sehun semakin merasa bersalah pada istri kecilnya itu. Mengalihkan pandangannya dari pemandangan malam kearah Haowen yang sudah berlayar tenang di alam mimpinya. Dan memori itu terputar lagi.

"Oh Seehuuuuuuuuuuun!"

Brak.

Suzy berteriak nyaring dengan di iringi bantingan pintu yang tak biasa. Berjalan mendekati Sehun yang saat ini tengah berkemas dengan koper berukuran sedang miliknya.

"Kenapa?" Sudah biasa Sehun dengan segala macam tingkah menyebalkan Suzy yang selalu aneh setiap harinya. Sudah kebal Sehun.

"Mau kemana kau?" Tanya Suzy dengan pantat yang ia dudukan di sebrang Sehun. Sayang sekali, mereka harus terpisah oleh bentangan koper yang menampakan celana dalam bewarna-warni milik Sehun. Bukan warna-warni seperti punya Suzy tentu saja. Milik Sehun hanya berwarna hitam, coklat, putih, dan kembali lagi ke warna awalnya. Gelap seperti hidup si pemilik.

"New York." Tak mempedulikan gadis di depannya ini yang pastinya akan memprotes Sehun dengan berbagai macam bahasa dan umpatan miliknya.

"Yaak! Aku baru pulang kemah bakti, kemah sosial, kemah apalah namanya itu, dan kau langsung akan pergi? Sehuuuun." Merengek heboh, Suzy mulai menendang-nendang kesegala macam arah. Kerinduannya pada Sehun bahkan belum berkurang walau hanya nol koma satu persen!

"Aku tidak akan lama." Ujar Sehun. Menggeser letak kopernya dan mengusap lembut pipi Suzy yang memang sudah berisi dari dulu.

"Definisi tidak akan lama milikmu itu minimal satu bulan!" Kembali merengek. Suzy mulai menggeser-geser pantatnya sedikit demi sedikit untuk bisa lebih dekat dengan Sehun.

Hap.

Melemparkan tubuhnya pada Sehun yang dengan sigap memeluk erat pinggangnya. "Aku bahkan baru saja menginjakan kaki di rumah." Lirih Suzy.

"Minimal satu minggu." Mengusap kepala Suzy yang dengan nyamannya bersandar pada dada bidangnya dan tersenyum kecil saat ia rasa gadis dalam pelukannya ini tengah mengutuk-ngutuk.

"Itu lamaaaaa." Mengeratkan pelukannya pada Sehun dengan mata yang mulai berkaca-kaca lalu mendongakan kepalanya. "Apa aku bisa ikut?" Tanya Suzy penuh harap.

Sehun terkekeh lalu mengecup ujung hidung Suzy. "Tidak. Kau harus kuliah." Tolak Sehun dengan senyum lembutnya. Ingin menangis saja Suzy rasanya jika ia membayangkan akan banyak wanita di luar sana yang akan menikmati ketampanan suaminya.

"Huwaaaaaaaaa!" Hanya ini yang bisa Suzy lakukan sekarang. Menangis kencang dengan lengan yang kembali memeluk erat perut Sehun. "Kuliah sialan!" Maki Suzy. Tidak rela saja rasanya Suzy jika harus berpisah dengan Sehun.

"Hei... hei... bangunlah. Aku harus bersiap." Ucap Sehun seraya melepaskan pelukannya pada Suzy. Membuat gadis itu mendongak tak rela padanya.

Posisi mereka seperti ini, Sehun yang duduk bersila dengan Suzy yang memeluk erat perutnya. Gadis itu bahkan hanya telungkup di atas lantai dingin.

"Aku tidak maauuu!" Rajuk Suzy. Ugh, suami tampannya.

Sret.

"Hanya satu minggu. Aku janji." Sehun kembali mencoba melepaskan pelukan Suzy lalu mencium kilat dahi istrinya sebelum ia pergi melenggang kedalam kamar mandi.

Bruk.

Bukannya bangun, Suzy malah kembali berbaring dengan punggung yang menghadap atap kamar. Dalam bayangan Suzy, mereka akan berpelukan dari pagi hingga pagi lalu kembali bertengkar dan memperdebatkan hal sepele seperti, channel televisi apa yang akan mereka tonton atau cemilan apa yang akan mereka makan nantinya. Tapi, semua hanya tinggal kenangan dan Suzy benar-benar kesal karena itu.

Lima belas menit sudah berlalu dan Sehun baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Membiarkan tubuh bagian atasnya terpampang nyata dengan aliran air yang mengalir melewati perut kotak enamnya.

"Sudah mak- astaga, Suzy! Apa yang kau lakukan?" Heboh Sehun saat mendapati istrinya masih berbaring telentang dengan mengenaskan di atas lantai.

"Kau bisa sakit ayo bangun!" Ajak Sehun dengan tangan yang mencoba menarik bahu sempit gadisnya.

"Tidak mau!" Tolak Suzy mentah-mentah.

"Kau mau apa?"

"Mau ikut."

Sehun terdiam, jika seperti ini hingga Patrick star berubah bentuk menjadi heksagon juga Suzy tidak akan mau bangun-bangun.

"Aku tidak bisa membawamu kali ini. Suho hanya memesan dua tiket. Untukku dan untuknya." Jelas Sehun mencoba sabar.

"Kalau begitu suruh dia pesan lagi!" Sekalinya keras kepala ya tetap saja keras kepala. Heran Sehun, heran!

"Aku tidak bisa membiarkanmu terbang sendiri. Aku tidak bisa dan tidak mau." Sehun tetap pada pilihannya membiarkan Suzy untuk tinggal di rumah mereka. Itu akan lebih baik.

"Tapi, aku mau ikut." Lirih Suzy kembali dengan mata berkaca-kaca.

"Aku akan mengajakmu lain kali." Ini solusi satu-satunya.

"Janji?"

"Janji."

"Yes!" Mata Suzy berbinar lalu bangun dengan sendirinya. Menepuk-nepuk baju bagian depannya yang bahkan tidak kotor lalu menarik Sehun menuju lemari pakaian mereka. "Kemari-kemari. Biar aku pilihkan bajumu."

"Maaf karena tidak bisa menepati janjiku." Lirih Sehun dengan kepala tertunduk dan tangan yang mengepal erat.

Sehun benar-benar merindukan Suzynya.

**

Jesper menguap kecil dengan tangan yang merentang lebar, tak mempedulikan dua manusia yang entah kenapa bisa mengapit dirinya seperti ini.

Duk.

Duk.

"Jangan mengganggu tidurku, Kingkong!" Sungut Xukun dengan kaki yang menendang pinggang Jesper.

Duk.

"Ugh, aku yang punya rumah, aku yang menderita!" Heran Jesper. Menendang pinggang Lucas yang tak tau apa-apa karena apa? Jesper tidak ingin menderita sendiri.

"Diam kau, bedebah!" Maki Lucas.

Ini lagi, kenapa rasanya Jesper menderita sekali hari ini. Sudah kemarin lalu babak-belur, sekarang di caci-maki oleh tamu tak tau diri.

Apa salah ketampanan Jesper?

Sret.

Duk.

Duk.

Brak.

"Sshhhh. Akh."

Setelah menarik kasar selimut yang membalut tubuhnya, Jesper mulai menendang Xukun dan Lucas hingga dua pria itu jatuh tersungkur di atas lantai kamarnya.

"Mampus!"

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

XIE XIE.

DNDYP.