webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horreur
Pas assez d’évaluations
102 Chs

Tiga dari Tiga Kejadian Setelah Itu

--Bu Rati

Setelah sampai ke Kantor Polisi, Pak Sumi keluar dari mobil. Mereka berganti posisi, sekarang Bu Rati yang melanjutkan perjalanan ke Rumah Sakit Bhayangkara. Tidak seperti Pak Sumi yang banyak tugas menumpuk, hari ini bagi Bu Rati masih seperti hari-harinya yang telah usai.

Mungkin Bu Rati harus berterima kasih kepada Pak Sumi karena dia selalu mengalah pada setiap kesempatan agar Bu Rati dapat selalu pergi bekerja menuju Rumah Sakit sedang dirinya tinggal di rumah. Hal yang membedakan dari Pak Sumi mungkin perasaan mengganjal yang sekarang dialami oleh Bu Rati. Itu adalah perasaan cemas. Wanita itu masih belum yakin sepenuhnya dengan Lili untuk menjaga Marie sendirian.

Tapi tugas tetaplah tugas. Tidak mungkin bimbang kepada satu nyawa akan mengalihkan perhatian sampai nyawa puluhan orang terancam. Jika Bu Rati kehilangan fokus saat merawat pasien, hal itu akan berbahaya bagi pasien. Bisa-bisa Bu Rati akan menghilangkan satu nyawa hanya karena keegoisannya untuk berpikir tentang masalah pribadinya. Apalagi dengan posisi Bu Rati yang cukup vital di rumah sakit yaitu sebagai salah seorang dokter spesialis, tentu saja masalah pribadi tidak akan menjadi alasan untuk kehilangan 'tangan dinginnya' dalam proses penyembuhan pasien.

Sampai di Rumah Sakit, Bu Rati langsung menuju ke ruangannya, menaruh tas, dan mulai keliling untuk visite (1) kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan itu cukup menguras waktu. Pada siang hari Bu Rati baru bisa beristirahat. Di waktu istirahat pula dia berkali-kali mengirimkan suaminya pesan singkat permintaan maaf karena telah marah padanya saat berada mobil tadi pagi. Tapi tidak dibalas. Biasanya sesibuk apa pun (kecuali rapat dan penyelidikan lapangan) Pak Sumi selalu membalasnya. Telepon pun tidak diangkat.

Bu Rati tidak takut hal ini berdampak pada hubungannya dengan Pak Sumi. Dia takut jika ini menyangkut Marie. Karena hal ini ia bergegas menuju mobil untuk menghabiskan waktu istirahatnya di rumah. Tapi hal itu urung dilakukan, karena saat Bu Rati berjalan di lorong rumah sakit, Mbak Desi, dokter koas (2) bimbingan Bu Rati, mengatakan jika Bu Rati di panggil oleh Pak Raymond.

Bu Rati langsung menuju kesana, dengan membawa tasnya.

Ruangan kepala kasi petan (Pak Raymond) berada di lantai 4 Rumah Sakit Bhayangkara.

"Assalamualaikum." Kata Bu Rati sesaat setelah membuka pintu.

"Waalaikumsalam, ada yang ingin aku bicarakan dengan mu ti." Kata Pak Raymond.

"Ada apa kak?" Tanya Bu Rati.

"Ahaha tidak perlu terburu-buru, duduk dulu saja." Kata Pak Raymond menyilakan Bu Rati duduk.

Bu Rati dari tadi berdiri di depan pintu.

Bu Rati berdiri karena menganggap jika percakapannya akan singkat. Kemudian Bu Rati duduk.

"Omong-omong mau apa dengan tas itu? sudah mau pulang?" Tanya Raymond.

"Ya. Aku khawatir sama Marie, dia sendirian di rumah sekarang. Ah lupakan, ada apa sampai kakak menyuruhku kesini." Kata Bu Rati.

"Sekarang masih jam istirahat kan? aku lihat jadwal visite mu juga sudah selesai, lain lagi kalau ada CITO." Kata Pak Raymond.

"Memang aku sedang senggang sekarang kak." Kata Bu Rati.

"Sebenarnya ini menyangkut Marie." Kata Pak Raymond dengan nada bicara mulai serius.

"Marie? jadi pendonornya sudah ada?" Tanya Bu Rati

"Nah sayangnya, untuk itu aku punya kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya, Alhamdulillah Donornya (Pendonornya) sudah ketemu, lebih tepatnya organ donornya." Kata Pak Raymond.

"Organ donor? jadi kita akan pakai organ orang lain?" Tanya Bu Rati.

"Tentu kita akan pakai organ orang lain." Jawab Pak Raymond.

"Ah maksudku dari mana? ilegal?" Tanya Bu Rati.

"legal atau ilegalnya tergantung hukum kan, asal tidak berseberangan dengan hukum maka aman, begitu kan konsepnya?" Jawab Pak Raymond.

"...dimana kakak dapatkan organnya?" Tanya Bu Rati.

"Kenalan. Aku tidak bisa mengatakan secara spesifik, tapi tenang saja, organ-organ itu tidak ada yang memilikinya... atau kurang lebihnya seperti itu." Kata Pak Raymond.

"Ilegal ya... kenapa kakak sampai sejauh itu?" Tanya Bu Rati.

"Salah ya menolong keponakannya sendiri? selain itu dengan ini utangku dengan Sumi selesai." Jawab Pak Raymond.

"Masih memikirkan kejadian itu? kak, itu sudah hampir 19 tahun sekarang. Sumi juga sudah lupa dengan kejadian itu." Kata Bu Rati.

"Kau menghitungnya, ahaha." Jawab Pak Raymond.

"Hanya untuk memastikan tapi, yang kakak maksud itu saat Pak Sumi menolong kakak waktu tersedak biji salak kan?" Kata Bu Rati.

"Bwahaaha, maaf-maaf ya memang itu." Jawab Pak Raymond.

"Jadi tadi maksudnya kabar baik dan buruk itu bagaimana?" Tanya Bu Rati.

"Ah iya, jadi kabar baiknya pendodornya sudah ditemukan, kabar buruknya belum semua ditemukan, kita tidak bisa memulai operasinya jika belum lengkap. Terlebih kau lebih tahu daripada aku tentang tingkat keberhasilan operasi ini." Kata Pak Raymond.

"Itu (organ) dari usia berapa?" Tanya Bu Rati.

"20 tahun, seperti yang kamu minta. tapi apa Marie benar-benar berumur 20 tahun? Anak sekecil itu?" Tanya Pak Raymond.

"Ya. Hm, mungkin saja tidak. Ah apa Sumi kamu kasih tahu kak?" Kata Bu Rati.

"Seperti yang kamu minta, Aku merahasiakannya." Kata Pak Raymond.

Lalu Pak Raymond minum air di gelas di depannya.

"...Umur 20 tahun-an itu adalah kesimpulanku dari data saat pertama kali Marie dibawa ke rumah sakit ini, karena dalam sebuah operasi transplantasi organ, sangat membutuhkan kecocokan dengan inangnya, Aku juga telah membicarakan hal ini kepada dokter-dokter spesialis kenalanku yang lain, mereka juga merekomendasikan mencari anggota tubuh yang sudah digunakan selama 20-an tahun. Lagi pula -" Kata Bu Rati terpotong.

"Tapi tetap saja, mencari orang 'kecil' berumur 20 tahun itu sangat sulit." Kata Pak Raymond sambil memejamkan matanya.

"Berapa kakak membayar?" Kata Bu Rati.

Bu Rati paham jika kakaknya mencari organ itu secara tidak legal.

"300." Jawab Pak Raymond.

"Ini benar-benar tidak ada yang dirugikan kan? kakak tidak menyewa pembunuh bayaran kan?" Tanya Bu Rati.

"Tidak. Aku bersungguh-sungguh. Aku sudah tidak mau kembali ke jalan itu." Kata Pak Raymond.

"Baiklah... kalau nanti aku tahu jika Kakak membunuh orang lain, aku akan mengganti uang kakak, memberikan ke keluarga yang Kakak bunuh, dan mengubur organ itu." Kata Bu Rati.

"Hei tenanglah, sungguh itu tidak aku lakukan." Kata Pak Raymond.

"Ya, mungkin saja kan!" Kata Bu Rati.

"Tenang saja, aku berjanji." Kata Pak Raymond.

"Iya." Kata Bu Rati.

"Ah, kalau begitu ikut aku melihat organnya." Kata Pak Raymond.

Pak Raymond kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"Ada disini?" Tanya Bu Rati.

"Bukan disini, (tapi) di lemari penyimpan organ di ruangan mayat." jawab Pak Raymond.

Kemudian mereka berdua menuju ke kamar mayat. Dengan ini, Bu Rati Mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah. Bu Rati melihat ke dalam kamar mayat, membuka peti es disitu. Disana terlihat Benda yang digunakan untuk menyimpan organ yang dimaksud. Sebenarnya baik Bu Rati sendiri tidak begitu mengetahui organ seperti apa yang tepat untuk didonorkan.

Kenyataannya semua organ dan spesifikasi yang diusulkan untuk diganti adalah dari beberapa dokter yang ikut dalam operasi pertama Marie di rumah sakit ini. Setelah melihat-lihat, mereka keluar dari kamar mayat. Karena pada dasarnya operasi yang akan dilakukan Marie merupakan salah satu dari rangkaian operasi yang telah di lakukan sebelumnya.

Lalu mereka keluar ruangan.

"Omong-omong, berapa perkiraanmu operasi akan berhasil?" Tanya Pak Raymond.

Mereka berdua berjalan kembali ke Ruangan Pak Raymond.

"Satu persen." Jawab Bu Rati Singkat.

"Ayolah, jangan pesimis begitu, dik." Kata Pak Raymond menyemangati.

"Sebenarnya itu asumsiku yang paling optimis." Jawab Bu Rati.

Mereka kemudian diam.

Tiba-tiba ada panggilan masuk dari HP Bu Rati. Pak Raymond sedikit terkejut kenapa adiknya menggunakan gawai jadul. Ya tu adalah telepon genggam merek Motorola C115 keluaran 2004. Bu Rati terlihat gugup dengan HP-nya yang berdering. Bu Rati pamit dan tergesa-gesa meninggalkan Pak Raymond. Bu Rati kembali ke ruangannya, membuka laptopnya, dan membuka beberapa berkas. Itu adalah telepon dari Pak Sumi.

(1) visite: kegiatan berkeliling yang dilakukan oleh dokter ke bangsal-bangsal pasien untuk kontrol keadaan pasien setelah diberi penanganan. biasanya sudah terjadwal (penulis).

(2) dokter koas: istilah lainnya adalah dokter muda.

Cloud_Rain_0396creators' thoughts