webnovel

My New Neighbour

Pernah bayangin gimana rasanya hidup bertetangga bersama mantan disaat kita sudah berkeluarga? Move on masih mungkin, tapi rasa didalam hati siapa yang tahu.. Lena harus berjuang mempertahankan rumah tangganya ketika Aris mantannya dulu pindah sebagai tetangga barunya di apartemen. "Bisa kalian bayangin 17 tahun menghilang dan kini dia menjadi tetangga baruku? Rasanya benar-benar nano-nano. Salting iya.. Baper iya.. Gak enak juga iya.. Jujur.. rasa bersalah dan penyesalan itu masih ada.." Lena Wijayanti Selamat datang didunia rasa yang membolak-balikkan hati! ***Awas Zona Baper Sebaiknya dibaca oleh kalian yang telah memiliki pasangan

Queen_BC · Urbain
Pas assez d’évaluations
254 Chs

Gangguan Kecil Rani

"Kau sudah pulang?" tanya Shina sambil tersenyum pada Aris

Aris mengangguk dan membalasnya tersenyum. Kemudian dia pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Saat itu, Shina terus mengikutinya. Shina yang tau bahwa Aris ingin mengambil minum, dengan cepat mengambil gelas yang tadi sempat dipegang Aris kemudian menuangkan air dingin ke dalamnya dan langsung memberikannya kembali kepada Aris. Namun sayang, saat itu Aris tidak mau meminum minuman dingin..

"Ohh, aku tidak usah air dingin.. Karna sepertinya aku akan terkena flu." tolak Aris ketika Shina memberikan gelasnya

Lalu Shina dengan tiba-tiba meminum sebagian isinya dan kembali mengisi sebagian air panas ke dalam gelas tersebut, lalu memberikannya kembali kepada Aris.

Aris yang melihat tingkah Shina tadi pun terkejut. Dia tidak menyangka Shina akan melakukan hal itu.

"Ahh.. Maaf. Tentu saja kau mau menggunakan gelas yang baru." ucap Shina malu sambil mengambil gelas baru lainnya dirak

Hingga tiba-tiba Aris menahan tangannya sambil berkata

"Tidak apa-apa.. gelas yang ini saja." ucap Aris sambil mengambil gelas Shina tadi

Saat itu, Shina terus menatap Aris bahkan ketika Aris sedang meneguk minumannya. Aris yang canggung terus ditatap seperti itu..

"Uhukk.. uhuuukk..uhhuukkk." Aris tersedak

"Ahh.. Kau tidak apa-apa Aris." ucap Shina panik

"Harusnya kau minum pelan-pelan, sampai bisa tersedak seperti ini.." lanjut Shina sambil mengelus-ngelus dan menepuk-nepuk kecil pungunggungnya

"Iya tidak apa-apa.." balas Aris. Dan kini dia terlihat meneguk minumannya itu sambil memebelakangi Shina

Hingga kemudian dia berbalik dan berkata,

"Terima kasih untuk minumannya." ucap Aris tersenyum sambil hendak menaruh gelasnya. Shina pun tersenyum membalasnya.

Kemudian Aris meninggalkan dapur dan hendak menuju ruangan lainnya. Shina masih tetap mengekorinya.

"Kau mau mengikutiku masuk ke toilet?" ucap Aris tiba-tiba yang membuat Shina terkejut dan malu

"Tentu saja tidak. Aku hanya ingin membantumu, barangkali ada hal lain yang kau butuhkan saat ini.." jawab Shina malu

"Sebenarnya.. Aku bisa mengurus kebutuhanku sendiri. Aku terbiasa hidup mandiri sedari kecil, bahkan saat SMA aku mengekos.." saat mengucapkan semua itu, Aris menyadari perubahan ekspresi diwajah Shina. Dia terlihat sedikit sedih mendengar Aris berkata seperti itu.

"Terima Kasih telah menawarkan bantuan padaku sebelumnya Shina. Nanti kalau aku butuh apapun, aku pasti akan langsung memintanya padamu." lanjut Aris berkata sambil tersenyum

"Baiklah kalau begitu.." balas Shina

Ketika Aris hendak masuk ke dalam kamar mandi, Shina kembali berkata

"Ehh Aris.. apa kau ingin aku buatkan teh atau kopi?" tanya Shina menawarkan

Sebenarnya saat itu Aris tidak membutuhkan keduanya. Akan tetapi, untuk menjaga perasaan istrinya dia pun menjawab

"Kopi.. tapi jangan terlalu manis ya." jawab Aris

Dan Shina pun langsung menuju dapur untuk membuatkannya.

Dikamar mandi, Aris terlihat bahagia melihat perubahan sikap Shina itu.

"Rupanya dia mau memerankan peran sebagai seorang istri yang baik dengan menyambutku ketika pulang tadi dan mempersiapkan segala kebutuhanku itu. Manis sekali.." pikir Aris sambil tersenyum

Ketika Aris keluar dari kamar mandi, ternyata Shina duduk diruang tengah sudah menyiapkan kopi untuknya. Lalu, Aris pun duduk disampingnya sambil berkata

"Wah, ternyata kopinya sudah dibuat..  Aku tidak sabar ingin mencicipi bagaimana rasanya."

Shina kemudian mengambil kopi tersebut dari atas meja dan memberikannya pada Aris. Saat itu terjadi insiden kecil. Ketika Shina hendak memberikan kopi tersebut pada Aris, Shina yang malu karena terus ditatap Aris saat itu.. menjadi grogi dan tanpa sengaja menumpahkan isi kopi tersebut sebagian ke paha Aris. Tentu saja hal itu membuat Aris meringis kesakitan karena panasnya kopi.

"Aaaww.." ringis Aris kesakitan pada saat kopi tersebut tumpah mengenai dirinya

"Aduh maaf.. maaf Aris aku tidak sengaja.." ucap Shina panik, merasa bersalah sambil mengusap-usap paha Aris yang terkena tumpahan kopi tadi dan meniup-niupnya.

"Kau.. Apa kau sengaja melakukan ini untuk membangkitkan hasratku" ucap Aris tiba-tiba yang membuat Shina terkejut malu dan berhenti melakukan apa yang barusan dilakukannya tadi

"Aa.. Aku.. Aku tidak melakukannya dengan senga.." Shina yang belum selesai mengatakan ucapannya itu kemudian dibungkam oleh ciuman dari Aris

Kali ini Aris sepertinya sudah tidak tahan melihat tingkah laku istrinya yang seolah ingin menggodanya. Aris terus mencium bibir Shina saat itu. Bukan sekedar ciuman lembut seperti biasanya, tapi lebih ke arah nafsu hingga membuat mereka berdua terengah-engah saling memburu nafas. Kemudian,

"Kita lanjutkan ini dikamar.." ucap Shina tiba-tiba sambil sesaat melepaskan ciumannya pada Aris

Dan Aris pun langsung membawa Shina ke kamarnya hingga kemudian sesaat setelah mereka baru melakukan pemanasan (foreplay).. bahkan Shina pun belum terlihat melepaskan piyama yang dikenakannya, Rani tiba-tiba mengetuk pintu kamar. Sebenarnya saat itu mereka berdua sudah mengunci pintu kamarnya,

"Ayah.. Mami.. kalian ada didalam? Kenapa kalian mengunci pintu kamarnya??" ucap Rani sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar

Aris dan Shina yang panik saat itu kemudian saling melepaskan diri. Dan dengan segera mereka pun membuka pintu kamar. Saat itu,

"Oh Rani, Ada apa Sayang?" sapa Aris

"Ayah dan Mami sedang apa didalam sana? Kenapa kalian mengunci pintu kamar?" tanya Rani heran. Sebab tidak biasanya Aris mengunci kamarnya itu.

"Ahh tadi itu.." Shina yang belum sempat menjawab pertanyaan Rani dipotong oleh Rani

"Itu.. dileher Mami kenapa?" sambil  Rani memunjuk ke arah kissmark di leher Shina

Saat itu Aris terlihat malu dan ingin menjawab, tapi Shina lebih dulu mendahuluinya dengan berkata

"Tadi itu ada nyamuk yang sangat besar dan menggigit Mami.." sambil Shina menoleh ke arah Aris

"Kita sedang berusaha untuk menangkap dan membersihkan nyamuk tersebut dari kamar ayahmu ini.. Kita mengunci kamar supaya kau tidak masuk kedalam karena khawatir nyamuk tersebut juga akan menggigitmu nanti.." Shina menjelaskan yang kemudian dibalas senyuman oleh Aris

"Memangnya sebesar apa nyamuknya sampai bisa menggigit Mami seperti itu?" tanya Rani polos

"Pokoknya sangat besar.. yang jelas kau untuk sementara ini jangan dulu masuk ke kamar ayahmu ya. Sampai kami membereskan nyamuk itu." ucap Shina memperingatkan Rani

Namun Rani malah tiba-tiba berkata,

"Kalau begitu untuk sementara kalian tidur dikamar Rani saja. Kita tidur bertiga. Rani tidak keberatan."

Mendengar hal itu, Aris dan Shina terlihat saling memandang. Sepertinya mereka berdua kurang menyetujui ide itu. Namun, mereka tetap mengikuti keinginan putrinya itu. Dan dengan terpaksa mereka bertiga benar-benar tidur bersama di dalam kamar Rani pada malam harinya.

Sementara pagi harinya di Rumah Sakit, Papa sudah berada diruang operasi. Saat itu, Mas Ryan terus berusaha menenangkanku dengan berkata,

"Tenang saja Sayang. Papa pasti akan baik-baik saja. Prosesnya hanya memakan waktu 2-3 jam. Mereka semua merupakan tenaga profesional yang sudah biasa melakukan hal ini, jadi kamu tidak usah khawatir.."

"Tapi Mas.." aku masih terlihat sedih sambil menunggu didepan ruangan operasi

"Kita berdoa saja.. Serahkan semuanya pada Tuhan. Semoga setelah menjalani operasi ini, jantung Papa tidak akan mengalami masalah lagi.." ucap Ryan sambil memegang tanganku

Saat itu, tiba-tiba handphone Ryan berdering. Ternyata panggilan dari salah satu karyawannya yang menyatakan bahwa Heru sudah siuman. Sebenarnya Ryan ingin segera menemuinya langsung, tapi melihat kondisiku yang masih mengkhawatirkan Papa, Ryan jadi tidak tega untuk meninggalkanku sendirian. Dan dia pun berkata ditelpon,

"Sampaikan padanya aku akan menemuinya nanti, setelah mertuaku menjalani operasi disini. Suruh dia istirahat dan makan untuk memulihkan keadaannya." dan Ryan pun kemudian menutup telponnya.