Lima tahun kemudian.
"Mommy ..."
Seorang anak perempuan berlari ke arahku dengan seragam sekolahnya.
"Bagaimana sekolahnya hari ini?" tanyaku.
"Aku dapat teman baru. Tapi tadi ada yang mengejekku dan tidak mau berteman denganku," ujarnya.
"Loh, dia memang bilang apa padamu?"
"Dia bilang aku ompong kaya nenek-nenek."
Clarisa baru saja copot satu gigi depannya dua hari yang lalu sehingga giginya belum tumbuh lagi.
"Dengar ya Ca, kalau ada yang mengejekmu senyum saja. Sebab kita tidak bisa mengendalikan orang lain dan orang lain pun tidak bisa mengendalikan kita. Jadi kamu tidak usah membalasnya karena itu tidak baik. Bisa dipahami ucapan mommy?"
"Es, mom."
Sampai di rumahku. Clarisa langsung pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Aku kembali ke ruang kerjaku. Vina masih duduk di sana dengan perutnya yang besar. Ya, Vina tengah mengandung sekarang. Dan dia menikah dengan Fikram tahun lalu.
"Halo tante Na," ucap Clarisa begitu masuk ruanganku.
"Halo cantik, sudah pulang ya?" ucap Vina
"Iya. Aku dapat pekerjaan rumah di sekolah loh."
"Kamu senang ya dapat pekerjaan rumah di sekolah, tante Na dulu paling tidak suka kalau dapat pekerjaan rumah."
Clarisa memanggil Vina dengan sebutan tante Na. Dia pun duduk di meja yang berhadap-hadapan denganku. Semenjak dia sekolah, dia selalu mengikuti kebiasaanku, seperti saat aku sedang menggambar, dia juga ingin memiliki mejanya sendiri sepertiku.
"Mau makan dulu apa mau mengerjakan tugasnya?" tanyaku.
"Mau mengerjakan tugasnya dulu. Aku mau makan sama daddy di sana," ujarnya sambil menunjuk ke arah luar.
"Satu jam lagi kita ke sana ya?"
"Oke, mom."
Kami pun sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tidak terasa satu jam sudah. Waktu begitu cepat saat kita sedang sibuk dengan pekerjaan. Clarisa bersorak karena tugas sekolahnya sudah selesai.
"Mommy ayo," ajaknya.
"Iya sayang, sebentar ya. Mommy mau siapkan makanannya dulu," kataku.
Aku beranjak dari tempat duduk. Vina mengangguk setelah aku menyuruhnya untuk istirahat dan pamit padanya. Clarisa mengekoriku pergi ke dapur. Aku mengambil rantang kemudian mengambil nasi dan menyimpannya.
"Eh ada Ica, Ica mau makan?" tanya Dika.
"Iya, om. Ica mau makan bareng daddy," kata Clarisa.
"Kamu mau makan apa?" tanyaku.
"Om Dika masak apa saja?" tanya Clarisa.
"Om masak ..."
"Ayam goreng. Aku mau ayam goreng," sahut Clarisa.
Dika mengacungkan jempol lalu menggorengnya. Setelah matang, aku memasukkan ayamnya ke rantang. Kami pun pergi, sebelum itu Clarisa melambaikan tangannya pada Dika. Kami pun pergi menggunakan motor. Sampai di tempat tujuan. Aku menggandeng tangan Clarisa.
"Om Bay!" panggil Clarisa begitu melihat Bayu.
Bayu hanya melambaikan tangannya. Lift terbuka. Banyak beberapa karyawan keluar tampak seorang pria yang tidak asing lagi bagiku. Yudha. Bertrmu setelah sekian lama berpisah. Tersenyum tipis saat melihatku. Aku pun masuk lift tersebut.
"Lama ya tidak jumpa, Kay," ujar Yudha.
"Ya, lama tak jumpa," kataku.
"Anakmu sudah besar ya?" katanya sambil melihat ke arah Clarisa yang menempel padaku dengan menggenggam tanganku.
Pintu lift terbuka.
"Ya. Mari," ujarku.č
Dia hanya mengangguk mempersilahkan. Clarisa pun bertanya akan pria yang baru dia temui tadi setelah lima tahun yang lalu.
"Dia teman mommy, sayang."
"Tapi dia tidak seperti teman mommy karena mommy tidak begitu ke teman-teman mommy kaya ke tante Na, om Dik, ..." pintu terbuka menghentikan pembicaraannya. "Dady ..." pekiknya.
"Halo anak dady yang cantik," ujar Aditya lalu mencium pipi Clarisa.
"Kamu mau ke mana?" tanyaku.
"Aku rapat dulu sebentar ya," jawabnya lalu mencium pipi kananku.
Aku mengangguk dia pun pergi. Aku mengajak Clarisa unyuk menunggu dadynya di dalam. Satu jam berlalu. Clarisa masih belum makan karena menunggu dadynya yang sedang rapat. Aku pun jadi merasa kesal karena dia masih belum kunjung juga.
"Ica makan dulu ya?" kataku.
"Enggak mau, Ica mau makan bareng daddy. Daddy juga belum makan, mom."
"Daddy lagi rapat ..."
"Makannya mau bareng sama daddy!"
Clarisa menyilangkan kedua tangannya dengan ekspresi cemberutnya. Begitu susah aku menyuruhnya untuk makan segera tanpa ditemani daddynya. Aditya bilang sebentar tapi kenapa lama. Aku harus menegurnya nanti.
Pintu terbuka. Aku melihat ke arah pintu. Ternyata Aditya, orang yang di tunggu datang juga. Aku langsung menghampirinya. Berbisik padanya kalau anaknya sedang marah. Dia menyimpan dokumennya di atas meja. Dia berjongkok di hadapan Clarisa yang tengah marah.
"Marah karena daddy lama ya, maaf ya?" ujar Aditya.
Clarisa masih bertahan dengan cemberutnya. Aditya menyendok nasi dengan daging ayam. Tapi Clarisa masih menolak untuk makan.
"Ya sudah kalau enggak mau, daddy makan saja kalau begitu," ujar Aditya dengan perlahan mengarahkan sendok ke mulutnya.
"Jangan, itu daging punya Ica!" sahutnya.
"Ya sudah. Ayo makan. Katanya mau makan bareng sama daddy," lanjut Aditya.
Clarisa mengangguk. Akhirnya Clarisa pun mau makan. Di sela-sela sedan makan. Aku teringat dengan Yudha tadi. Aku menanyakannya pada Aditya. Ternyata kerja samanya sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu dan Yudha datang karena ada proyek baru. Ternyata itu alasannya kenapa tadi rapatnya agak lama. Selesai makan, aku pamit pulanh karena pekerjaanku masih belum selesai.
Sampai di rumah. Dika sudah menutup warungnya. Aku masuk ke rumah. Clarisa langsung mengajak main salah satu pegawai. Aku membiarkannya untuk bermain karena aku sendiri pun harus menyelesaikan gambarku.
"Lama banget asli. Ke mana dulu?" ujar Vina begitu aku masuk.
"Sorry banget, tapi Aditya rapat dulu jadi agak lama," jelasku.
"Selesaikan sisanya. Aku ingin pergi sama suamiku."
"Loh ini masih siang, memangnya dia sudah selesai kerjanya?"
"Aku yang minta buat di temani jajan. Lagi mengidam kan."
Mengidam apanya? Yang ada kamu itu yang mau bukan sungguhan ngidam."
"He-he. Biarkanlah bumil ini senang Kay. Jarang-jarang kan? Mana mau kalau aku tidak lagi hamil begini ditemani olehnya," ujarnya sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Oke-oke. Silahkan. Selamat Bersenang-senang!" ujarku.
"Sudah aku tulis ceritanya kau tinggal menggambar dan memasukkan kalimatnya."
"Beres apanya, ini masih aku yang mengerjakannya sendiri.
Vina memberikan kiss bye lalu melambaikan tangannya. Aku pun melambaikan tangan. Setelah Vina pergi, aku melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda tadi. Tak terasa hari sudah sore. Aku memanggil Clarisa yang sedang bermain dengan temannya, untuk mandi dulu. Karena sudah pukul empat.
"Mommy, aku senang di sini. Di sini aku ada teman main," ujar Clarisa.
"Kita memang tiap hari juga di sini," kataku.
"Kenapa enggak tidur di sini saja, mom?"
"Mau tidur di sini ya? Kita tunggu daddy dulu ya?"
"Mommy selalu menunggu daddy. Kenapa sih?"
"Karena mommy istrinya. Seorang istri harus patuh pada suaminya."
Bibirnya membentuk huruf o. Setelah selesai Clarisa membersihkan diri, sekarang giliranku. Tak membutuhkan waktu lama, aku pun sudah selesai. Sekarang giliran menunggu Aditya pulang.