“Cinta itu buta, cemburu membara, namun cintaku tiada tara”
Akhirnya lima porsi bubur kesukaanya sudah Lani bawa. Bubur itu akan menjadi menu sarapan bagi Ayah, Ibu Lano dan khusus untuk Lani ia 2 porsi. Satu porsi lagi akan ia makan saat siang, karena ia masih mengikuti anjuran dokternya.
Sejak kemaren tak ada pesan masuk dari dokter itu. Namun Lani tak begitu memasalahkannya. Terlebih adiknya sekarang bersamanya membuat waktunya semakin berisi dan berkangen kangen ria dengan dia.
Setelah mendapatkan bubur Lani dan Lano beranjak untuk pulang. Lano setia menggengam tangan Lani saat menyebrang jalan. Bahkan sampai masuk komplek mereka saling bergandengan.
“Lo inget gak dulu yang suka gue gandeng itu lo, eh sekarang lo udah segini aja” ucap Lani sambil memperlihatkan genggaman mereka.
“hahaha tumbuh kembang lo gak sepesat gue sih, sekarang gue bahkan lebih tinggi dari lo. Lo tuh makan makanan bergizi gak sih” ucap Lano sambil merangkul kakaknya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com