"Pasti pacarnya gak kuat sama kelakuan ini orang, " batin Cintia sinis.
"Aku jatuh Cinta sama kamu loh, pada pandangan pertama, kamu itu cantik, sangat cantik bahkan. Makanya ayo menikah, nanti kalau sama aku, anaknya jadi gagah pemberani, kalau gak ganteng ya cantik imut, " ucap Adiyaksa lantang.
"Kamu…lebih baik kamu pergi oke, karena aku tidak akan menikah sama kamu. Kalau kamu gak pergi juga, aku yang akan pergi, " ancam Cintia.
Memang Cintia akui bahwa laki-laki di hadapannya ini memanglah tampan. Badan tinggi tegap, kulit sawo matang, dada bidang bahkan Cintia seolah bisa melihat banyaknya kotak-kotak indah pada perut laki-laki itu. Sungguh panas jika Cintia melihatnya, rasanya ingin langsung menjawab iya. Tapi jika ingat bagaimana tingkah gila Adiyaksa, Cintia justru merasa ingin segera menjauh dari laki-laki itu. Sangat jauh dari kriteria laki-laki idamannya yang harus memiliki sikap bijaksana, sifatnya tenang sedikit dingin. Tidak seperti yang di hadapannya, terlalu banyak omong.
"Jahat banget sih kamu sayang, sama calon suami itu harus hormat. Masa sama suami nanti kamu ketus begini, kalau dosa gimana? Mau kamu dosa?" tantang Adiyaksa.
"Mau aku dosa, mau enggak, gak ada hubungannya sama kamu ya! Lagian mau aku nikah juga bukan sama kamu!" jawab Cintia penuh percaya diri.
Meski dirinya sedang dalam masa penuh desakan, dia juga tidak akan asal dalam memilih suami. Apalagi jika laki-laki di depannya ini tidak mapan sama sekali, dirinya akan diberi makan apa? Memang Adiyaksa pikir hanya dengan cinta bisa merasa kenyang. Pikiran aneh dari mana itu, Cintia benar-benar akan menentangnya.
Bahkan Adiyaksa terlihat seperti laki-laki yang tidak laku di hadapan Cintia karena begitu pintarnya mempromosikan diri. Kata-kata yang ada di dalam mulut Cintia sekana menguap entah kemana. Cintia hanya mendengar apa yang Adiyaksa ucapkan tanpa henti, Adiyaksa pun tidak peduli Cintia akan menjawab atau tidak.
Biarlah dirinya terlihat seperti perekrut sebuah leasing, asal wanita seksi di hadapannya bisa menjadi istrinya. Sungguh usaha yang sangat sebanding dengan hasil.
"Oh iya, kamu kenapa diem aja sih? kamu tipe wanita cuek ya? tapi gak masalah, aku bukan orang pendiam kok jadi aku bisa imbangin kamu. "
"Apalagi kalau kita jadi nikah, aku jamin deh kamu pasti bakal bahagia sama aku, aku kaya, ganteng lagi. Dijamin gak akan nyesel."
"Ngomong-ngomong, kamu seksi loh, kita pasti akan jadi pasangan serasi, badanku keren dan kamu seksi, gimana? tertarik? " tanya Adiyaksa.
"Tertarik katanya? dia pikir ini apa sih?! " batin Cintia memaki.
"Kamu jangan gila! kita baru kenal, pake ngatain aku seksi lagi, mata kamu jelalatan ya!"
"Aku juga gak mau nikah sama kamu, ngerti! " jawab Cintia seraya beranjak pergi. Dia sudah terlalu muak melihat laki-laki yang terlewat percaya diri di hadapannya ini, waktunya benar-benar sudah terbuang.
"Loh loh sayang kamu mau kemana… " teriak Adiyaksa sekali lagi. Bahkan laki-laki itu menghampiri Cintia, menggenggam tangan Cintia lagi dengan berani.
Senyum seperti ini lah yang paling Cintia hindari. Senyuman yang…. Manis. Cintia tidak tahu kalau dirinya juga bisa menjadi gila meski hanya sebentar berhubungan dengan Adiyaksa. Jujur saja, jika Adiyaksa bersikap keren serta sedikit dingin, justru Cintia yang akan mengejarnya. Terlebih hanya ajakan menikah, Cintia akan menerimanya setelah satu detik pertama.
"Aku bakalan dapetin kamu. Kamu pasti gak lama lagi jadi istriku! " tegas Adiyaksa.
Cintia begitu saja pergi dari hadapan Adiyaksa dengan bibir terus menggerutu. Biarkan saja semua orang melihat dirinya aneh, tapi siapa yang tidak akan menahan emosi seperti dirinya saat ini, terlebih laki-laki asing itu dengan mudah menyentuhnya.
"Memangnya aku cewek apaan, di pegang-pegang, "oceh Cintia.
Wanita seksi itu melangkah ke arah ruangannya setelah berpesan pada pegawainya untuk segera mengantarkan minuman. Dia butuh minuman dingin untuk menyadarkan dirinya serta menyatukan setiap syaraf otaknya. Pasti sel tubuhnya sudah rusak karena alergi pada laki-laki seperti Adiyaksa. Sombong, suka pamer kekayaan, Cintia tidak suka itu.
Meski hanya sebuah perkataan tapi dia juga tidak perlu mengatakannya pada Cintia. Biarpun dirinya realistis mengenai kehidupan, tapi tidak sampai seperti ini. Siapa yang tidak mau laki-laki mapan menjadi suaminya nanti, asalkan jangan seperti Adiyaksa sifatnya.
"Tuhan tolong berikan petunjuk, bukan dia kan jodohku Tuhan? Iya pasti bukan, aku yakin, Tuhan tidak akan memberikan aku pasangan yang jauh dari kriteriaku, " gumamnya penuh percaya diri.
Tangan Cintia saling menangkup erat berdoa pada Tuhan, berharap kali ini do'anya akan terkabul, karena dia sedang merasa teraniaya sekarang. Teraniaya karena didekati laki-laki yang terlihat kurang kasih sayang. Tubuhnya bergidik ngeri saat sepintas bayangan mengerikan hampir ke kepalanya. Sebuah bayangan saat Cintia menikah dengan Adiyaksa, telinganya terasa mendengung saat melihat bagaimana berisiknya Adiyaksa. Dia pasti akan cepat menua.
Bibir Cintia mengerucut lucu, tidak bisa membayangkan bagaimana kulitnya yang saat ini begitu halus berubah keriput setelah menikah dengan Adiyaksa.
"Oh no…! Gak, gak, aku gak mau," gumam Cintia takut.
Mimpi buruknya benar-benar akan datang jika terus berada di dekat laki-laki itu. Cintia akan berdoa dengan sungguh-sungguh saat ini, tidak akan lagi membolos saat orang tuanya mengajak pergi ke gereja.
Sedang disisi lain, Adiyaksa kembali duduk dengan santai pada meja yang beberapa saat lalu ia tempati dengan wanita seksi. Tapi mata Adiyaksa membola seketika saat dia baru saja sadar belum berkenalan dengan calon istrinya itu. Dia merasa menjadi laki-laki paling bodoh di dunia ini.
"Bisa-bisanya lupa kenalan! Gak boleh dibiarin, harus lakuin sesuatu ini, " ucap Adiyaksa dengan menepuk dahinya beberapa kali.
Dahinya berkerut sangat dalam, seakan memikirkan beban negara yang begitu beratnya, tapi baginya memikirkan wanita seksi yang baru saja ia temui memang sangat penting. Ibu anaknya haruslah wanita tadi, tidak mau yang lain, tapi kalau wanita seksi tadi tidak mau, tidak masalah, Adiyaksa masih memiliki banyak jalan pintas.
"Aku kaya aku bisa," semboyan Adiyaksa yang tidak pernah membuatnya meleset sedikitpun.
Memiliki rasa percaya diri yang tinggi adalah kelebihan Adiyaksa Mahendra si pengusaha properti. Dia pasti bisa menemukan jalan. Seperti saat ini, bibirnya telah menerbitkan senyuman miring penuh makna, meski Cintia dibuat sangat anti dengan Adiyaksa, justru berbeda dengan gadis-gadis remaja di sana. Terlihat beberapa kali memandangnya, membuat rasa percaya dirinya menjadi semakin tinggi tidak tertolong.
"Aku tau aku ganteng, seksi lagi," Adiyaksa menyugar rambutnya dengan senyuman.
Tidak lama dari itu tangan kanannya terangkat memanggil pelayan. Terlihat begitu berkuasa meski beberapa pegawai memandangnya aneh, bagaimana tidak saat laki-laki itu berusaha keras mendekati atasan mereka. Tidak tahu saja laki-laki itu bagaimana langkah yang tepat untuk mendekati atasannya, sungguh pegawai itu merasa prihatin dengan laki-laki tampan ini.
"Aku pesan semua makanan disini, tapi biarkan wanita tadi yang mengantarnya padaku dan jangan lupa bungkus semua makanannya, tapi sajikan beberapa makanan dulu di meja, aku akan menunggu wanita tadi kesini. Tapi beritahu dulu siapa namanya?" ucap Adiyaksa penuh kemenangan.