webnovel

Dimanjakan Oleh Seluruh Tim Produksi (7)

Éditeur: Wave Literature

Ji Yi merasa begitu canggung dengan pengalaman di kamar kecil itu sehingga membutuhkan waktu tiga menit sebelum ia dapat buang air kecil.

Ji Yi tersenyum ketika keluar dari toilet dan melewati barisan orang-orang itu. Ketika sampai di wastafel, gadis itu menyalakan kran air dan mencuci tangan dengan hati-hati. Ketika hendak mengeringkan tangannya, selembar tisu tiba-tiba muncul di depannya.

Setelah mengalami berbagai situasi yang mengejutkan sepanjang hari itu , Ji Yi masih sangat terkejut. Dia menatap tisu itu selama dua detik sebelum mengambilnya. Seorang wanita berusia sekitar dua-puluh-lima atau dua-puluh-enam tahun tersenyum kepadanya dengan mata berbinar.

Ji Yi menelan ludah dengan susah payah untuk menenangkan jantungnya yang berpacu. Ia tersenyum dan berkata, "Terima kasih", sambil menerima tisu tersebut.

Setelah mengeringkan tangannya, Ji Yi baru saja hendak membuang tisu ke tong sampah ketika wanita yang sebelumnya memberikan tisu itu kepadanya- mengulurkan tangan dan mengambil tisu itu dari tangannya. Wanita itu membuangkan tisu itu ke tong sampah untuk Ji Yi.

Karena semua perlakuan berlebihan yang diterimanya dari seluruh tim produksi, ketika keluar dari kamar kecil, Ji Yi tidak berani kembali ke restoran. Ia langsung menuju tempat syuting.

Masih banyak waktu sebelum syuting dimulai, tetapi karena khawatir akan berpapasan dengan orang-orang yang ramah berlebihan dalam lokasi syuting dan harus bertukar senyum dengan mereka, maka ia pun berpikir lebih baik mencari sebuah sofa dan kemudian duduk. Ji Yi memejamkan mata dan pura-pura tidur.

Sinar matahari yang hangat menyelimuti tubuhnya melalui jendela, membuatnya merasa sangat nyaman. Ji Yi, yang awalnya hanya berpura-pura tidur, akhirnya benar-benar tertidur.

Ketika bangun, matahari masih bersinar terang lewat jendela; cahayanya yang terang membuat Ji Yi kesulitan membuka mata. Perlahan ia melindungi kedua matanya dengan sebelah tangan ketika terdengar suara "ding dong!" dari sebelahnya.

Ji Yi spontan menoleh dan melihat bahwa seorang aktris dari tim produksi tengah menerima sebuah pesan. Bukannya segera membaca pesan itu, dia justru mengganti model ponselnya ke "Diam" dengan panik, lalu melihat ke arah pintu masuk ruang bersantai dengan rasa takut yang jelas terpampang di matanya.

Pandangan Ji Yi kebetulan tertuju pada Chen Bai yang sedang berdiri di depan pintu, memakai setelan jas warna biru. Laki-laki itu sedang menatap aktris yang baru menerima pesan itu dengan tatapan penuh peringatan.

Sang aktris terlihat sangat ketakutan sampai wajahnya menjadi pucat pasi, seakan dia telah melakukan sebuah tindakan kriminal.

Ketika pandangan mereka bertemu, Ji Yi mengerutkan kening dengan kebingungan.

Chen Bai sedang memelototi aktris itu, tetapi mengapa?

Ji Yi memikirkan hal itu sambil mendongak melihat jam dinding di ruang santai.

Sudah jam tiga sore?

Bukankah mereka mengatakan akan mulai syuting jam satu siang? Sudah dua jam berlalu, mengapa mereka belum mulai syuting?

Ini tidak mungkin… Aku tak sengaja tertidur selama dua jam? Area lounge ini adalah tempat umum, jadi mengapa mereka tidak membangunkanku dalam dua jam ini?

Chen Bai tidak mungkin memelototi aktris itu hanya karena ponselnya berbunyi dan membangunkanku, bukan?

Semua kejadian itu terasa bagai deja vu… Dahulu di SMA Yizhong-Sucheng ketika dia masih muda, saat dia tertidur di meja kelas di sore hari pada musim panas, Fatty berdiri di depan pintu untuk mencegah siapapun mengganggunya… Jika seseorang tanpa sengaja batuk, Fatty akan memelototi orang itu dengan tatapan menakutkan…

Ketika hal itu melintas di benak Ji Yi, dia spontan melihat ke arah aktris yang ponselnya baru saja berbunyi. Kemudian dia melihat ke arah Chen Bai yang berdiri di depan pintu.

Semua ini persis sama dengan kejadian ketika dia masih SMA dulu. Chen Bai adalah Fatty, dan aktris itu adalah murid SMA yang tanpa sengaja menimbulkan suara berisik… Bahkan semua kejadian sepanjang hari ini amat-sangat mirip dengan hari-hari yang dilewatkannya saat kelas tiga SMA…

Jauh di lubuk hatinya, Ji Yi belum sepenuhnya yakin apakah perkiraannya itu benar, ketika Chen Bai, yang berdiri di pintu berkata, "Tuan He, Nona Ji baru saja terbangun, bisakah kita mulai syuting sekarang?"