Kediaman Wijaya digemparkan dengan kabar kalau Leonardo akan menikah. Putra bungsu keluarga Wijaya yang terkenal suka gonta ganti wanita dan hidup bebas itu menyatakan akan segera melepas status lajangnya dan menikah. Membuat semua pasang mata yang mendengar kabar suka cita itu melongo tak percaya.
"Benarkah? Leon akan menikah?" Melani menghentikan suapannya. Alexandro mengangguk tanda membenarkan.
Rahang Lexandro terlihat mengeras, ia terkejut dengan berita ini. Pria itu tengah mengurus sebuah proyek besar yang diharapkan bisa mengalahkan Leonardo, kesibukannya menyita banyak sekali waktu sampai melupakan serpak terjang adiknya itu. Selama ini ia selalu terbuai karena Leonardo memang tak pernah mendekati wanita mana pun, tak pernah mau mengurus hal-hal membosankan dan terikat dalam sebuah tali pernikahan. Leonardo tak ingin masalah keluarga menambah beban hidupnya.
"Siapa? Siapa calon istrinya?" tanya Melani panik, sudah pasti dia panik, kalau sampai Leonardo menikahi wanita kalangan atas dan membuat perjanjian bisnis bisa saja Lexandro kalah dalam pertarungan mereka. Melani tentu saja tak mau kehilangan tambang berlian itu di tangan anak haram.
"Namanya Jasmine, dia anak seorang petani di desa. Besok Leon akan memperkenalkannya pada kita." Alexiana menggantikan ayahnya menjawab pertanyaan sang ibu.
"Puft ... hahaha ... aku kira sehebat apa calon istrinya!! Anak keluarga besar mana?? Ternyata cuma petani." Melani tak bisa menahan tawa dan menyembunyikan kebahagiaan. Bahagia karena mengetahui hanya wanita kelas rendah yang dipilih Leonardo.
"Jaga mulutmu, Melani. Dia akan menjadi anggota keluarga kita!!" Alexandro menasehati istrinya.
"Iya, iya. Aku akan menyambutnya bagaikan menantu idaman. Juga memanggilnya tuan putri bila perlu." Melani melambaikan tangannya memanggil kepala pelayan.
"Persiapakan jamuan makan malam yang mewah akhir minggu ini. Kita harus merayakan kebahagiaan ini. Akhirnya putra bungsu keluarga Wijaya menikah!! Menikahi anak seorang petani!!" Melani terkikih, Lexandro ikut menyeringai.
Tidak mungkin!! Masa iya Leon akan menikah?? Aku kira dia mencintaiku, batin Karina. Wanita itu terus menggigit ujung kukunya sampai kuku cantik itu grepes. Alexiana yang melihatnya menaikan alis, heran.
"Kak Ina? Kau kenapa?"
"Hah?? Aku?! Tidak, aku tidak apa-apa." Karina menurunkan jarinya, dan bergegas menyalurkan pikiran pada putrinya. Menyuapinya makan. Sang bocah keheranan karena barusan ia bilang kalau sudah kenyang. Kenapa Karina malah menyuapinya lagi?
Aneh, gumam Alexiana dalam hati.
"Apa yang kau pikirkan sampai bengong seperti itu?" Lexandro mengelus lengan Karina.
"Tidak ada, sungguh, tidak ada. Aku mungkin hanya lelah." Karina menepis tuduhan suaminya, tak ingin semua orang terutama suaminya curiga bahwa ia pernah berselingkuh dengan Leonardo.
"Aku akan mengantarmu ke kamar bila lelah." Lexandro menarik tangan Karina, wanita itu langsung menunduk pasrah.
"Kami permisi Ayah, Ibu." Pamit Lexandro, Karina hanya diam saja. Rambut panjang itu menjutai dan menutupi wajah pucatnya.
Lexandro menyeret Karina masuk ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh wanita itu ke atas ranjang.
"Apa kau kecewa karena adikku akhirnya menikah?" Lexandro melepaskan jas dan dasinya.
"Apa maksudmu, Lex. Aku tak mengerti." Karina menundukkan kepalanya ketakutan.
"Tak usah berkelit atau menyangkal. Kau kira aku tak tahu apa hubunganmu dengan Leon!! Wanita menjijikkan!" Lexandro mengikat tangan Karina dengan dasinya.
"A—Apa yang kautahu?" Karina meronta saat Lexandro mengikatnya.
"Kau sering menemuinya, bahkan bercinta dengannya saat ia kemari!! Andai dia bukan adikku, aku pasti sudah membunuhnya, mencincang tubuh dan memberikannya pada anjing penjaga. Sayang sekali dia adikku! Yang aku bisa hanya menahan geram dan amarahku saja!!" Lexandro menarik kaki Karina, dengan kasar ia merobek dress mahal yang menempel pada tubuh istrinya itu.
"Lex, kumohon!! Jangan!! Maafkan aku, jangan begini. Aku janji tak akan mengkhianatimu lagi." Karina menatap jeri pada wajah suaminya yang menakutkan. Wajah itu merah padam karena kecemburuan yang membara.
"Aku harus menghukummu!!" Lexandro mengambil peralatan dari dalam laci tersembunyi dalam lemari. Ia mengeluarkan berbagai macam bentuk seks toys dan melemparkannya ke atas ranjang. Karina mendelik melihat benda-benda itu. Sudah lama sejak Lexandro tak pernah menjamahnya, sudah lama pula sejak benda itu tak pernah menyentuh tubuh Karina. Bulu kuduk Karina bergidik ngeri saat melihatnya.
"Lepaskan aku Lex!! Kumohon!!" Karina mencoba untuk pergi dari suaminya, namun terlambat, tangan Lexandro lebih dahulu mencekal pergelangan kakinya. Karina gagal melingsut, secepat kilat Lexandro sudah berhasil mengikat kakinya juga.
"Pria menjijikkan!! Inilah kenapa aku memilih Leon dibanding dirimu!! Dasar dominan sadist!" Karina menghujat Lexandro dengan kelainan yang ia milikki. (Kelainan seksual, merasa superior dalam sebuah hubungan. Tak pernah mau mengalah, dan suka membuat pasangannya tersiksa terlebih dahulu.)
"Kau sudah tahu aku dominan!! Kenapa masih berani mengkhianatiku?!!" Lexandro merangsek mendekati Karina, ia mencekal dagu sang istri dan mulai meraup bibirnya kasar. Karina bergeleng mencoba menghindari ciuman Lexandro.
"Aku lebih dahulu mengenal Leon! Dia adik tingkatku saat kuliah di luar negeri. Andai saja Ayahmu tidak meminangku untuk menjadi istrimu!! Aku pasti akan menikahi Leon!!" ucapan Karina semakin menyulut amarah Lexandro.
"Yah, asal kau tahu, kau hanya bayaran Karina! Bayaran karena Ayahku membantu Ayahmu menemukan minyak di Timur Tengah. Berlian cair itu membuat keluargamu kaya!!" Lexandro mulai menghidupkan satu persatu seks toys.
"Gila!! Lepaskan aku!!"
"Menjerit saja!! Berteriak sepuasmu. Ruangan ini kedap suara." Lexandro menyeringai, ia mulai memasukkan sebuah seks toys pada liang milik istrinya. Karina hanya bisa pasrah dengan perlakuan kasar suaminya. Benda itu bergerak maju mundur dan bergetar dalam tubuhnya.
"Kau jahat, Lex!! Jahat!!" Karina menangis, penyiksaan itu kembali hadir.
"Nikmati saja, sama seperti saat-saat kebersamaan kita dulu. Mungkin kau harus diingatkan kembali, bagaimana masa-masa menjadi pengantin baru." Lexandro menjilat pusat dada istrinya. Memainkannya kasar dengan cubitan dari alat seks itu. Karina mulai belingsatan, beberapa alat lain mulai membuat tubuhnya mengejan karena sensasi getarannya. Membuat Karina terpuaskan berkali-kali dan itu sangat menyiksanya.
"Lepaskan aku, Lex!! Kumohon!! Aku berjanji tak akan mengkhianatimu lagi." Karina menangis, ia memohon pada suaminya.
Lexandro hanya berdecis, ia menyatukan ikatan tangan dan kaki Karina, membuat Karina semakin tersiksa oleh sensasi seks toys yang mengerumuni tubuhnya.
"Kalau bukan demi Arabella dan Isabella, aku tak akan sudi mempertahankan pernikahan kita, Lex," ujar Karina penuh kebencian.
"Begitu pula diriku, Karina. Kalau bukan demi anak-anak kita aku tak akan pernah memaafkanmu." Lexandro mencabut seks toy dari liang Karina dan mengganti dengan miliknya. Menghujam Karina dengan cepat dan kasar. Karina tak bisa menahan hentakan suaminya karena terlanjur lemas, wanita itu hanya bisa pasrah dan menikmati sekali lagi hal yang sudah lama tak pernah ia dapatkan dari suaminya itu.
"Argh ... argh!!"
"Bagus!! Teriaklah! Dasar jalang!"
ooooOoooo
Wiiiiihhh satu keluarga nggak ada yang normal 😝😝😝😝😝😝
Vote pake powerstone gaes biar semangat.
Jangan lupa commentnya. Biar rajin update