webnovel

MI VOLAS VIN (I Want You)

Auteur: BELLEAME
Urbain
Terminé · 1.4M Affichage
  • 529 Shc
    Contenu
  • 5.0
    37 audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Patuhi syarat membaca. 1. Mengandung muatan dewasa (21+) yang belum cukup umur dilarang membaca. 2. Follow akun author / IG @dee.Meliana 3. Kasih like/vote dan komentar yang sopan dan membangun. G: Dark Romance. Dilarang mengcopy paste tulisan ini dalam bentuk apapun!!! Tindakan plagiatan akan saya proses secara hukum. BLURB: ========== Kasih dan pengakuan. Cinta dan nafsu. Gairah dan hasrat. Semua itu adalah bagian penuh pesona dalam setiap kisah yang terjalin dalam kehidupan manusia. Pria, wanita, tua, muda, kaya, miskin, semua lapisan golongan dalam bebagai macam warna mata dan kulit menginginkannya. Keinginan yang tanpa batas untuk memiliki berujung pada obsesi. Obsesi berujung pada kegilaan. Kau bisa melakukan apapun saat menjadi gila. MI VOLAS VIN Bahasa Esperanto yang berarti 'aku menginginkanmu'. Ucapan singkat itu lah yang selalu Leonardo bisikkan pada telinga Jasmine. Obsesi Kegilaan dan Hasrat Membuat Leonardo menginginkan wanita bernama Jasmine lebih dari apapun dan bagaimana pun caranya. Lelaki berbahaya namun tampan dan penuh gairah diperhadapkan dengan wanita biasa yang menyimpan sejuta pesona. Mampukah Leonardo melumpuhkan Jasmine? "Sampai tetes darah terakhir yang mengalir melalui pembuluh darahmu adalah milikku. Mi volas vin, Jasmine!" Leonardo berbisik panas pada telinga Jasmine, membuat tubuh Jasmine bergetar karena sensasinya. "Tidak, ini adalah hal yang salah, Leon!" seru Jasmine. (Mengandung unsur maju mundur atau plot twist, baca dengan penuh penghayatan ya Darling!) Cover bukan milik saya. (Cover is not mine, credit belong to owner) Terima kasih. Selamat membaca, Belle Ame.

Étiquettes
3 étiquettes
Chapter 1JASMINE

"Let him kiss me with the kisses of his mouth! For your love is better than wine;"

Song of Solomon 1:2

___________

Siang ini hujan turun dengan deras, membuncahkan air pada seluruh kota. Tak hanya air, hujan juga membawa angin kencang dan hawa dingin. Jalanan sepanjang jalur utama macet , hujan juga membuat beberapa orang pengendara motor memilih untuk menepi sejenak. Rata-rata dari mereka tidak membawa mantel --padahal tahu hanya ada dua musim di negara ini, kemarau dan penghujan.

Pada sebuah kedai kopi di pinggir jalan itu. Seorang wanita muda terlihat asyik dengan pena dan kertas bekas bill tagihan kopi. Sesekali alisnya mengernyit, entah kenapa wajahnya yang cantik terlihat begitu tegang dan serius. Jemarinya bergerak lincah saat memencet tombol angka pada ponsel. Dengan aplikasi calculator ia menghitung jumlah nominal yang tertera pada tulisan tangan.

Bayar cicilan rumah, bayar Cicilan kendaraan, bayar tagihan listrik bulan ini, tagihan air, dan biaya makan, gumamnya dalam hati.

Hampir tak ada sisa, bahkan kurang bila aku harus mengantar ibu ke dokter. Wanita itu mengusap keningnya. Saat yang lain merasa kedinginan karena hujan deras, wanita Itu malah berkeringat.

Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan sudah menjual cincinku hari ini. Satu - satunya benda berharga yang tersisa. Wanita itu masih kalud dalam pemikirannya.

Benar, saat ini ia tengah mengalami kesulitan keuangan. Gajinya sebagai seorang marketing bank tidaklah cukup untuk menutup semua kebutuhan hidup. Cicilan bank, tagihan listrik, belum biaya makan, tunjangan orang tua, dan kebutuhan mendesak lain.

Kopi disamping ponsel terlihat tak lagi mengepul. Uap air telah menghilang, suhu, aroma, dan rasanya pun tak lagi sama. Ia bergegas menenggaknya sampai habis, jam istirahat makan siang sudah hampir berakhir. la harus kembali ke kantor.

"Nona Jasmine, pesanan Anda." Seorang pelayan datang membawa sebuah kopi take away lalu meletakannya pada meja Jasmine. Americano panas, terbungkus sempurna dalam cangkir kertas dan kantong plastik lentur warna hijau. Mereka bilang plastik itu dari olahan singkong, jadi lebih go green. Jasmine tak peduli dengan plastik lembek itu, mau plastik itu ramah lingkungan atau tidak pun tetap tidak akan bisa mengubah fakta seputar kehidupannya yang kian hari kian menyedihkan.

"Thanks," ucapnya singkat dibarengi sebuah senyuman.

Jasmine berlari kecil menembus hujan, menyebrang pada zebra cross dan sampai pada sebuah bank swasta. Dengan cepat kakinya melangkah masuk, menimbulkan suara kemelotak yang cukup keras saat ujung heels beradu dengan lantai pualam.

Jam satu siang, jam - jam paling padat, area tunggu dipenuhi nasabah. Semua mengantri, kalau bisa ingin segera didahulukan. Transaksi keuangan yang umum terjadi pada sebuah kantor cabang. Setor, tarik tunai, kliring, print buku, sampai pengurusan kartu ATM yang terblokir. Jasmine juga tak punya waktu untuk melirik mereka. la harus segera menemui kepala departemen marketing funding. Atasnya.

Jasmin sudah berjanji akan menemui pimpinan itu nya setelah jam makan siang berakhir. Ada hal penting yang ingin pria tua itu sampaikan. Jasmine menyapa beberapa rekan kerja nya saat berpapasan pada koridor.

Setelah merapikan diri dan mengambil napas sepanjang mungkin, Jasmine memberanikan diri mengetuk pintu bertulis kan direktur pemasaran.

"Masuk!" Terdengar suara pria dari dalam ruangan.

Dengan ragu-ragu Jasmine masuk ke dalam ruangan, di sana seorang pria paruh baya duduk pada kursi menatap lekat layar monitor tablet pintar. Wajahnya yang bersahaja dan terlihat kalem sedikit menegang begitu melihat kedatangan Jasmine.

"Duduklah, Jasmine."

"Baik, Pak." Jasmine dengan perlahan-lahan duduk di depan meja kerja dari kayu oak mewah.

Pria itu menghentikan pekerjaannya, ia melepaskan kacamata dan mengalihkan pandangannya pada sosok Jasmine, dengan mata tuanya ia menatap lamat-lamat pada wanita cantik berpotongan sebahu. Rambut hitam itu terlihat lembab, basah karena air hujan.

"Ini, Pak kopi, masih panas, cocok pas hujan-hujan begini." Jasmine menyodorkan secangkir kopi americano panas ke atas meja, bosnya begitu menyukai kopi hitam pekat itu. Jasmine menganggap ini sebagai sebuah compliment supaya pria tua itu tidak terlalu keras padanya.

Legang, pria berdasi abu-abu itu enggan menjawab basa basi dari anak buahnya. Memilih untuk melipat tangan di depan dada, memikirkan kata-kata apa yang cocok untuk menghukum Jasmine.

"A-ada apa ya, Pak? Kenapa memanggil saya?" tanya Jasmine takut.

"Kamu masih berani bertanya ada apa? Harusnya kamu sudah tahu alasan ku memanggilmu kemarin!" Nada suara pria itu meninggi.

"Maaf, Pak." Jasmine menatap pria itu dengan pandangan sayu, seakan meminta belas kasihan.

"Sudah berapa lama kamu bekerja di sini, Jasmine?"

"Empat bulan, Pak." Jasmine menundukkan kepala, jemarinya saling bergelung untuk menyembunyikan rasa gusar.

"Empat bulan, dan dalam satu bulan terakhir kamu sama sekali tak mendapatkan nasabah satu pun! Kalau seperti ini terus, sepertinya awal bulan depan aku terpaksa memecatmu!" cerca pria itu. — Kurang satu minggu sebelum pergantian bulan.

"Jangan, Pak! Tolong berikan saya satu kesempatan lagi!" seru Jasmine mengiba.

"Kesempatan? Kamu minta kesempatan?? Bukankah kemarin aku sudah memberimu kesempatan?! Seorang pengusaha besar yang punya aset milyaran di bank ini! Tugasmu simpel, hanya memastikan dia menandatangani surat perpanjangan asetnya. Jangan sampai pria itu menarik asetnya dari bank ini! Lantas apa? Apa yang kamu lakukan? Bukannya mendapat tanda tangannya kamu malah menyiram wajah beliau dengan air!" geram pria itu, urat-urat lehernya menegang.

"Maaf, Pak, tapi dia sangat kasar dan arogan." Jasmine membela diri.

"Hei, Jasmine. Dia punya uang, sedangkan kamu tidak. Kau tahu bagaimana sistem dunia ini bekerja? Uang adalah segalanya!! Setidaknya kalau tak bisa memakai otakmu, pakai akal sehatmu. Kamu bisa berlutut atau mencium sepatunya bila perlu. Karena bukan dia yang membutuhkanmu! Kamu yang membutuhkan dirinya!!"

Jasmine menggenggam erat ujung roknya sampai kusut. Kepala departemennya tak tahu apa yang pria itu minta dari Jasmine. Seenaknya saja ia menyimpulkan segalanya semudah itu.

"Saya punya hanga diri," ujar Jasmine.

"Harga dirimu tak bisa membuat perutmu kenyang, Jasmine. Bukankah Ibumu juga masih sering keluar masuk rumah sakit? Akui saja kamu butuh uang bukan? Butuh pekerjaan ini."

"Anda benar, Pak. Saya butuh pekerjaan ini." Jasmine teringat ibunya di kampung halaman. Hati Jasmine terasa sesak, ia menitikkan air mata.

Pria di depannya itu menghela napas panjang, bangkit, dan mendekati Jasmine.

"Kamu memang benar anak dari almarhum sahabatku tapi semuanya tergantung kinerja juga, Jas. Kalau kinerja mu seperti ini terus, walaupun bukan aku pemimpinnya, perusahaan tetap akan memecatmu. Untuk apa memberikan gaji pada marketing yang tak bisa menghasilkan apapun?"

"Beri saya kesempatan, Pak. Saya akan mencari nasabah besar lainnya." Jasmine memohon sekali lagi.

"Tak ada gunanya, Jasmine. Lebih baik kamu meminta maaf pada Tuan Leonardo dan meminta beliau menanda tangani perpanjangan asetnya."

Jasmine menunduk, hatinya masih bergemuruh bila mengingat kejadian kemarin sore. Dan sekarang pimpinannya meminta Jasmine kembali bertemu pria kejam dan aneh itu lagi, bagaimana Jasmine bisa?

Suara guruh lagi-lagi membuat jendela-jendela kaca pada bangunan gedung bertingkat itu bergetar. Tetes-tetes air hujan melekat sempurna pada kaca. Jasmine hanya bisa melemaskan bahunya, pandangannya menerawang kosong pada tetesan air yang luruh itu.

"Keluarlah, Jas. Aku mau kamu dapatkan kontrak itu lagi bagaimana pun caranya!"

Jasmine pasrah, ia bangkit dari kursinya. Lalu saat hendak keluar dari ruangan, pimpinnannya berkata.

"Oh, ya. Ambil kembali kopinya. Saya tak suka minum kopi yang sudah dingin."

Jasmine mengangguk, dengan sedikit gemetaran wanita itu mengambil lagi kopi pemberiannya.

Koridor panjang menyambut Jasmine. Semua mata yang berpapasan heran melihat wajahnya yang sembab. Jasmine tak peduli, dengan cepat wanita itu menuruni anak tangga menuju pintu keluar. Berlari kecil. Ia harus pergi dari sana, mungkin menangis di tengah hujan akan membuat rasa sesak yang bergemuruh di dalam dadanya bisa sedikit menghilang.

BRUK!!!

Tiba-tiba tubuh mungilnya terpental karena menabrak seseorang. Dadanya yang keras terguyur oleh kopi hitam pekat. Kemeja putih polos itu ternoda. Para staff yang mendampingi pria itu tercengang. Mulut mereka mengangga.

"Dasar!! Di mana sih matamu?" cerca seorang wanita yang mendampingi pria itu.

"Maaf, maaf, Tuan. Saya tidak sengaja." Jasmine menelan ludahnya dengan berat. Tanpa mempedulikan bokongnya yang sakit atau kepalanya yang benjol, wanita itu bangkit dan mengambil sapu tangan dari dalam tasnya.

"Maaf, sekali lagi, maaf." Jemari Jasmine sibuk mengusap kemeja mahal itu.

"Wah, wah, sepertinya kita bertemu lagi, Nona Marketing." Pria itu menyeringai.

Mendengar suaranya, Jasmine mendadak pucat, dengan gerakan patah-patah ia mengangkat wajahnya. Berharap bahwa pria di hadapannya saat ini bukanlah pria yang sama dalam pikirannya. Jasmine menengadah. Betapa kacau hatinya saat ternyata harapannya lusut.

"Tu ... Tuan Leon," gagap Jasmine.

—ooooo—

Vote

Comment

Like

Follow

Vous aimerez aussi

Setelah Meninggalkan CEO, Dia Mengejutkan Dunia

``` Mo Rao lahir di keluarga dokter militer. Orang tuanya telah mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan nenek Fu Ying, sehingga yang terakhir memaksa Fu Ying untuk menerima Mo Rao sebagai istrinya. Mo Rao selalu tahu bahwa Fu Ying memiliki gadis pujaan bernama Qu Ru. Gadis ini gagal menikah dengan Fu Ying sebagaimana keinginannya karena nenek Fu Ying menghalanginya. Setelah menikah, Fu Ying sangat memperhatikan Mo Rao. Mereka bahkan sangat cocok terutama di atas ranjang. Fu Ying selalu menemukan dirinya tenggelam dalam kelembutan Mo Rao. Hingga suatu hari, Fu Ying berkata, “Qu Ru telah kembali. Mari kita bercerai. Aku akan mentransfer properti yang telah aku janjikan kepadamu atas namamu.” Mo Rao berkata, “Bisakah kita tidak bercerai? Bagaimana jika... aku hamil...?” Fu Ying menjawab tanpa hati, “Aborsi saja! Aku tidak ingin ada lagi hambatan antara aku dengan Qu Ru. Lagipula, Qu Ru memiliki leukemia, dan sumsum tulangmu secara kebetulan cocok dengan dia. Jika kamu bersedia mendonasikanmu, aku bisa menjanjikanmu apa saja.” Mo Rao berkata, “Bagaimana jika syaratku adalah kita tidak bercerai?” Mata Fu Ying berubah dingin. “Mo Rao, jangan terlalu serakah. Bahkan jika aku menjanjikanmu demi Qu Ru, kamu tahu sendiri aku tidak mencintaimu.” Kata-kata ‘aku tidak mencintaimu’ menusuk hati Mo Rao seperti sebilah pisau. Senyumnya tiba-tiba menjadi terpelintir dan dia bukan lagi wanita penurut seperti dulu. “Fu Ying, ini pertama kalinya kamu membuatku muak. Kamu menyebutku serakah, tapi bukankah kamu sama? Kamu ingin aku menceraikanmu agar kamu bisa bersama dengan Qu Ru? Baik, aku setuju dengan itu. Tapi kamu bahkan bermimpi kalau aku akan menyelamatkannya? Jangan lupa, tidak ada yang namanya mendapatkan semua yang terbaik dalam hidup, sama seperti antara kamu dan aku.” Kemudian Mo Rao pergi. Fu Ying benar-benar merasa sesak, dan perasaan ini membuatnya gila. Ketika Mo Rao muncul sekali lagi, dia telah menjadi bintang yang menyilaukan. Ketika dia muncul di hadapan Fu Ying, bergandengan tangan dengan kekasih barunya, Fu Ying tidak peduli lagi dan berkata, “Sayang, bukankah kamu bilang kamu hanya akan mencintaiku?” Mo Rao tersenyum samar. “Maaf, mantan suami. Aku salah dulu. Kamu hanya pengganti. Aku sebenarnya mencintai orang lain.” ```

Mountain Springs · Urbain
Pas assez d’évaluations
588 Chs

Istri Sewaan Miliarder adalah Orang Penting

“Aku akan membiarkanmu berada di atas mulai malam ini, tolong jangan ceraikan aku, sayang!” ----- Kehidupan dongeng Evelyn hancur ketika seorang orang asing masuk, mengklaim menjadi putri sejati Keluarga Wright dengan bukti. Privilegenya yang dicemburui? Direnggut. Reputasinya yang tanpa cela? Tercemar. Pertunangannya yang telah berlangsung empat tahun? Secara mendadak dibatalkan. Namun, pengkhianatan terburuk datang dari ayahnya yang dulu mencintainya, yang siap menjodohkannya demi menyelesaikan masalah bisnis—dengan seorang pria berusia dua kali lipat darinya! Semua orang di lingkaran itu menghadiri pernikahan skandal ini, ingin menyaksikan kejatuhan sang pewaris palsu. Namun, klimaksnya tidak seperti yang bahkan Evelyn perkirakan! Zevian Reign, taipan terkaya di negara itu, dikenal sebagai fantasi setiap wanita dan mimpi buruk semua rivalnya, membuat kedatangan yang dramatis. Kedatangannya membuat tamu-tamu tercengang, namun keinginannya yang terang-terangan lebih mengejutkan lagi! Dia dengan santai menuntut untuk menggantikan pengantin pria dan menikahi pengantin wanita yang cantik. Tidak ada yang berani menantang, juga tidak ada yang memiliki keberanian untuk menentangnya. Mereka tidak punya pilihan selain menyaksikan pernikahan itu terungkap. Dan saatnya Evelyn tersenyum sinis, karena kini dia adalah istri iblis. Dan semua orang yang telah merusaknya, mereka akan membayar sepuluh kali lipat! ++++ [Potongan] “Mengapa aku harus meninggalkan suamiku demi seorang pecundang?” Evelyn tertawa, melipat tangan dengan tegas. “Dia lebih baik darinya dalam segala aspek.” Pandangannya beralih ke mantan tunangannya yang berada di dekat sana, dan dia melanjutkan dengan senyuman sinis, “Sebenarnya, jauh lebih baik di ranjang.” Saat wajah Annabelle memerah karena merasa terhina, Evelyn menepuk punggungnya dan mendekat untuk memberikan tamparan lain. “Jadi, semoga berhasil dengan menjilat sisa-sisaku, sayang adik tiriku. Dia adalah pasangan yang sempurna untukmu.”

Zelra · Urbain
Pas assez d’évaluations
213 Chs
Table des matières
Volume 0 :Auxiliary Volume
Volume 1 :PERIDOT & TOURMALINE
Volume 2 :SAPPHIRE AND AMETHYST
Volume 3 :BLACK AND WHITE PEARL

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques
Aimé
Nouveau
Marsya_Ku_2040
Marsya_Ku_2040Lv2

SOUTIEN