webnovel

Tega

Dengan tergesa lelaki itu beranjak mengambil ponsel tergeletak pasrah di atas meja. Selanjutnya membuka pintu dan tak lupa menyambar kunci mobil.

Tanpa berpikir lebih lama Edward setengah berlari menuju tempat mobil di parkiran. Ia pun segera tancap gas tanpa peduli akan keselamatan wanita selingkuhannya.

"Kalau Ana pada akhirnya harus mati aku bisa apa."

"Biarkan saja."

"Aku masih bisa mencari wanita cantik lain yang jauh lebih menawan dari pada Ana."

"Setelah harta peninggalan Serenety sepenuhnya aku kuasai, aku dapat memilih gadis cantik sesuai dengan kriteriaku."

"Selamat tinggal Ana."

Kembali ke kamar penginapan tempat Ana.

Saat menyadari Edward pergi begitu saja meninggalkan dirinya, buat perasaan Ana jadi hancur lebur.

Ana pasti tidak menyangka kalau pria yang dia sayangi tega membiarkan dirinya, tanpa mau peduli sedikitpun.

Akhirnya sosok pocong misterius menghilang dari pandangan, saat waktu telah menunjukkan pagi hari.

Ana keluar dari kamar mandi dengan tertatih. Dengan perasaan tidak menentu, ia berusaha melepaskan gaun pengantin dengan perasaan jijik bercampur ngeri luar biasa.

Setelah gaun pengantin terlepas dari tubuhnya, Ana dapat menarik napas lega.

Ana juga merasa heran. Saat berhadapan dengan om pocong tadi, mengapa dirinya tidak pingsan seperti biasa?

"Mengapa lelaki menyerupai pocong terus saja menggangguku?"

"Awalnya aku mengira aku hanya di teror melalui mimpi."

"Ternyata semua terasa semakin nyata

Malam ini hujan turun dengan deras, Serenty ingin merasakan indahnya bermain hujan. Tiap tetesan hujan yang tercipta seolah telah membangkitkan kenangan masa kecil saat bersama ke dua orangnya.

"Ibu, ayah, aku merindukan kalian berdua..."

Karena tidak ada yang mengawasi akhirnya Serenty berlarian menuju derasnya curahan hujan.

Serenety menikmati tetes demi tetes hujan sembari memejamkan mata. Saat matanya terpejam, sebuah idea baru dalam sekejap mata terlintas dalam benaknya.

Setelah bermain hujan selama satu jam lamanya, Serenety putuskan kembali ke kamarnya.

Baru saja hendak masuk ke dalam, langkah perempuan bermata lentik itu seketika terhenti, saat mendengar sapaan Jasper.

"Astaga, Serenty kenapa kamu malah malah main hujan-hujanan?"

"Aku bosan paman Jasper."

"Aku tidak punya pilihan lain. Lagi pula aku tidak sakit hanya karena guyuran hujan."

"Hmm, Serentak calon istri pangeran Erky."

"Sebaiknya kamu tidak ulangi bermain hujan seperti ini."

"Salah satu pantangan saat kamu memakai raga orang lain adalah, tubub yang kamu pinjam tidak boleh sering terkena percikan air hujan."

"Emangnya kenapa, paman?"

"Aku sungguh tidak mengerti."

"Jiwamu selamanya bisa saja akan mendiam tubuh yang kamu pinjam."

"Selamanya kamu akan terjebak di situ."

"Bukankah kamu masih punya keinginan supaya bisa kembali ke raga aslimu?"

"Aku sungguh menyesal, paman Jasper."

"Aku tidak tahu tentang pantangan yang baru saja paman sebutkan."

"Aku janji tidak bakal mengulangi kembali."

Terima kasih paman Jasper."

"Dengan senang hati calon ratu kami." Jawab Jasper sambil membungkukkan badan.

Sesaat Serenty merasa aneh dengan perubahan sikap paman Jasper. Saat mengetahui sebentar lagi ia akan dinikahi oleh Pangeran Erky, paman Jasper malah memperlakukan dia seperti seorang tuan putri dan pengawal.

"Sebenarnya aku sungguh membenci kekakuan ini, paman Jasper."

"Aku jadi merasa kehilangan sahabat karib."

"Tapi sudahlah nanti aku akan minta kepada Pangeran Erky, supaya mengangkat paman Jasper sebagai asisten pribadiku."

"Dengan demikian aku bisa kembali akrap bersama seseorang yang telah aku anggap sebagai sahabat karipku."

Di dunia manusia.

Ana tiba-tiba saja terbangun dari mimpi buruk. Ana bermaksud hendak membuka selimut yang menutup rapat sekujur tubuhnya.

Mata Ana menjadi melotot sempurna, saat menyaksikan sekujur tubuhnya telah berubah menjadi sosok anjing betina.

"Tolong aku hei siapapun yang mendengar..."

Ana terus berteriak sampai tenggerokannya terasa sakit.

Sayang sekali suara keluar dari bibirnya hanyalah suara lolongan pilu seekor anjing.

Ana jadi putus asa. Saat itu juga dia merasa hidupnya akan sia-sia.

"Siapa sebenarnya yang sudah menyihirku seperti ini?"

"Aku sungguh tidak terima."

"Apa mungkin sekarang aku hanya bermimpi?"

"Tapi jika aku bermimpi tidak mungkin aku dalam keadaan sadar seperti sekarang ini."

"Tidak, aku yakin aku sekarang masih berada pada alam mimpi."

Ana masih terus saja berdebat dengan dirinya sendiri. Akhirnya Ana putuskan mencoba tidur.

"Siapa tahu setelah tidur nanti, aku bisa kembali ke wujud semula menjadi manusia."

Ana yang sekarang sudah berubah wujud ke bentuk anjing mencoba merebahkan diri. Sayang sekali ia sama sekali tidak dapat memejamkan mata kali panggilan tak terjawab dan lima pesan masuk.

Meskipun malas Edward terpaksa membuka pesan masuk.

(Bapak kenapa meninggalkan anjing peliharaanmu di dalam kamar penginapan?)

Di sini bukan tempat penampungan hewan gratis!)

(Cepat ambil anjingmu.)

(Aku berikan waktu sampai malam hari.)

(Jika kau tidak kunjung datang maka jangan salahkan aku, kalau anjing ini terpaksa aku lepas ke jalanan!)

Usai membaca pesan masuk Edward malah menggelengkan kepalanya pertanda tidak percaya.

"Aku yakin pasti pria tadi menghubungiku atas suruhan Ana."

"Dasar perempuan kurang kerjaan."

"Aku sama sekali tidak akan pernah peduli."

"Aku sudah putuskan menjauhi Ana."

"Mulai sekarang aku tidak ingin lagi mengenal Ana."

"Sebaiknya aku harus fokus menjadi keberadaan Eliz."

"Bersama Eliz masa depanku akan jauh lebih baik."

"Eliz juga lebih cantik daripada si perempuan pembawa sial itu."

"Aku sungguh menyesal kenapa aku bisa jatuh cinta kepada Ana."

"Karena bujuk rayu Ana aku sampai mengorbankan nyawa istriku sendiri."

"Padahal Serenty merupakan wanita idaman banyak pria."

"Serenety cantik, cerdas, dan tentu saja kaya raya."

"Tidak seperti Ana."

"Mereka berdua berbeda sungguh bagaikan bumi dan langit."

" Kali ini aku tidak akan termakan bujuk rayumu Ana."

"Selamat tinggal masa lalu."

Ana berubah menjadi sosok anjing semakin gelisah. Pasalnya hari telah menjelang malam, akan tetapi Edward sama sekali tidak menampakan wujudnya.

"Ke mana kamu Edward?"

"Kenapa tidak datang menjemputku?"

"Plise jangan biarkan aku sendirian di sini."

"Aku takut."

Karena terlalu merasakan takut, tanpa sadar Ana menangis. Perempuan itu seakan lupa bahwa sekarang ia telah menjelma menjadi sosok anabul.

Ana menangis sayangnya suara keluar dari mulutnya berubah menjadi tangisan, membuat telinga penjaga penginapan jadi panas.

"Hei guk guk jelek, jangan terus menggonggong."

"Ribut tauk!"

Meski lelaki penjaga penginapan telah berulangkali memarahi Ana. Perempuan itu sama sekali tidak mempedulikan Omelan si penjaga.

Ana membalas ucapan penjaga tersebut dengan jawaban tak kalah pedas. Hanya saja tidak seorang pun mengerti akan ucapan Ana.

Karena Ana terus menggonggong, lelaki penjaga menjadi jengah. Akhirnya ia pergi meninggalkan Ana yang masih saja terkurung dalam kandang mungil.

"Hei, kenapa kamu malah pergi..." Jerit Ana.

"Jangan tinggalkan aku."

"Cepat keluarkan aku dari sini." Pekik Ana sekuat tenaga.

Ana terus saja berteriak sekuat tenaga sampai suaranya menjadi serak. Sayang sekali tidak ada satupun peduli terhadap jeritannya.