Kedua santri menuju pondok.
"Jar. Boleh kasih saran. Potong ya rambutmu?"
"Boleh Kang. Tapi Kang Zaini yang motong sambil cerita-cerita kisah ajaib," pinta Fajar.
"Ceritanya siapa?"
"Aku penasaran degan kisah nabi Musa dengan Nabi Khidir. Imam Mahdi. Dan siapa itu Imam Mahdi. Kepo ... aku," jawab Fajar. Zaini tertawa.
"Hahaha, siap. Dan hati-hati kalau simpan uang ya. Walaupun santri itu tau dosa. Tapi ada yang nekatan. Jadi ... hati-hati," tegur Zaini.
'Waduh. Iya, aku kan belum lihat uang yang di beri kakek Rahmat sebelum pulang. Tebel sih, tapi aku belum menghitung.' Batin Fajar.
"Kang, aku titip uang ke Kang Zaini saja ya?"
"Boleh. Tapi kamu harus catat sendiri, dan aku juga akan menghitungkan. Biar tidak salah faham nanti kita. Kamu duduk di situ, aku ambil gunting dan sisir dulu, Jar." Zaini berjalan cepat menuju kamar dan mengambil peralatan.
Fajar menanti, tidak lama Zaini datang. Zaini memulai.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com