webnovel

Marry U Again, Aimee

Dia datang kembali! Mengusik hidupku dan ingin aku kembali padanya. Sehingga haruskah aku kembali padanya dan mengingkari sumpah yang telah aku patuhi selama bertahun-tahun selama ini? Malam itu, semua berawal dari malam itu. Hingga sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lalu memaksa mereka untuk harus menikah lagi bagaimana pun Aimee tidak menginginkannya. Pria lain hadir. Berusaha mengacaukan hubungan mereka dan bagaimana keputusan Aimee? ig : @lenzluph_story

lenzluph · Urbain
Pas assez d’évaluations
224 Chs

028 ( Pertama )

Tidak terlihat marah dan tidak terlihat senang.

Aimee diminta untuk mengikuti suasana hatinya sekarang?

Lalu, ceramah apa yang sekarang Aimee dengar?

Mendesah diam-diam dan terus mendengarkan. Aimee memilih untuk tidak melawan.

"Aku tahu kalau kau tidak suka padaku, dan benci padaku. Tapi, apa kau harus mengatakannya secara terang-terangan dan menggangguku malam-malam?"

Menunduk dan menggigit bibir karena tidak ada jalan bagi Aimee untuk berkelit.

"Saya minta maaf," ucap Aimee lirih.

Merasa terus melakukan hal bodoh dan tolol.

"Saya.."

"Mabuk?" sambung Alfin.

menatap wajah Aimee dengan kesenangan tersendiri. Alfin melanjutkan lagi kata-katanya.

"Mabuk dan tidak sadar apa saja yang sudah kau ucapkan. Tidak bermaksud menghinaku dan mengata-ngataiku. Kau, ingin mengatakan hal seperti itu?"

Tidak segera menjawab dan terus menunduk. Aimee yakin apapun yang dia katakan adalah salah.

Mengangkat wajah lalu membalas. Aimee memberikan senyum manis di balik kacamata bulat tipisnya.

"Ucapan orang mabuk tidak bisa dipercaya!" ungkap Aimee dengan percaya diri tinggi.

Alfin memicingkan mata.

"Owya? Kalau begitu kenapa kau mabuk? Lupa masih harus bekerja hari ini. Aku terkejut kau tidak datang terlambat lagi hari ini!"

"Kemarin dan hari ini berbeda!"

"Dua hari lalu kau belum mahir minum minuman beralkohol. Lalu sehari setelahnya kau berhasil mengatasi kesulitan itu?"

Menyanggah dan menggerakkan tangan ke kiri dan ke kanan. Aimee membantah.

"Tidak, Tuan Alfin. Semalam adalah pertama kalinya saya minum dan mabuk. Saya belum pernah menyentuh minuman itu. hanya saja..."

Terus mengorek informasi. Alfin mengikuti ucapan Aimee.

"Hanya saja apa?" tanya Alfin.

"Hanya saja.. suasana hati saja mendadak buruk. Dan saya tanpa sadar mengambil kaleng bir dan meminumnya beberapa teguk."

Menatap lebih yakin. Aimee menambahkan.

"Tapi, Demi Tuhan! Ini benar-benar pertama kalinya saja mencobanya. Saya tidak berbohong!"

Alfin menghela napas. Menyandarkan pantatnya di atas meja lalu melipat tangan.

"Apa proyek ini begitu menyulitkanmu?" tanya Alfin akhirnya.

Aimee reflek mengangguk. Tapi sedetik kemudian Aimee menggeleng.

Alfin terus menatap heran.

"Saya tahu saya tidak berkompeten. Tapi memberikan pekerjaan ini sama saja menjerumuskan saya lebih dalam."

Hati Alfin sama sekali tidak tergerak.

"Ya. Bagus kau menyadarinya," balas Alfin tanpa merasa terbebani.

Aimee menatap Alfin dengan tatapan kesal.

"Tapi, setelah saya berpikir ulang. Tidak ada gunanya saya protes atau berkeluh kesah. Bukan begitu, Tuan Alfin?"

Mengangguk dan membenarkan. Alfin tidak membalas Aimee dengan kata-kata.

"Karena itu.."

Menautkan tangan untuk bersikap memohon.

"Anda harus terus membantu saya sampai akhir!" ucap Aimee penuh harap dan semangat.

Alfin mengerling.

"Kau tidak salah? Yang seharusnya banyak membantuku itu kau! Kenapa jadi situasinya berbalik? Aku yang membantumu padahal kau adalah anak buahku?!"

Alfin menunjukkan kesombongan dengan sangat jelas.

Membuat Aimee menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Eh, iya. Salah ya, bos?"

Menatap enggan dan nyengir kuda.

Alfin menyentuh keningnya yang mendadak terasa berdenyut. Tidak mengerti bagaimana dia bisa mendapatkan sekretaris aneh macam Aimee.

Alfin menatap Aimee lagi.

"Keputusan sudah aku buat. Aku tidak akan merubahnya atau menggantinya. Karena itu, bisa kau jelaskan kenapa kau sangat tidak ingin ikut dalam proyek ini? Padahal selama ini, seberapa sulit aku memberikanmu pekerjaan rumit. Kau tidak pernah membantahku, Aimee. Tidak pernah!"

"Hanya stres, Tuan!"

"Stres?"

Mengangguk dan membenarkannya melalui tatapan. Aimee tersenyum dengan berat hati.

Alfin jadi mulai curiga.

Mungkinkah Aimee tahu soal pemecatannya?

Ingin marah. Tapi Alfin bukan tipe pria yang akan menyulitkan wanita lebih kejam lagi seperti Harry. Alfin memutuskan untuk mengalah karena nasib Aimee berada di ujung tanduk.

Sudah pernah mengajukan banding pada Harry untuk tidak berbuat seenaknya di divisi Alfin. Harry malah mengabaikannya. Bersikap dingin dan bossy.

Alfin masih ingat bagaimana dingin Harry merespon permintaan Alfin.

"Bukankah selama ini kau juga kesal pada sekretarismu? Bukannya membantumu atau memudahkan pekerjaanmu. Aimee justru malah mengacaukan pekerjaanmu?"

"Cukup bodoh karena dia mau saja dilimpahkan banyak pekerjaan olehmu yang malas."

Lalu ditambah-tambah kata-kata kurang mengenakkan lain.

Berakhirlah keputusan itu tidak bisa Alfin negosiasikan meski dia ingin tetap mempertahankan Aimee. Karena bagi Harry, aturan tetap saja aturan.

Kesalahan Aimee sudah fatal dan jika teurs dikumpulkan. Hanya kerugiaan yang perusahaan dapatkan. Lalu, apakah Harry pernah mempertahankan kerugian dalam perusahaan?

"Aku memanggilmu kemari untuk memastikan aku tidak mengulangi kejadian semalam," terang Alfin.

"Ya, saya berjanji tidak akan mengulanginya!"

"Lalu, selain itu. Aku ingin kalu mempelajari laporan itu."

Menunjukkan satu sisi tempat dan Aimee mengikuti arahan Alfin.

Aimee menatap Alfin balik.

"Saya... harus mempelajari semua itu?"

Menunjuk semua berkas setumpuk yang berjejer rapi di atas meja kerja Alfin. Aimee merasa tulangnya remuk.

Hilang kalsium dan semua persendiannya nyeri.

Alfin merespon santai.

"Kenapa? Apa masih kurang?"

Melebarkan mata dan mendongak. Aimee berucap stres.

"Bagaimana laporan sebanyak itu bisa dikatakan kurang?"

Alfin menepuk pelan berkas di dekatnya.

"Semua ini sudah disederhanakan dan akan membantumu banyak. Jadi, pelajari semuanya dan kau bisa bertanya apapun jika kau tidak mengerti padaku."

Alfin melebarkan senyumnya.

"Maka, kau pasti bisa meralat ucapanmu soal aku yang menyebalkan dan egois bukan?"

Mengetarkan mata dan merasa tenggorokannya tercekat.

Aimee sangat menyesal dengan tindakan impulsifnya semalam. Seharusnya tidak memancing perkara dan kebencian dari Alfin.

Sekarang lihat apa yang Aimee terima?

Membawa setumpuk data dan berkas yang belum berani Aimee buka.

Doren dan Elsa menatap Aimee heran ketika Aimee membawa tumpukan dokumen itu di atas tangannya.

Keduanya berjalan mendekati Aimee lalu bertanya.

"Tumpukan dokumen apa itu? Kenapa banyak sekali dan sepertinya sulit?"

Aimee duduk dengan lemas dan menjawab tanpa tenaga.

"Ini adalah tumpukan arsip tentang 'proyek deluxe 1' dan 'deluxe 2'."

Aimee menenggelamkan wajahnya di atas tempat tidur.

Tidak kuasa menanggung beban dan ingin sekali semua ini cepat berlalu.

***