webnovel

Marry U Again, Aimee

Dia datang kembali! Mengusik hidupku dan ingin aku kembali padanya. Sehingga haruskah aku kembali padanya dan mengingkari sumpah yang telah aku patuhi selama bertahun-tahun selama ini? Malam itu, semua berawal dari malam itu. Hingga sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lalu memaksa mereka untuk harus menikah lagi bagaimana pun Aimee tidak menginginkannya. Pria lain hadir. Berusaha mengacaukan hubungan mereka dan bagaimana keputusan Aimee? ig : @lenzluph_story

lenzluph · Urbain
Pas assez d’évaluations
224 Chs

006 ( Batas Maksimum )

Jabatan hangat terjadi di depan Aimee.

Membuatnya terpaku ketika jabatan tangan itu terlihat akrab meski sebenarnya tidak. Karena Alfin adalah tipe pria yang supel atau pandai bergaul.

Zack merespon sapaan Alfin dengan kesopanan bisnis.

"Saya pun begitu, Tuan Alfin. Dan sama seperti orang lain, Anda bisa memanggil saya Zavier atau Zack. Saya jarang menggunakan nama 'Mael' dalam perkenalan. Hal itu terkesan asing, tapi benar adalah bagian dari nama saya."

Alfin menyanggupi.

"Bukan masalah dan baiklah, Tuan Zack! Selamat bergabung dan semoga kerja sama kita berjalan lancar."

Harapan dan doa itu seperti kutukan bagi Aimee.

Lalu, memaksa Aimee untuk memberikan tatapan menusuk pada Alfin.

Apa ini?

Jika sebenarnya Alfin begitu mudah menyetujui nama panggilan Zack.

Kenapa selama ini, dia terus menyebut 'Mr. Mael' dan 'Mr. Mael', atau 'bos Empires'?

Alfin ingin saling berkirim 'email' dengan Zack?!

Kesal dan terus menahannya. Aimee tahu posisinya.

Diamlah sejenak, Aimee! Dan kumpulkan kekesalanmu sampai batas maksimum!

Kumpulkan!

Dan jika sudah mencapai limit dan siap kau tumpahkan.

Pikirkan cara terbaik untuk melampiaskannya dengan cara berbeda!

Alfin, Zack, Aimee dan sekretaris Zack duduk bersama di meja meeting.

Membuka laporan mereka dan mulai bersikap serius.

Zack tampak sengaja berpura-pura tidak mengenal Aimee.

Dan Aimee sendiri juga tidak ingin mengumumkan pada Alfin, orang lain, atau bahkan dunia. Bahwa Zack adalah mantan suaminya.

Karena hal itu hanya akan mengorek luka dan tatapan aneh dari banyak orang. Terutama Alfin yang akan memberikan tatapan 1000 persen tidak percaya jika dia sanggup!

Dan selama meeting berlangsung, pikiran Aimee berada di dua sisi.

Satu fokus pada pekerjaan. Dan sisi lainnya, sibuk memikirkan bagaimana pelik masa lalunya bersama Zack.

Lisa, sekretaris Zack. Berulang kali membantu Aimee mencatat hasil rapat dan menjelaskan banyak hal.

Kini, Aimee duduk lemas di meja kerjanya.

Menempelkan dagunya di atas meja dan menurunkan sorot matanya ke titik terendah karena mendadak jadi tidak bergairah.

Doren menyenggol punggung Aimee dengan sengaja.

Sudah tidak sabaran sejak pagi, bagaimana hasil rapat Aimee dengan perusahan Empires. Doren menatap Aimee serius.

"Ada apa ini? Kau mendadak lemas dan tidak bertenaga?"

Doren menambahkan pertanyaannya.

"Lalu, bagaimana dengan hasilnya? Semuanya prosesnya baik? Dan kau sama sekali tidak mengacau?"

Mengangkat segera wajahnya ke atas. Aimee menatap Doren tidak puas dan kecewa.

"Kau berpikiran negatif soal pekerjaanku selama ini? Dan mengira aku akan membuat onar?"

Doren menelan ludah enggan dan mengalihkan pandangan ke sisi lain.

Tersenyum tipis dan membalas.

"Maafkan aku. Tapi aku hanya cemas dan berharap segalanya baik-baik saja!"

Aimee meluapkan segala kekesalannya pada Doren tiba-tiba.

"Aku benci pada Si Pirang Elf!"

Sering mengutuk Alfin dengan sebutan seenaknya. Doren tidak tampak terkejut dengan umpatan Aimee.

"Si Pirang Elf? Ada apa dengan Bos Alfin? Dia kembali menganggumu? Dan dia melimpahkan pekerjaannya padamu?"

Menggerakkan pupil matanya sangat cepat untuk menatap manik mata Doren seintens mungkin.

Aimee menunjukkan keterkejutan yang luar biasa.

"Bagaimana kau bisa tahu? Kau menggunakan kemampuan menerawangmu yang hebat dan kau kini bisa memahami perasaanku?" rundung Aimee dengan takjub.

Tahu Doren tidak sedang bercanda. Tapi dia tidak tahu bagaimana melanjutkan tebakannya.

"Aku hanya berasumsi, Aimee. Bagaimana aku bisa tahu apa yang terjadi padamu jika aku bukan paranormal? Dan kau belum bercerita!"

Kekecewaan terlihat di wajah Aimee.

Memaksa Doren termangu dan tidak mengerti bagaimana ekspresi Aimee mudah berubah-ubah.

"Pirang Elf itu ingin aku menggantikannya mengerjakan proyek Deluxe. Tidak lepas tangan sepenuhnya. Tapi akan memantauku. Dia kira, aku bisa percaya?!" keluh Aimee.

Membelalakkan mata dan tidak ingin percaya.

Doren nampak terkejut.

"Tuan Alfin ingin kau mengerjakan 'Proyek Deluxe'? Padahal Tuan Harry sengaja melimpahkan pekerjaan itu langsung padanya?"

Aimee menarik Doren mendekat dan menutup mulutnya dengan satu tangan. Menunjukkan kepanikan berlebihan. Dan meminta Doren untuk tenang.

"Suitt!!! Kau tidak bisa membaca situasi? Kenapa kau bisa mengatakannya keras-keras, Doren? Kau ingin seseorang mendengar dan menyampaikannya langsung pada Big Bos? Membuat bukan hanya Pirang Elf itu mendapat teguran keras. Tapi surat pemecatan kita turun?!"

Doren mengulum bibir dan memainkan lidahnya secara asal ke dinding mulut.

Gerakan terpojok dan bersalah.

"A-aku lupa. Maafkan aku dan tenanglah!"

Doren membantu Aimee mengawasi sekitar mereka. Beruntung karena jam istirahat kantor masih berlangsung dan tidak ada banyak karyawan yang berada di sekeliling mereka.

Sekalipun ada orang itu sibuk mendengarkan musik di earphone dan mengetik pesan. Keduanya sama-sama bernapas lega. Ketika tidak ada satu orang pun memperhatikan percakapan mereka.

"Tapi, apa-apaan semua itu? Tuan Alfin ingin melimpahkan pekerjaan penting itu padamu?" ucap Doren tidak percaya.

Menurunkan nada bicara dan mengecilkan volume suaranya. Doren tidak ingin mengerti jalan pikiran Alfin.

Masih berada satu divisi yang sama dengan Aimee. Doren sering melihat langsung bagaimana Alfin begitu merepotkan Aimee.

Tahu Aimee bukan sekretaris yang handal. Alfin tetap saja melimpahkan banyak pekerjaan padanya.

Tidak melakukan kroscek ulang dan langsung melemparkan kesalahan pada Aimee jika wanita itu melakukan kesalahan.

Mereka berdua bahkan terkadang iri pada para karyawan yang bekerja tepat di bawah naungan Harry atau manajer lain yang bisa mereka andalkan.

Maka, mari lupakan sejenak bagaimana otoriter dan perfeksionis Harry Miles menginginkan hasil pekerjaan siapa pun dilaporkan padanya excellent.

Harry Miles selalu mengecek semua pekerjaan karyawannya tanpa terkecuali secara mendetail, akurat dan cepat.

Bisa mudah menemukan kesalahan dalam waktu singkat dan meminta para pengumpul laporan untuk mengulanginya.

***