webnovel

Sebuah Rencana

"Kami pulang Bar, kami benar-benar kecewa dengan kamu." Ucap papa nya.

Mereka berdiri dari duduknya dan kemudian berjalan beberapa langkah untuk mengambil koper yang memang sudah mereka siapkan itu.

Bara juga ikutan berdiri dari duduknya dan berniat untuk menahan kepergian Mereka berdua, tapi sayangnya hari mereka sudah benar-benar kecewa dengan Bara jadi apapun yang dia katakan oleh Bara tak dipedulikan sama sekali. Mereka terus saja menarik koper untuk pergi meninggalkan Bara.

"Ma, Pa, dengar kan dulu penjelasan Bara." Ucap Bara, ia menahan lengan sang mama tapi mamanya langsung menepis.

Bara kemudian beralih ke arah papanya dan sama saja, papanya juga menepis tangan Bara.

Ia terus saja mengikuti langkah kaki kedua orangtuanya itu yang semakin lama semakin melangkah ke luar pintu.

Matanya terbelalak karena disana susah ada Kara yang sudah siap Dengan style nya menunggu mama dan papa mertuanya.

"Kara." Gumam Bara, tapi baru saja ia ingin melangkah untuk mendekati Kara, papanya langsung menahan Bara.

"Jangan sentuh lagi menantuku." Ucap Papa nya yang benar-benar membuat Bara Terbelalak.

Flashback on

"Pagi-pagi udah cantik aja, mau kemana sih hm?" Tanya papa mertua nya itu.

"Tunggu dulu, kamu sendirian aja? Dimana Bara Kar?" Tanya sang mama saat menyadari bahwa anaknya tidak ikut turun bersama dengan Kara.

Kara terdiam cukup lama, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sejak tadi ia pikirkan jawaban nya. Tapi sampai saat ini ia belum juga bisa untuk menjawab pertanyaan itu.

"Bara udah pergi tadi pagi-pagi Sekali Ma, Pa. Kayaknya dia akan sarapan di kantor." Ucap Kara mencoba untuk mengarang cerita yang sebenarnya.

Ia tak ingin suaminya itu dipandang jelek oleh mama dan papa mertuanya itu. Meskipun Bara itu adalah mamak Mereka tapi ia sungguh tahu bagaimana kedua orang di depan nya itu mendidik Bara.

Tak ada yang namanya pandang bulu, kalau Bara salah akan tetap salah. Mereka tak pernah membenarkan kesalahan yang dilakukan oleh Bara.

Tiga tahun bersama dan menjadi bagian dari keluarga mereka membuat Kara mengerti bagaimana keluarga Bara itu.

"Sungguh? Bara benar sudah pergi atau menang Bara tidak pulang tadi malam hm?" Selidik papa mertua nya.

Kara dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Tidak kok Pa, Bara pulang tadi malam. Bahkan tadi malam kami berhubungan kok." Jawab Kara, ia masih membela suaminya itu.

"Benarkah seperti itu? Atau kamu memang sedang ingin mencoba membela Bara saja hm?"

"Benar Papa, Bara benar-benar Pulang tadi malam." Jawab Kara lebih meyakinkan lagi.

Orang tua Bara itu Mengangguk kan kepalanya, "Baiklah jika seperti itu, Jam berapa Bara pulang hm? Dan lewat mana? Kenapa papa dan mama tidak melihat Bara pulang? Tidak usahkan melihat Bara, melihat mobil nya saja tidak. Jadi kapan dak lewat mana Bara pulang? Sejak tadi malam hingga sampai saat ini kami tak ada tidur hanya untuk menunggu kepulangan Bara saja. Tapi anak itu tidak Pulang sampai sekarang, jangan pernah mencoba untuk membela nya Kara. Meskipun ia adalah suami kamu tapi ia bersalah dan tak pantas untuk dibela." Lanjut Papa mertuanya itu dengan penuh penekanan.

Kara terdiam, ia memainkan kukunya sendiri untuk melepas rasa gugupnya. Ia Juga tak tahu harus menjawab apa saat ini.

"Kamu nggak usah membela suamimu itu Kar, Tadi malam mama datang ke kamar kamu untuk ngecek kamu. Dan betapa pedihnya hati mama saat melihat kamu tidur sambil memeluk foto pernikahan Kalian. Jujur sama mama, apakah Bara selalu seperti ini hm? Apakah Bara selalu nggak pulang?"

Kara kembali terdiam, ia ragu untuk mengatakan yang sebenarnya itu kepada mertuanya itu.

"Maaf Ma, tapi ini rumah tangga aku dan juga Bara. Tolong, jangan ikut campur dengan urusan kami." Ucap Kara.

Bagaimanapun ia harus tetap membela suaminya itu.

Mama mertuanya itu berpindah duduk menjadi di sebelah Kara, melihat Kara yang begitu membela Bara entah kenapa ada rasa sakit di Hatinya. Ia tak sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Kara tentang Bara itu.

"Baiklah jika seperti itu, mama dan juga papa tak akan pernah ikut campur dengan urusan kalian. Kamu benar, itu adalah rumah tangga kalian dan kami tak berhak untuk ikut campur. Tapi Kar, apakah kamu boleh Meminta satu hal padamu."

Kara mengangkat wajahnya itu dan kemudian menatap papa dan mama mertuanya. "Apa?" Tanya Kara.

"Ikutlah kami ke Bali."

Kara menaikkan alisnya ke atas, "Maksudnya apa? Kalian ingin menjauhkan kami?" Tanya Kara.

Papa mertuanya itu menggeleng kan kepalanya, "Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu tak ingin kami ikut campur dalam rumah tangga kamu hm? Kami ingin kamu melihat nya sendiri. Hitung-hitung liburan lah."

"Maksud nya?" Kembali Kara bertanya lagi karena memang ia sama Sekali tak mengerti.

"Kami datang kemari ini karena hal ini Kar, kami mendapatkan laporan kalau Bara sering tidak pulang kerumah. Itulah kenapa Kemarin kami datang kesini. Kamu sudah menyelidiki kasus ini tapi kami tak akan mengatakan apapun hasil yang kami tahu karena kamu juga yang mengatakan Jangan ikut campur dengan urusan kalian. Jadi, mama dan papa berinisiatif untuk mengajak kami berlibur ke Bali."

"Lalu bagaimana dengan Bara? Bagaimana Kara harus menjelaskan nya kepada Bara Ma, Pa?"

"Gunakan kesempatan ini Kar, jika memang ia Mencintaimu dan peduli terhadap kamu dia pasti akan mencari kamu Kemanapun itu."

"Kami juga tahu kalau kadang kamu juga bertanya sendiri tentang arti diri kamu yang masih penting atau tidak untuk Bara bukan? Jadi, ayo ikut dengan rencana kami agar bisa menjawab pertanyaan itu Kar."

Kara terdiam, ia juga penasaran sebenarnya apa yang membuat Bara sering tidak pulang itu.

"Kami sudah punya rencana, jadi kamu hanya perlu mengikuti saja rencana itu. Sekarang habiskan makanan kamu dan bersiaplah, kita akan mulai rencana itu hari ini. Tapi apapun nanti yang akan kamu dapat jawaban nya, mama dan papa harap kamu bisa memikirkan nya lebih dulu ya sayang."

Kara benar-benar tak mengerti apa maksud dari ucapan itu. Tapi ia tahu bahwa ada sesuatu yang berusaha disembunyikan oleh mama dan papa mertuanya itu.

Ia menimbang-nimbang cukup lama tawaran yang diberikan oleh mama dan papa mertua nya itu, di lihat nya lagi wajah keduanya itu yang begitu serius. Ia ingin Menolak tapi hatinya menyuruh untuk mengikuti saja.

"Baiklah jika seperti itu, Kara akan ikut." Ucap Kara yang dibalas dengan senyuman.

Flashback off

"Jangan dekat-dekat denganku Mas!" Ucap Kara yang berhasil membuat langkah Bara terhenti sebelum melangkah.