Sepulang dari rumah Ardi, Tania langsung masuk kedalam kamarnya dan mengurung diri selama berjam-jam. Dia tidak menjawab pertanyaan dari mama, kak Doni maupun Mbak Yani. Dia hanya masuk ke rumah dengan air mata yang terus menetes, lalu masuk ke dalam kamar dan membanting pintu kamarnya keras, dia diam tak mengucap apa-apa dan menangis sambil mengunci pintu kamarnya. Begitulah kebiasaan Tania jika keadaan hatinya sedang tidak baik. Dia suka mengunci pintu dan tidak membiarkan satu orang pun masuk. Meskipun tania sudah terbiasa seperti itu, namun seisi rumah tetap saja khawatir.
Keluarganya hanya bingung, karena datang-datang, Tania langsung nangis dan mengunci pintu kamar. Tania tidak membiarkan keluarganya mendapatkan penjelasan terlebih dahulu. Jadi mereka hanya bingung dan menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi pada gadis kecil kesayangan mereka. Meskipun mereka tidak merasakan yang dirasakan Tania, tetapi dada mereka ikut sesak, seolah ikut tersakiti.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com