Suara anggur yang sedang di tuang terdengar jelas di dalam ruangan. Tampak disana Empusa yang sedang menuangkannya pada gelas Nona mereka, Medusa Forkisen.
"Paul Shadow, sejak awal aku memang tidak berharap banyak pada Pengecut itu?" Ujarnya sambil menggoyang-goyangkan gelas di tangannya.
"Jadi, apa ada kabar terbaru di dunia manusia?" Tanya Medusa pada Zanjio yang saat itu berdiri di depannya. Sementara Empusa hanya mengarahkan pandangannya pada gangler itu.
"Tentang para Patranger, ku dengar markas besar mereka baru saja terkena pembobolan system computer dan katanya beberapa informasi rahasia telah dicuri dan dihancurkan. Ha ha ha benar-benar mengejutkan." Tawanya.
"Itu sudah menggambarkan, jika mereka hanya menjadi serangga pengganggu. Mungkin...aku akan memberikan Carl Jose kesempatan."
"Ide bagus Nona, pasti sangat menarik." Ujar Zanjio membuatnya tersenyum.
"Tapi, Nona...bukankah memberikan kesempatan pada mereka hanya akan membuang waktu anda? Kenapa kita membuang waktu untuk hal yang tidak berguna."
PRANG!
Gelas anggur terjatuh, membuat banyak serpihan bertebaran di bawah lantai. Setelahnya suara desissanpun mulai terdengar. Kini gangler hasil percobaan itu hanya bisa menunduk, saat ular-ular itu mendekati wajahnya dan membelainya dengan lembut.
"Kau benar, Empusa. Apapun yang mereka lakukan, kedua grub itu bukan tandingan mereka. Tapi, bukankah hal ini justru akan menarik?" Tanya Medusa padanya dengan tatapan tajam. Empusa yang sudah ketakutan, hanya bisa mengangguk dengan kaku.
"Huh! Cari masalah sendiri." Gumam Zanjio saat melihatnya.
Apapun yang mereka lakukan, hasilnya akan tetap sama. Aku hanya ingin melihat sejauh mana mereka mengharapkan hadiah special yang kujanjikan. Lagi pula aku hanya perlu mengulur waktu, hingga koleksiku membuatnya semakin lemah. Ha ha ha, bukankah ini akan jadi ending yang menari? Lupin...Black?
-----
"Aaaa...!"
Sakura meringis saat tangannya menyentuh luka pada pipinya. Sudah tiga hari sejak mereka mengalahkan Paul yang bersembunyi di Kohakugaoka, tapi rasanya luka ini belum banyak berubah. Batinnya sambil memandangi pantulan di cermin.
Setelahnya kini ia beralih peralatan make up yang tersusun rapih di depannya. Mungkin aku tidak bisa menyembuhkannya dengan cepat, tapi....bukan berarti aku tidak bisa menutupinya kan? Batin Sakura.
"Setidaknya sampai lukanya sembuh. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa ekspresi Nana saat meihat ini. Yah...aku baru menjahitnya. Masih butuh waktu sampai benar-benar sembuh." Ujar Sakura sesaat sebelum menyelesaikan make up nya.
Gadis itu terdiam menatap pantulannya. Tiba-tiba pandangannya beralih pada selembar amplop kuning yang tertindih kotak make up. "Aku penasaran apa yang sedang mereka lakukan, seharusnya mereka sudah sampai di sana sekarang."
-----
Flash Back, sehari sebelumnya...
Sakura duduk, sambil menikmati secangkir teh pagi yang baru disiapkan Toma untuknya. Ya, hari ini ia kembali mengunjungi Jurer. Dengan semua mata yang tertuju padanya, benar-benar membuat gadis itu seperti orang penting yang harus di layani denga hati-hati.
TRAK!
Cangkir diletakkan. Sebelum perhatiannya beralih pada wajah-wajah yang sudah menunggunya sejak tadi. "Kali ini koleksi apa?" Tanya Kairi memulai pembicaraan.
"Juste Une Illusion."
"Koleksi yang bisa membuat ilusi." Ujar Noel, mendengar itu Sakura langsung mengangguk.
"Membuat ilusi." Toma mengulangi kata-kata Noel.
"Apa maksudnya?" Tanya Umika.
"Dengan kekuatan itu penggunanya bisa membuat berbagai ilusi yang ia inginkan." Ucap GoodStriker.
"Kekuatannya bisa membuat orang itu menjebak musuhnya dan menahan mereka dalam ilusi, itu cukup berbahaya." Lanjut Noel.
"Bukankah itu hanya ilusi?" Tanya Kairi.
"Bukan sekedar ilusi. Ilusi ini akan menjebak pikiran kita, jadi apapun yang terjadi didalamnya pikiran kita juga akan memikirkan hal yang sama. Misalnya jika kau melihat luka pada tubuhmu maka tubuhmu yang asli juga akan merasakannya." Jelas Noel.
"Itu terdengar menakutkan. Bagaimana jika ilusi itu membuat kita mati di dalamnya, apa kita akan terbunuh juga?" Tanya Umika cemas.
"Jangan khawatir, ilusi hanya akan menjadi ilusi, jadi tidak akan membunuh kita." Ujar Noel, mendengar itu Umika langsung bernafas Lega.
"Nishimuraya, apa ini?" Tanya Kairi saat membaca tulisan yang tertera di balik foto.
"Sebuah Ryokan."
"Ryokan?" Seru mereka semua bersamaan, sementara Sakura hanya mengalihkan pandangannya pada Kogurei yang sejak tadi memperhatikannya.
"Baiklah, sekarang aku mengerti kenapa kau memanggilku." Tutur Pria tua itu sambil menghelah nafas.
"Ini informasi yang sangat penting, dari mana kau mendapatkannya?" Tanya Kairi yang sontak membuat suasana kembali sunyi.
"Itu rahasia."
"Wah, sepertinya seseorang tidak mempercayai kami di sini."
"Percaya, tidak harus mengatakan segalanyakan? Lagi pula memangnyakau mempercayaiku?" Tanya Sakura sambil menatap Kairi.
"Kurasa begitu..." Sembari berjalan menjauh.
"Tapi, itu juga tergantung sikapmu." Ujar pemuda itu sambil berbalik, melihat tingkah pemuda itu sontak mengundang tawa teman-temannya. Sementara Sakura yang melihat mereka hanya tersenyum. Apa semua akan baik-baik saja jika seperti ini? Batin Sakura. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada Noel yang sejak tadi memeperhatikannya sambil tersenyum.
"Yah, kuharap semua akan baik-baik saja."
Flash back end...
-----
"Sakura....! Bisa kau kemari...!" Panggil Nana dari luar kamar. Sakura yang mendengar itu buru-buru memasukkan foto kembali keamplop sebelum meletakkannya di dalam laci meja rias.
Di tempat lain...
Para Patranger, Keichiro, Sukasa dan Sakuya bersama dengan Komandan Hiltof dan Jem tampak sedang membicarakan sesuatu yang serius. Namun entah kenapa ekspresi mereka berubah setelah mendengar penjelasan Komandan Hiltof.
"Apa! Mereka tidak di temukan?" Sahut Keichiro dengan mata yang melotot. Sementara Sukasa dan Sakuya hanya tertunduk kecewa.
"Iya, mereka menghilang tanpa kabar apapun." Ujar Komandan Hiltof dengan ekspresi kecewa.
"Tapi...bagaimana mungkin pak, 15 agent khusus...semuanya?" Ujar Sakuya.
"Benar-benar tidak bisa di percaya." Tambah Sukasa sambil menggelengkan kepalanya. Beberapa kali ia memperhatikan Keichiro yang duduk di kursi sambil menggosok-gosokkan tangan, mencoba menenangkan emosinya.
"Lalu sekarang bagaimana?" Tanya Sukasa mencoba mengalihkan topik.
"Saat ini, belum ada kabar terbaru, sepertinya semua orang sedang sibuk menyelidiki masalah kerusakan system dan menghilannya 15 agen ..." Jem tidak melanjutkan kata-katanya saat melihat Keichiro yang tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan berjalan kearah pintu.
"Keichiro. Mau kemana kau?" Tanya Sukasa.
"Berpatroli."
"Tapi, bukankah kita sedang ..."
"Kita tidak bisa terus bergantung pada markas besar! Keberadaan Unit Taktis adalah untuk memastikan keamanan, jika kita terus terpaku pada kasus ini pengawasan kita akan lengah dan aku tidak mau itu sampai terjadi." Jelas Kechiro pada mereka.
"kechiro benar! Biarkan mereka yang mengurus kasus ini." Ujar Komandan bersamaan dengan anggukan dari Jem.
"Darurat! Darurat! Ada laporan tentang kemunculan gangler di sebuah Pusat perbelanjaan!" Sahut Jem, mendengar itu Ketiga Patranger saling mengangguk sebelum akhirnya berjalan kearah pintu.
Di waktu yang sama di sebuah pusat perbelanjaan tampak seorang wanita dengan rambut gelombang berwarna coklat sedang menelpon diantara keranjang-keranjang buah yang berjajar rapih di sekelilingnya.
"Iya-iya aku baik-baik saja."
"Tidak perlu khawatir, iya."
"Aku akan menunggumu, sampai jumpa." Ujarnya sambil tersenyum manis melihat kearah ponselnya. Setelah matanya kini kembali focus pada buah-buahan yang ada di sekelilingnya, sampai pandangannya tertarik pada sebuah apel di depannya.
"Ah, maaf!" Seru wanita itu ketika tidak sengaja menyentuh tangan seseorang, perlahan ia melihat kearahnya dan tampak sosok gadis mengenakan sweater v berwarna krem dengan kemeja dan rok putih. Beberapa saat matanya terpaku saat melihat bagaimana gadis itu tersenyum dengan manis.
"Maaf nona apa kau ingin mengambil ini." Ujarnya dengan lembut, sambil menyodorkan buah apel yang tadi ingin diambil oleh wanita itu.
"Oh, tidak papa aku untukmu saja."
"Ambil saja, sebenarnya aku tidak ingin membelinya hanya mau melihat." Ujar gadis itu yang tentu saja tidak bisa di tolak lagi olehnya. Sambil mengangguk ia mengambil apel dari tangan gadis itu lalu memasukkannya kekeranjang.
"Aya Ohira, siapa namamu?" Ucapnya sambil mengulurkan tangan. Gadis itu terdiam dengan bingung sebelum akhirnya menjabat tangan Aya sambil tersenyum.
"Aku Sakura, Sakura Mitsurugi."
Tiba-tiba perkenalan itu terhenti saat salah seorang pelanggan berteriak histeris ketika para Podermen muncul dan mengacaukan pusat perbelanjaan. Diantara kepanikan semua orang tampak sesosok gangler berjalan dengan santai sambil menjatuhkan beberapa keranjang buah yang ada di sampingnya.
"Pusat perbelanjaan, tempat yang sempurna untuk melihat para gadis-gadis cantik. Perkenalkan namaku Carl Jose, suatu kehormatan bisa bertemu dengan kalian semua. Tapi maaf."
TAK!
Carl menjetikkan jarinya bersamaan dengan semua pintu di sekitar sana yang langsung menutup secara otomati. Melihat itu kepanikan semakin menjadi-jadi, sementara gangler itu hanya tertawa dengan senang.
"Kalian harus menunggu sebentar di sini."
Melihat itu buru-buru Aya menekan nomor pada ponselnya untuk menelpon polisi, di saat yang bersamaan Carl juga melihatnya.
"Stop! Kau yang disana, ambil ponsel dari semuanya, kau bantu dia." Ucap Gangler itu pada beberapa Podermen.
Sakura terdiam saat salah satu Podermen mendekatinya untuk mengambil ponselnya. "Ini!" Ujarnya yang langsung memberikan ponselnya pada Podermen itu sambil tersenyum. Yang tentu saja membuat Podermen itu bingung tapi dengan cepat langsung mengambilnya.
"Apa yang akan mereka lakukan pada kita?" Sahut Aya sambil menggenggam tangan Sakura dengan cemas. Gadis itu hanya melihatnya lalu melepaskan pegangan itu.
"Maaf! Apa aku bisa ketoilet?" Seru Sakura, yang tentu saja menarik perhatian semua orang yang ada di tempat itu termasuk Carl dan para Podermen.
"Sakura, apa yang kau lakukan?"
"Hei! Siapa yang berta..." Ucapan Carl terputus saat pandangannya tertuju pada Sakura yang tadi membuat keributan.
"Kau! Kau....!"
-----
Keichiro, Sukasa, Sakuya dan Noel yang juga bersama mereka sudah sampai di lokasi. Tapi hal yang mereka lihat justru tidak sesuai ekspetasi mereka.
"Apa yang terjadi di sini?" Ujar Keichiro saat melihat tempat itu sudah tertutup rapat dengan tulisan tutup di depannya.
"Apa ini laporan palsu?" Bisik Sakuya pada Noel, mendengarnya pria berambut coklat caramel itu hanya mengangkat kedua bahunya.
"Mungkin, gangler itu sudah pergi." Ujar Sukasa.
"Kita akan segera mengetahuinya." Seru Keichiro yang tiba-tiba langsung menembakkan Vs Changernya kearah pintu toko. Melihat itu tentu saja Sukasa, Sakuya dan Noel terkejut.
"Keichiro apa yang kau lakukan!" Seru Noel.
"Kau akan menghancurkan pintunya Keichiro!" Tambah Sukasa.
"Pak, hentikkan ini!" Ujar Sakuya berusaha menghentikkan Keichiro.
"Lepaskan ...."
BRAK!
Pintu terbuka, lewat lubang yang terbentuk dari tembakan Keichiro. Bersamaan dengan itu para Podermen keluar dengan senjata yang sudah siap di tangan mereka.
"Mereka ada disini!" Sahut Keichiro melanjutkan ucapannya yang sempat terputus.
Dengan cepat polisi itu langsung berubah dan berlari sambil menembaki para Podermen yang menghalangi jalannya di susul dengan Noel, Sukasa dan Sakuya di belakang. Denga cepat mereka segera mengalahkan para Podermen dan masuk kedalam pusat perbelanjaan.
"Sakura. Bagaimana dia ada di sini." Batin Noel saat melihat gadis itu sudah terikat dengan tali dan Carl yang berdiri di belakannya.
"Keichiro bukankah gadis itu..." Sukasa tidak melanjutkan ucapannya saat melihat Patren Ichigou itu berteriak.
"Cepat lepaskan dia!" Pekik Keichiro lewat pengaras suara, membuat mereka bertiga langsung menutup kuping saking kerasnya.
"Oh, para Patranger sudah muncul. Tepat sekali, ini untuk salam perpisahan dariku."
TAK!
Carl menjentikkan jarinya lagi tepat setelahnya semua gadis yang ada di sana langsung berbalik dan menatap Para Patranger dengan tatapan tajam.
"A-apa yang terjadi?" Tanya Sakuya terkejut.
"Semuanya! Layani mereka!" Seru Carl.
Setelah mendengar itu tiba-tiba semua gadis itu langsung menggeram dan berteriak bak orang kerasukan, dan menyerbu para Patranger dengan pukulan dan cakaran yang sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada mereka. Namun karna jumlahnya yang banyak hal itu malah menghalangi jalan mereka untuk mendekati Carl
"Hei! Apa yang terjadi!" Pekik Keichiro berusaha keluar dari krumunan itu.
"Kalian tenanglah!" Sahut Sukasa yang sama sekali tidak digubris oleh para gadis-gadis yang mengamuk itu.
"Sepertinya mereka sudah dipengaruhi gangler!" Jelas Noel.
"Sekarang apa, yang harus kita lakukan pak! Auw, auw sakit."
"Ha ha ha, coba lihat mereka sangat konyol bukan!" Sambil melihat kearah Sakura yang sepertinya terpaku pada sesuatu. Menyadari hal itu Carl langsung kesal dan memutuskan untuk pergi dari tempat itu.
"Hah, sepertinya ini tidak terlalu menarik. Ayo, kita pergi!"
"Tidak ada cara lain." Ujar Keichiro yang langsung menerobos dengan paksa krumunan itu. Saat hal pertama yang ia lihat hanya akan membuatnya terpaku. Ketika gangler itu melompat dan menghancurkan atap bangunan bersamaan denan Sakura yang ia bawa pergi.
"Tidak...aku...terlambat..."
Buat yang udah nunggu, terimakasih atas kesabarannya^^
Untuk Part kali ini Author lagi nyoba suasana baru, dengan tiga Part tapi terbagi dalam dua cerita sekaligus. Menurut kalian gimana? Komen di bawah ya : )
Sampai jumpa di Part selanjutnya....Adieu!!!