"Fiona tunggu," teriak Jane dan Fiona langsung menghentikan langkahnya. Tanpa basa basi lagi Jane hendak ingin menampar pipi Fiona begitu saja. Untungnya Lukas datang tepat waktu dan langsung menghalangi Jane untuk menampar Fiona.
"Stop. Lu itu apa-apaan si mau tampar Fiona gitu aja?"
"Asal lu tau aja ya. Gara-gara dia, gua sama Kendrick jadi putus."
Fiona terkejut mendengar pernyataan dari Jane. Fiona langsung berpikir jika semua itu terjadi karena masalah minuman di kantin.
"Kalo lu putus sama Kendrick berarti itu lu yang salah. Bukan salah FIona. Lagian emangnya lu ga ngaca kelakuan lu kaya gimana? Mana ada cowok yang mau sama lu."
Mendengar ucapan dari Lukas itu membuat Jane merasa sedih dan akhirnya memilih untuk pergi dari hadapan Lukas dan Fiona yang disusul oleh kedua temannya. Fiona yang sedang menghindar dari Lukas pun langsung menjauh darinya. Tetapi langsung disusul oleh Lukas.
"Fiona tunggu. Aku mau bicara sama kamu. Sekali ini aja."
Fiona yang selalu menghindar dari Lukas kali ini akhirnya dia mau untuk bicara dengan Lukas.
"Kamu mau bicara apa lagi?" tanya Fiona.
"Aku minta maaf banget sama kamu. Pasti kamu merasa kalo aku udah ninggalin kamu gitu aja kan kemarin? Aku minta maaf banget sama kamu. Bukan itu maksud aku. Aku sayang dan cinta banget sama kamu. Kita hadapi semua ini bersama-sama ya?"
Fiona terdiam. Dia justru menjatuhkan air matanya. Lukas yang melihatnya langsung mengusap air matanya dan memeluknya dengan sangat erat. Kali ini Fiona tidak berontak. Fiona hanya terdiam ketika dipeluk oleh Lukas. Mungkin karena sekarang ini Fiona sudah bisa memaafkan Lukas dan mau menjalani masalahnya bersama dengan Lukas.
Dari kejauhan ternyata sudah ada Kendrick yang melihat mereka berdua. Entah kenapa perasaan Kendrick saat ini sangat hancur ketika melihat Fiona dan Lukas bermesra-mesraan. Daripada perasaannya semakin kacau, akhirnya Kendrick memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka berdua.
******
Malam ini Fiona sudah tiba di rumahnya. Sejak dia hamil, Fiona memang jarang sekali untuk keluar rumah sekedar main bersama dengan teman-temannya atau bersama dengan Lukas. Itu semua dia lakukan karena Fiona tidak mau sampai kehamilannya ketahuan oleh orang lain.
Di dalam kamarnya Fiona terus memikirkan masalah kehamilannya. Fiona memang sudah mendapatkan keyakinan dari Lukas jika Lukas akan bertanggung jawab dan akan menghadapi masalah itu secara bersama-sama. Tetapi yang menanggung beban lebih berat adalah Fiona. Apa kata orang nanti kalau dia ketahuan hamil diluar nikah.
"Engga. Aku ga bisa kaya gini terus. Lama kelamaan pasti kehamilan aku akan ketahuan sama orang lain. Karena perut aku pasti akan semakin membesar nantinya. Aku harus apa ya? Lebih baik aku telepon Lukas aja deh. Siapa tau dia udah punya solusi dari masalah kita ini," pikir Fiona.
Fiona langsung mengambil handphonenya dan menelpon Lukas. Tidak membutuhkan waktu lama Lukas langsung mengangkat telepon darinya.
"Hallo Lukas. Kamu lagi dimana?"
"Aku baru aja selesai tampil. Kenapa sayang?"
"Kamu masih enak-enakan ya bisa tampil dengan bebasnya. Sedangkan aku? Gimana nasib aku? Aku takut ketahuan. Apalagi perut aku semakin lama juga akan semakin membesar."
"Ya kamu tenang dulu sayang. Kamu jangan panik kaya gini. Kalo kamu panik kaya gini kita ga akan bisa pikirkan jalan keluarnya."
Tiba-tiba saja Ibu dari Fiona masuk ke dalam kamar Fiona tanpa sepengetahuannya. Sebenarnya Ibunya Fiona masuk ke dalam kamarnya hanya ingin memasukkan seragam Fiona yang sudah selesai di setrika ke dalam lemarinya. Fiona tidak menyadari jika Ibunya sudah masuk ke dalam kamarnya. Dan dengan santainya Fiona membahas tentang masalah kehamilannya.
"Gimana aku mau tenang Lukas? Kalo nanti Ibu dan Ayah tau kalo aku hamil gimana? Mereka berdua pasti akan marah sama aku. Aku ga bisa bayangin gimana wajah kecewa sekaligus marah mereka."
Seragam sekolah Fiona yang ada di tangan Ibunya langsung terjatuh ketika Ibunya mendengar ucapan Fiona barusan. Fiona langsung menengok ke arah belakangnya dan menemui Ibunya yang sedang syok. Fiona juga langsung memutuskan sambungan teleponnya dengan Lukas.
"Ibu, Ibu. Ibu duduk dulu ya. Ibu, aku minta maaf. Aku minta maaf banget sama Ibu. Aku tau aku salah. Ga seharusnya aku seperti ini. Aku minta maaf banget sama Ibu," ucap Fiona sambil menangis.
Ibu Fiona tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah mengetahui jika anak semata wayangnya yang selalu di bangga-banggakan sekarang telah hamil diluar nikah.
"Anak kamu usia berapa?"
Fiona langsung memberikan hasil USG kandungannya kepada Ibunya.
"Ini Bu."
Lagi-lagi Ibunya hanya bisa terdiam sambil menangis. Tidak ada kata-kata lagi untuk Fiona kali ini. Kecewa, marah, sedih, semuanya terasa bercampur aduk menjadi satu. Sedangkan Fiona terus meminta maaf kepada Ibunya. Walaupun Fiona juga tahu jika kata maaf yang keluar dari mulutnya pasti sudah tidak berlaku lagi untuk Ibunya yang sudah sangat kecewa dengan perbuatannya kali ini.
"Ibu, Ibu aku benar-benar minta maaf sama Ibu. Aku minta maaf sama Ibu."
Mendengar ada suara keributan dari kamar Fiona, Ayah Fiona pun langsung masuk ke dalam kamarnya untuk memastikan apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam kamar Fiona.
"Ada apa ini? Kenapa kalian berdua nangis?" tanya Ayahnya Fiona.
Tanpa menjawab pertanyaan dari sang suami, Ibunya Fiona langsung memberikan hasil USG kandungan Fiona. Wajah Ayah Fiona sempat berseri-seri karena dia mengira jika yang hamil adalah istrinya. Karena selama ini mereka berdua memang mebginginkany anak kedua setelah Fiona.
"Kamu hamil sayang?"
"Ayah baca di pojok USG sana nama siapa?"
Ketika Ayahnya Fiona sudah membaca jika namanya adalah nama Fiona, dia langsung sangat marah dengan Fiona. Kecewa, dan sedih juga. Sama halnya yang sedang Ibunya rasakan saat ini.
"Astaga. Kamu hamil Fiona? Kamu hamil sama siapa? Lukas? Jawab pertanyaan Ayah, Fiona. Kamu jangan hanya menangis seperti ini."
"I... Iya, Yah. Aku minta maaf sama Ayah. Aku tau pasti Ayah kecewa banget sama aku. Aku benar-benar minta maaf sama Ayah."
"Jelas lah Ayah marah dan kecewa sama kamu. Kamu ini."
Setelah berbicara seperti itu Ayahnya Fiona langsung pergi keluar dari dalam kamar Fiona dan di susul oleh Ibunya. Merasa belum mendapatkan maaf dari Ibu dan Ayahnya, Fiona pun langsung menyusul mereka berdua. Ternyata mereka berdua pergi ke ruang keluarga untuk menerenungi apa yang sudah anak semata wayangnya itu perbuat. Mereka berdua menangis karena sedih, marah, kecewa. Fiona juga tidak ada henti-hentinya untuk meminta maaf kepada mereka berdua. Bahkan Fiona sambil bertekuk lutut di hadapan Ibu dan Ayahnya.
-TBC-