Sedangkan Lukas malam ini baru saja pulang tampil di luar. Lukas segera pulang ke rumah karena sebenarnya Lukas sudah mengira jika Fiona tadi tiba-tiba saja mematikan handphonenya karena kedua orangtua Fiona sudah mengetahui kehamilan Fiona.
"Kayanya tadi Fiona ketahuan sama orangtuanya kalo dia hamil. Terus gua harus gimana dong? Kalo nanti orangtuanya Fiona datang ke sini gimana?" pikir Lukas di dalam hatinya.
Lukas sekarang ini merasa sangat ketakutan. Lukas tidak tahu apa jadinya ketika kedua orangtuanya mengetahui jika dirinya telah menghamili wanita. Karena Mamahnya mempunyai penyakit jantung yang cukup kronis. Sedangkan Ayahnya memiliki sikap yang tempramental. Bisa saja Ayahnya sangat marah kepada Lukas jika dia tahu kalau Lukas telah menghamili seorang wanita. Dan berakibat penyakit Mamahnya kambuh bahkan bisa meninggal dunia.
Ketika Lukas sedang memikirkan semuanya, tiba-tiba saja Mamahnya Lukas masuk ke dalam kamarnya. Tetapi Mamahnya tidak mendengar apapun seperti yang sedang di alami oleh Fiona kali ini.
"Sayang," panggil Mamahnya.
"Mamah? Mamah kenapa ke sini? Mamah butuh sesuatu? Bilang aja sama Lukas."
"Engga sayang. Mamah sama Ayah cuma mau pergi untuk membeli keperluan untuk kepindahan Mamah dan Ayah besok ke Jepang. Kamu beneran ga mau ikut sama Mamah dan Ayah ke Jepang?"
Lukas hanya terdiam. Awalnya Lukas memang bersih keras untuk tidak ikut dengan Mamah dan Ayahnya ke Jepang. Karena Lukas ingin terus bersama dengan wanita yang dia cintai. Fiona. Tetapi setelah apa yang terjadi pada dirinya dan Fiona, entah Lukas akan merubah niatnya atau tidak.
*******
Fiona kaki ini masih terus meminta maaf kepada Ayah dan Ibunya yang sedang sangat marah dan kecewa dengannya.
"Ayah, Ibu, Fiona benar-benar minta maaf sama Ayah dan Ibu. Fiona benar-benar menyesal. Sekali lagi Fiona minta maaf Ayah, Ibu."
"Kamu itu bagaimana si Fiona? Kamu itu punya cita-cita yang tinggi. Ingin menjadi arsitek. Ayah dan Mamah udah melakukan semuanya supaya cita-cita kamu tercapai. Tapi kamu sendiri yang merusak semuanya. Kalo kaya gini, kamu bisa di keluarkan dari sekolah kamu. Kamu tau itu?" jawab Ayahnya dengan nada yang sangat tinggi.
"Iya Ayah. Aku sadar. Aku tau. Sekali lagi aku minta maaf sama Ayah."
"Sekarang juga kamu telepon Lukas."
"I... Iya, Yah. Aku telepon Lukas sekarang juga."
Fiona langsung menelepon Lukas sesuai dengan perintah dari Ayahnya. Telepon darinya tidak diangkat oleh Lukas. Fiona mencoba menelepon lagi tetapi tetap saja Lukas tidak mengangkat telepon darinya.
"Ga di angkat, Yah."
"Kurang hajar. Sekarang juga kamu kasih alamat rumah Lukas ke Ayah."
"Tapi Yah? Ayah mau ngapain?"
"Kasih alamat lengkap Lukas ke Ayah sekarang juga," bentak Ayahnya yang dapat membuat Fiona merasa sangat ketakutan. Karena Fiona tidak pernah melihat Ayahnya semarah ini kepadanya.
"I... Iya, Yah."
Fiona mengirimkan alamat rumah Lukas melalui pesan singkat ke handphone Ayahnya. Ayahnya Fiona langsung mengambil jas hujan dan pergi ke rumah Lukas dengan menggunakan sepeda motornya. Di luar sekarang ini memang sedang hujan deras. Tetapi tidak membuat Ayahnya bisa diam begitu saja setelah anak perempuan satu-satunya di hamili oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
"Ayah. Ayah mau kemana?"
Fiona berusaha untuk mengejar Ayahnya. Tetapi usahanya sia-sia. Ayahnya Fiona tetap pergi ke rumah Lukas. Bahkan dia membawa tongkat golf untuk menghajar Lukas.
******
Kini Ayahnya Fiona sudah tiba di depan rumah Lukas. Ayahnya Fiona sudah berusaha memencet bel yang ada di rumah Lukas tetapi tidak ada yang membukakan untuknya. Karena rasa marahnya sudah sangat besar, akhirnya Ayahnya Fiona langsung memanjat gerbang rumah Lukas dan main masuk begitu saja tanpa seizin tuan rumah. Kebetulan sekali Ayah dan Mamahnya Lukas sedang tidak ada di rumah karena sedang membeli kebutuhan untuk pergi ke Jepang besok. Tetapi Lukas sebenarnya ada di rumah. Tetapi dia diam di dalam kamarnya dan tidak berani keluar untuk menemui Ayahnya Fiona.
"Lukas. Keluar kamu. Keluar," teriak Ayahnya Fiona di depan rumahnya Lukas. Lukas hanya melihatnya dari jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Hingga akhirnya Ayahnya Fiona melihat keberadaannya juga.
"Itu dia Lukas. Lukas. Keluar ga. Keluar."
Ayahnya Fiona saat ini memang benar-benar tidak bisa di kontrol. Ayahnya Fiona langsung memecahkan pintu rumah Lukas yang terbuat dari kaca dengan menggunakan tingkat golf nya. Padahal Lukas sudah berusaha untuk menahannya supaya Ayahnya Fiona tidak masuk ke dalam rumahnya.
"Lukas. Akhirnya kamu keluar juga. Mana orangtua kamu? Saya mau bicara sama orangtua kamu."
"Ayah dan Mamah saya lagi ga ada di rumah Om."
"Bohong. Pasti kamu bohong kan sama saya?"
"Saya ga bohong Om. Om liat sendiri kan kalo di depan ga ada mobil sama sekali? Mereka berdua emang lagi pergi Om."
"Kurang hajar. Kamu udah hamilin anak saya."
Ayahnya Fiona langsung memukul Lukas dengan menggunakan tongkat golf nya. Untung saja Lukas bisa menghindar dari pukulan itu. Sehingga Lukas tidak terluka karenanya. Tetapi sekarang ini Lukas dan Ayahnya Fiona kejar-kejaran seperti tikus dan kucing di dalam rumah Lukas.
"Ampun Om, ampun. Saya minta maaf sama Om. Saya benar-benar minta maaf sama Om."
"Maaf, maaf. Emangnya hanya dengan kaya maaf kamu bisa merubah semuanya? Bisa mengembalikan keadaan anak saya? Ga bisa kan? Sini kamu."
"Ampun Om."
Ayahnya Fiona terus mengejar Lukas. Sepertinya dia tidak akan puas sebelum dia bisa memukul Lukas dengan tangannya sendiri. Mereka berdua kejar-kejaran hingga akhirnya mereka berdua terjatuh di kolam renang belakang rumah Lukas. Bahkan di dalam kolam renang mereka berdua saling menyebutkan satu sama salin. Awalnya Ayahnya Fiona menekan kepala Lukas ke dalam kolam renang hingga dia tidak bisa bernafas. Setelah itu Lukas melakukan hal yang sama kepada Ayahnya Fiona. Semua itu terus terjadi dan tidak ada hentinya. Hingga akhirnya Lukas bisa keluar dari kolam renang itu dan masuk ke dalam rumahnya. Lukas langsung mengunci pintu belakang rumahnya supaya Ayahnya Fiona tidak bisa masuk kembali.
Bukan halangan bagi Ayahnya Fiona. Dia langsung memecahkan kaca jendela rumah Lukas. Sekarang terjadilah kejar-kejaran lagi. Bahkan Lukas habis babak belur dipukuli oleh Ayahnya Fiona.
"Kurang hajar kamu udah hamilin anak saya. Laki-laki ga bermoral kamu. Ga bertanggung jawab. Pecundang," ucap Ayahnya Fiona sambil memukuli Lukas.
"Ampun Om, ampun."
Ketika Ayahnya Fiona menyadari jika Lukas sudah babak belur, akhirnya Ayahnya Fiona memberhentikan aksinya.
"Ingat kamu ya. Ingat baik-baik ini. Saya dan keluarga saya akan datang kembali besok jam 12 siang. Kamu bilangin sama orangtua kamu. Ingat itu."
Lukas hanya terdiam. Ayahnya Fiona kembali pulang ke rumahnya dengan membawa tongkat golf. Lukas sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Lukas sudah benar-benar terluka sekarang ini.
-TBC-