"Lo lemah ternyata." Suara itu memancing emosi milik Davira. Sebenarnya, ia tak ingin berkelahi dengan siapapun siang ini. Beradu mulut dan argumen untuk membenarkan posisi masing-masing adalah hal yang paling dibenci oleh gadis berambut panjang dengan poni belah tengah yang melengkung apik di kedua sisi wajahnya. Davira hanya Ingin melalui hari dengan tenang. Datang ke sekolah pagi hari, mengikuti arah dan perintah dari pemberi materi, beristirahat guna memberi jeda pada otak dan tenaga selepas lelah berpikir, lalu kembali ke rumah dengan hati dan perasaan yang tenang. Membosankan memang jikalau terjadi berulang-ulang bak rutinitas wajib yang tak boleh ditinggalkan. Akan tetapi, Davira lebih menyukai itu ketimbang harus berurusan dengan gadis sialan yang sudah membuat langkahnya terhenti.
--dan mau tak mau, Davira harus meladeninya sebab ia berdiri menghalau pintu keluar yang menjadi akses satu-satunya untuk Davira bisa keluar dari kamar mandi perempuan di sekolahnya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com