"Ada begitu banyak hal yang bisa kakak kerjakan dari mulai mengelap jendela, mengelap lemari, mengepel lantai atau mencabut rumput yang ada di depan. Bahkan kakak bisa membuang sampah yang sudah menggunung di depan sana. Tapi kenapa kakak malah merebut sapuku dan menghentikan apa yang sudah aku kerjakan dari tadi? Kalau kakak memang mau bantu, jangan setengah-setengah dan jangan mengganggu pekerjaan orang lain! Kerjakan sesuatu dari awal!" Ditya berkata dengan begitu cepat seolah-olah dalam satu tarikan nafas. Begitu selesai, nafasnya terdengar terengah-engah. Dia menatap Putra dengan begitu tajamnya, menunjukkan betapa Ditya sangat tidak menyukai laki-laki itu.
Putra disisi lain merasa takjub hingga dia kehilangan kata-kata. Berulang kali dia membuka mulut untuk mengatakan sesuatu tetapi mulutnya langsung tertutup lagi karena Ditya bahkan tidak memberikan dia kesempatan untuk berbicara.
Desta yang melihat pertengkaran ini sontak tertawa terbahak-bahak. Baru kali ini dia melihat pertunjukkan yang menarik dimana ada seorang wanita yang mampu memaki-maki dia seperti ini.
'Kamu memang luar biasa Ditya.' puji Desta dalam hati.
"Udah selesai bicaranya?" tanya Putra setelah dia berhasil mengumpulkan kembali kata-kata yang sempat hilang. Dia masih berusaha terlihat keren dihadapan yang lainnya.
Ditya hanya membuang mukanya ke arah lain.
"Apakah kamu itu adalah boneka yang bisa bicara dengan menggunakan baterai? Apa baterai kamu baru saja diisi ulang sehingga kamu bisa bicara dengan begitu cepat tanpa titik-koma?" tanya Putra lagi seperti memberikan serangan balik terhadap Ditya.
"Apakah kakak tahu betapa menyebalkannya kakak? Apakah tidak ada seorang pun yang mengatakan hal itu?" ejek Ditya, "Minggir, aku mau menyelesaikan pekerjaanku agar aku bisa segera pulang." Ditya mendorong Putra kesamping.
Bukannya marah, Putra justru merasa Ditya sangat menggemaskan.
"Baiklah, kalau begitu aku yang mengepel." kata Putra.
"Jangan kak. Biar kami aja." Kayla berkata.
"Kayla benar kak. Hari ini kami yang bertugas membersihkan ruangan ini, jadi kami akan bertanggung jawab melaksanakan tugas ini." tambah Ulvia. Yang lainnya merasa takut untuk berkomentar lebih. Mereka bahkan memikirkan mungkin Putra akan melakukan sesuatu yang akan menyiksa mereka saat Peresmian Mahasiswa Baru nanti.
"Udah, biarkan saja Putra melakukan apa yang dia inginkan." kata Desta.
"Dimana lap pel dan ember?" tanya Putra.
"Sebentar kak, aku ambil dulu." jawab Kayla sigap.
Niar berpura-pura tidak mendengar apapun dan meneruskan pekerjaannya mengelap barang-barang yang ada di ruangan tersebut.
"Jangan sampai aku terkena masalah karena hal ini." bisik Niar.
Selesai menyapu, Ditya ijin untuk membeli minuman dingin. Beberapa menit kemudian dia membawa 3 botol minuman dingin di dalam plastik.
Dia memberikan satu untuk Niar dan satu lagi untuk Desta.
Putra merasakan adanya ketidakadilan yang terjadi disini. Desta hanya membantu mereka membuang sampah sementara Putra harus mengambil air dan mengepel ruangan ini. Tapi kenapa Ditya hanya memberikan minuman itu untuk Desta?
Putra berjalan ke arah mereka Ditya, Niar dan Desta.
"Mana bagian aku?" tanya Putra.
Niar dan Desta saling menatap satu sama lain. Sementara Ditya hanya melirik sebentar ke arahnya dan meminum kembali minumannya hingga dia menghabiskan setengah botol.
"Terimakasih ya, kak, udah bantu pekerjaan kami." kata Ditya kepada Desta. "Berhubung tugas kami sudah selesai, jadi kami pamit pulang ya. Ayo Niar!" ajak Ditya. Desta menganggukkan kepalanya.
"Hei tunggu dulu. Kalian mau kemana?" tanya Putra.
"Oh ya, terimakasih juga Kak Putra karena sudah meringankan beban kami." ucap Ditya dengan nada sedikit mengejek. Ditya pun pergi bersama Niar meninggalkan Putra dan Desta.
'Ditya, suatu hari ini aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku. Dan aku akan menikmati setiap hal kecil yang kamu lakukan terhadap ku hingga masa itu tiba.' Putra tersenyum menatap kepergian Niar dan Ditya.