webnovel

Dia adalah Bom Waktu (3)

Sesampainya di rumah kontrakan, Anisa, Yuni dan Triana terlihat sedang menonton televisi sambil memakan beberapa Snack.

Ditya melempar tasnya ke arah kursi dan mengambil segelas air dingin. Teman-temannya bingung melihat raut wajah Ditya yang kesal.

"Niar, Ada apa dengan Ditya? Kenapa dia terlihat sangat kesal?" tanya Yuni berbisik.

"Tadi dia bertengkar dengan Kak Putra." jawab Niar dengan pelan.

"What?? Is she insane?" Triana terbelalak.

"Serius Niar?" tanya Triana masih tidak percaya.

"Iya."

"Siapa yang mulai?" tanya Yuni. "Jangan bilang Ditya?"

Niar mengangguk. Ditya kembali ke ruang televisi dan duduk selonjoran di atas karpet.

"Dit, kamu gila ya? Kenapa kamu cari masalah sama Kak Putra, sih? tanya Anisa.

"Dia yang cari masalah." jawab Ditya datar.

"Tapi kan, nggak harus begitu juga Dit, caranya. Apa kamu cari mati?" tanya Triana.

"Aku yakin pasti anak-anak yang lain mengutuk aksi kamu tadi. Secara kan Kak Putra itu idola para gadis. Mereka nggak akan rela idolanya dicaci-maki di hadapan orang lain seperti yang kamu lakukan." kata Triana.

"Kalian tahu nggak? Tadi aku sampai keringat dingin melihatnya." jelas Niar.

"Dit, kenapa sih kamu kelihatannya nggak suka sama kak Putra? Apa dia punya salah sama kamu?" tanya Anisa.

"Nggak."

"Lalu kenapa kamu bersikap seperti itu?" tanya Yuni lagi.

"Aku cuma nggak suka aja sama kelakuan dia. Kalian tahu seperti apa dia? Dia adalah seorang laki-laki yang senang mencari perhatian dari lawan jenis. Dia selalu menganggap bahwa setiap wanita pasti jatuh hati kepada dia. Sikap dia yang baik hanya sebuah kamuflase dan pencitraan aja. Agar semua wanita yang ada disekelilingnya menganggap dia sosok yang luar biasa."

"Bagaimana kamu bisa beranggapan seperti itu, Dit?" tanya Niar bingung.

"Apa kalian lupa kalau Ditya punya kebiasaan aneh memperhatikan perilaku dan kepribadian orang-orang yang dia temui?" tanya Yuni, mulai memahami apa yang Ditya bicarakan. Memang kalau diperhatikan lagi Putra sering bersikap berlebihan dihadapan para wanita.

"Aku cuma nggak suka aja dengan laki-laki yang senang mempermainkan hati wanita." jelas Ditya. "Laki-laki seperti itu akan menjadi musuh nomor 1 dalam hidupku."

"Ok. Udah tenang. Jangan diingat-ingat lagi nanti emosi." kata Triana.

Ditya tersenyum pahit. Putra benar-benar sudah membuatnya kesal hingga ke ubun-ubun.

-- Di Ruang Sekretariat BEM --

"Baiklah hari ini kita akan menentukan siapa saja yang akan ikut ke Bandung untuk acara peresmian Mahasiswa Baru nanti." kata Randy. Randy adalah salah satu mahasiswa yang pernah bergabung di lembaga ini. Walaupun sekarang dia sudah bukan anggota BEM lagi, tapi bantuannya masih sering diperlukan.

"Berarti nggak semua ikut ya, Kak?" tanya Bella.

"Sayangnya nggak, Bel. Pihak kampus cuma meminta 10 orang anggota BEM." jelas Randy.

"Jadi, siapa aja yang ikut?" tanya Dewa.

"Siapa saja yang mau ikut. Tapi orang itu harus orang yang tidak mengikuti kegiatan ekskul apapun. Karena setiap ekskul juga harus mengutus para anggotanya untuk melantik mahasiswa baru."

"Peran kita disana juga hanya mengawasi jalannya acara. Karena untuk acara outbond dan lainnya sudah di handle oleh masing-masing ekskul. Nanti kita bagi aja jadi 5 kelompok. Jadi kita bisa bagi-bagi tugas."

"Kak Randy ikut?" tanya Putra.

"Iya. Tapi ada kemungkinan aku menggunakan kendaraan pribadi kesana. Karena transportasi yang disediakan hanya untuk anggota saja."

"Kak Randy rajin banget ya, padahal udah tingkat akhir tapi masih aja bantu kita mengurus BEM." kata Devi.

"Nggak apa-apa kok." jawab Randy. "Lagipula aku harus menjaga seseorang disana."

"Menjaga seseorang? Apakah dia pacar kakak?" ledek Sasha.

Randy tersenyum.

"Kalian jangan sampai lupa membawa obat-obatan pribadi, perlengkapan mandi dan segala sesuatu yang diperlukan disana."

"Ok."

"Oh ya satu lagi, seperti yang saya bilang berulang-ulang kali. Kalian boleh menguji mental adik tingkat kalian tapi jangan sekalipun melakukan sesuatu yang berlebihan yang bisa mencelakakan mereka."

"Siap!"

"Ok, cukup sekian. Terimakasih semuanya." tutup Randy.