Langit telah kembali menjadi gelap, begitu pun dengan Caerin yang kembali bekerja menjadi seorang wanita penghibur.
Tentu saja ia harus bekerja, kalau ia tidak bekerja ia harus makan apa? Dan juga ia harus membayar uang sewa rumah nya dengan apa?
Ia tidak bisa membiarkan Min-Jun sahabatnya kembali membayarkan uang sewa nya. Min-Jun sudah terlalu banyak menolong nya.
Seperti biasanya, Caerin berada di ruang loker. Ia tengah berdandan di dalam ruangan itu bersama dengan dua orang teman nya.
"Caerin-ah, apa kau punya mascara?" tanya teman Caerin.
Caerin mengangguk. "Tentu, kau ingin menggunakan nya? ini..." Caerin memberitakan masscara itu kepada teman nya.
"Terima kasih, aku lupa membawa mascara ku," ucap teman Caerin yang lalu menggunakan mascara milik Caerin.
"Tak apa, kau bisa menggunakan milik ku," ucap Caerin.
Yah, ia sama sekali tidak masalah untuk berbagi alat makeup dengan teman-teman nya.
Kenapa? Toh, selain berteman mereka semua juga memiliki pekerjaan yang sama di club malam ini.
Yakni sebagai wanita penghibur.
"Oh iya, apa kau tahu..." ucap teman Caerin.
"Apa itu? Apakah ada sebuah berita?" tanya Caerin merasa penasaran.
"Ya, aku dengar kemarin ada seorang pria yang sangat tampan datang ke club sebelah dan menggunakan mobil lamborghini hitam," ucap teman Caerin.
Caerin yang mendengarkan ucapan teman nya langsung menoleh. "Pria tampan?"
Teman Caerin mengangguk. "Iya, teman ku di club sebelah yang mengatakannya kepada ku," ucap nya.
Yah, di daerah sini memang bukan hanya club tempat Caerin bekerja saja yang ada di daerah ini memang terdapat cukup banyak club malam yang lainnya.
Yang jarak antar club malam yang lainnya juga tidak terlalu jauh.
Dan seperti yang teman Caerin katakan, di samping club tempat mereka bekerja juga terdapat sebuah club malam.
"Apa kau melihatnya?" tanya Caerin kembali.
Teman Caerin menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak melihat pria itu. Hanya teman ku saja yang mengatakannya kepada ku," jawab nya.
Teman Caerin kemudian memberikan kembali mascara itu kepada Caerin. "Ini... terima kasih Caerin-ah. Kau ingin aku menunggu mu?"
Caerin yang seakan-akan baru sadar dari lamunannya langsung menggeleng. "Tidak perlu, kau duluan saja," jawab Caerin.
"Arrasseo, kalau begitu aku duluan..." Caerin tersenyum sebagai jawaban.
Tersisa lah Caerin sendirian di dalam ruang loker itu. Ia terdiam di sana, entah mengapa ia memikirkan ucapan teman nya beberapa detik yang lalu.
Entahlah... ada rasa penasaran di dalam hatinya yang menggelitik, karena ucapan teman nya itu.
Dan ada satu nama pria yang terbesit di dalam pikiran nya saat ini, setelah mendengar ucapan teman nya.
Caerin menggeleng dengan pelan. "T-tidak... apa yang sedang kau pikirkan Caerin-ah..." gumam Caerin.
Yah, ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri kalau ia akan berusaha melupakan pria itu dan menghapuskan perasaan nya.
Ia tidak boleh memikirkan pria itu kembali. Yah... ia tidak boleh melakukan hal itu, ia harus bisa menepati janjinya sendiri.
"Ayolah Caerin, kau harus fokus dengan pekerjaan mu saja," gumam Caerin kembali.
Caerin menghela nafas dan dengan segera membersihkan tas makeup nya, memasukkan peralatan makeup nya satu persatu ke dalam tas miliknya.
Lalu berjalan keluar dari ruang loker itu, untuk melakukan pekerjaan nya yang harus ia lakukan untuk kelangsungan hidupnya.
...
Di meja bar itu terlihat seorang pria tampan yang sedang sibuk meracik berbagai macam minuman yang di pesan oleh pelanggan nya.
Ia tidak perlu melihat resep minuman yang akan ia buat, karena ia telah menghapal semua nya di luar kepala.
Ayolah... ia sudah berapa lama bekerja di sini, jadi tidak mungkin ia tidak menghapal semua minuman yang selalu ia buat.
"Ini cocktail mu Nyonya..." Subin meletakkan segelas cocktail itu di depan wanita berambut panjang itu.
Wanita itu tersenyum dengan genit. "Terima kasih tampan..." ucap nya pada Subin.
Sebelumnya sudah ku katakan bukan, kalau Subin cukup terkenal di club ini dengan gelar nya yakni bartender tampan.
Subin tersenyum kecil. "Terima kasih atas pujian mu Nyonya," balas Subin.
Ia pun kembali membuatkan pesanan cocktail yang lainnya yang belum ia buat.
Kedua tangan nya dengan lincah mencampur dan meracik berbagai macam jenis minuman itu, menjadi cocktail yang membuat mu ketagihan.
Saat tengah sibuk dengan pekerjaan nya, ia tidak sengaja melirik. Dan saat itu juga ia langsung tersenyum.
"Caerin!" panggil Subin.
Benar, ia melihat Caerin yang tengah berdiri di ujung sana. Lebih tepatnya di samping DJ set.
Sang pemilik nama langsung berbalik begitu mendengar namanya. Dan ia langsung melihat Subin yang tersenyum kearah nya.
Caerin berjalan ke arah bar berada, menghampiri pria yang telah memanggil namanya.
"Kau memanggil ku Subin-ssi?" ucap Caerin sambil tersenyum.
"Ssi? You mean darling?" ucap Subin sambil menaikan satu alisnya.
Caerin terkekeh. Hah... here we are, Subin with his flirty *ss.
Caerin menopang dagunya di atas meja bar itu. "Subin darling?"
Subin mengangguk. "Nah, itu yang ku maksud darling..." ucap Subin.
Ya ampun, wanita mana yang tidak akan baper jika seperti ini caranya. Tapi tidak bagi Caerin, karena ia tahu kalau Subin hanya suka menggoda nya saja.
Caerin memukul bahu Subin dengan pelan. "Kau ini... sepertinya kau benar-benar membutuhkan seorang kekasih."
"Kekasih? Aku kan sudah memilki nya. Ini... tepat di depan mata ku saat ini," ucap Subin sambil menatap Caerin.
Astaga!
Seriously!
Subin you are need to stop!
Caerin memerah samar. "Ya ampun, sepertinya aku memang benar-benar tidak dapat berbicara dengan mu," canda Caerin.
Subin tertawa. "Hahaha... baiklah... baiklah, kau sedang tidak memiliki pelanggan saat ini?" tanya Subin.
Ia bertanya begitu karena ia melihat Caerin yang sedari tadi hanya sendirian berdiri di sana.
"Hmmm..." Caerin mengangguk. "Aku belum memiliki pelanggan, mungkin sebentar lagi."
Caerin menyandarkan dirinya pada meja bar itu. Ia melihat sekeliling club malam tempat ia bekerja yang ramai seperti biasanya.
Bukan club namanya jika tidak ramai dan hanya segelintir orang saja.
Subin memperhatikan Caerin, tidak... lebih tepatnya ia memperhatikan wajah Caerin saat ini.
"Ada apa?" ucap Subin dengan tiba-tiba.
Caerin menoleh. "Hah?"
"Kau terlihat tidak bersemangat seperti biasanya darling," ucap Subin.
Yah, Caerin tidak terlihat seperti biasanya yang selalu tersenyum dan bersemangat. Kali ini Caerin terlihat murung.
"T-tidak... aku baik-baik saja..." ucap Caerin.
Apakah terlihat sangat jelas? Apakah begitu jelas jika saat ini ada yang mengganggu pikiran nya?
Subin memajukan wajah nya, menatap wajah Caerin lebih dekat di bawah lampu yang redup itu.
"Kau yakin?" tanya Subin memastikan.
Caerin mengangguk. "Ya, sangat yakin..." jawab Caerin sambil tersenyum kecil.