webnovel

LOVE SICKNESS

(WARNING! terdapat unsur 18+ yaitu berupa kekerasan, darah, dan sebagainya.) Kim Caerin, wanita cantik berdarah Korea yang bekerja sebagai wanita penghibur di salah satu tempat hiburan malam hanya untuk sesuap nasi. Akan tetapi siapa yang sangka, kalau dalam sekejap kehidupan nya akan berubah. Dan siapakah gerangan yang akan merubah kehidupan Caerin? Itu semua terjadi karena seorang pria yang hadir di dalam kehidupan kelam nya. Pria tampan yang secara terang-terangan menyatakan perasaannya kepada Caerin. Dengan tidak memperdulikan pekerjaan hina yang selama ini Caerin lakukan. Lantas bagaimana? Apakah Caerin akan menerima kehadiran pria itu? Entah lah, kita lihat saja nanti.

Blueside · Urbain
Pas assez d’évaluations
427 Chs

ONE

Semuanya di mulai dari sini...

Kim Caerin wanita cantik berdarah korea yang bekerja sebagai wanita penghibur di salah satu club di Seoul.

Bukan hal yang mudah hidup di padat nya kehidupan hiruk-pikuk ibu kota. Terlebih lagi jika kau hidup seorang diri, tanpa sanak saudara.

Seperti malam-malam sebelumnya, hari ini Caerin berada di club malam tempat ia bekerja dan menghabiskan waktunya. Suara musik memenuhi tempat yang cukup padat oleh berbagai kalangan itu.

Orang-orang menari mengikuti alunan musik itu, dengan sesekali sengaja menggesekkan tubuh mereka satu sama lain.

Seperti itu lah kehidupan club malam yang sudah menjadi pemandangan yang sangat biasa di tempat ini. Bahkan di ujung sana sudah ada yang bercumbu seakan-akan tidak menghiraukan orang-orang di sekitar mereka.

Beda hal nya dengan Caerin yang duduk di salah satu kursi yang ada di meja bar itu. Ia hanya duduk di sana dengan menopang dagunya.

"Caerin-ah..." panggil salah satu teman nya.

Merasa nama nya di panggil, ia langsung menoleh. "Eoh, Min-Jun?" ucap Caerin.

Terlihat lah seorang wanita yang berjalan menghampiri Caerin. Min-Jun nama wanita cantik itu, yang lebih tinggi di bandingkan dirinya. Dengan dress ketat merah yang ia kenakan.

Dan Min-Jun merupakan sahabat karib nya. yang juga bekerja di tempat ini bersama dirinya.

"Dari mana saja kau?" tanya Min-Jun yang kemudian duduk di samping Caerin.

"Aku? Aku tidak kemana-mana. Sedari tadi aku hanya duduk di sini saja," jawab Caerin.

Memang benar, sedari tadi Caerin hanya duduk di meja bar itu saja. Menatap dengan bosan orang-orang yang sedang berjoget di lantai dansa sana.

"Berikan aku segelas bir," pinta Min-Jun pada seorang bartender pria itu.

Kenapa? Harusnya kalian tidak terkejut. Meminum bir dan minuman beralkohol lainnya sudah menjadi seperti air putih bagi mereka.

Tidak lama kemudian segelas bir di letakkan tepat di hadapan Min-Jun. "Terima kasih," ucap Min-Jun.

Caerin masih dengan posisi menopang dagunya, sangat terlihat ekspresi bosan pada wajah cantik itu.

Min-Jun meletakkan gelas bir nya yang baru saja ia teguk. "Kau tidak memiliki pelanggan?"

"Tentu saja aku punya, aku sudah melayani nya beberapa menit yang lalu," jawab Caerin.

Pelanggan?

Tentu kalian paham bukan dengan pelanggan apa yang mereka maksud kan. Kalian pasti paham.

Maksud ku adalah mereka salah satu wanita penghibur di club ini. Jadi memang nya apa lagi pekerjaan mereka? Tentunya melayani pria-pria yang memiliki uang dan siap untuk membayar mereka.

Caerin menoleh. "Bagaimana dengan mu?"

Min-Jun langsung cemberut. "Aku baru saja selesai melayani nya. Kau tahu! dia memberikan tanda pada leher ku, lihat ini!" Min-Jun menunjukkan leher nya yang terdapat sebuah tanda ke-unguan di sana.

Yah, itu adalah sebuah kissmark.

Caerin tertawa. "Hahaha... itu tandanya dia menyukai pelayanan yang kau berikan," goda Caerin.

"Menyukai apanya! sekarang aku harus menutupi kissmark sialan ini!" kesal Min-Jun.

Caerin semakin tertawa, merasa lucu melihat sahabatnya yang merasa kesal itu. Hal seperti ini sudah sering terjadi kepada mereka berdua.

Dan kadang-kadang butuh waktu berhari-hari untuk menghilangkan tanda ke-unguan itu dari leher mereka.

Caerin kemudian tiba-tiba terdiam. Wanita cantik itu terlihat memikirkan sesuatu, terlihat dari sorot matanya yang menerawang jauh.

Min-Jun yang sibuk menggosok tanda kissmark itu dari lehernya langsung mengalihkan pandangan nya menatap Caerin.

"Caerin-ah, kau baik-baik saja?" tanya Min-Jun.

Caerin langsung tersadar dari lamunan nya. "A-ah... tidak, aku baik-baik saja," jawab Caerin.

Min-Jun menarik kursi yang ia duduki mendekati Caerin. Ia lalu memiringkan kepalanya menatap Caerin. "Caerin-ah, kau pikir sudah berapa lama aku menjadi sahabat mu?"

"Aku sudah menjadi sahabat mu selama tiga tahun Caerin," ucap Min-Jun.

Benar, sudah tiga tahun lamanya Min-Jun menjadi sahabat Caerin. Menemani Caerin dalam keadaan suka maupun duka. Hingga memutuskan untuk bekerja menjadi wanita penghibur di club malam ini.

Min-Jun selalu menemani Caerin dimana pun ia berada, ia juga tahu seberat apa kehidupan yang di jalani oleh Caerin selama ini.

Caerin menunduk kan kepalanya. Ia lalu memainkan jarinya. "A-aku... aku membutuhkan uang untuk membayar sewa rumah ku," ucap Caerin dengan lemah.

Yah, hal inilah yang sedari tadi berkecamuk di dalam pikiran Caerin. Ia bingung harus mencari uang kemana, bukan berarti menjadi wanita penghibur di club ini membuat mereka menjadi wanita kaya.

Kalian salah jika beranggapan seperti itu. Club ini bukan lah seperti club malam lainnya yang ada di Seoul. Club ini hanya club kecil yang sebagian besar di kunjungi oleh orang-orang biasa saja.

Jadi jauhkan pikiran kalian jika kalian berpikir setiap pria yang telah mereka melayani membayar mereka dengan jutaan won.

That's a big mistake.

Min-Jun menatap Caerin dengan sendu. "Caerin-ah, jangan khawatir. Aku pasti membantu mu, kau bisa menggunakan uang ku," ucap Min-Jun.

Caerin langsung menggeleng dengan cepat. "Tidak... tidak... kau sudah terlalu banyak membantu ku Min-Jun. Aku tidak ingin merepotkan mu," tolak Caerin.

Ia sudah berkali-kali meminta tolong kepada Min-Jun, dan Min Jun selalu membantunya. Tanpa meminta balasan sedikit pun. Ia Sudah terlalu sering menyusahkan Min-Jun.

Dan kali ini ia tidak ingin kembali menyusahkan sahabatnya itu.

Min-Jun menghela nafas, lalu memegang tangan Caerin dengan lembut. "Caerin-ah, jangan berkata seperti itu. Aku membantu mu karena aku adalah sahabat mu."

"Aku akan selalu mencoba membantu mu sesulit apapun itu, karena itulah aku selalu bersama mu," ucap Min-Jun.

Caerin merasa sangat tersentuh akan ucapan Min-Jun. Kedua matanya terlihat berkaca-kaca. "Min-Jun... terima kasih..." ucap Caerin dengan tulus.

Min-Jun tersenyum dengan lembut, kemudian ia memeluk Caerin sambil mengusap punggung Caerin. "Sama-sama..." ucap nya.

Min-Jun melepaskan pelukannya. Ia lalu mengusap air mata Caerin yang sempat terjatuh. "Kau tidak perlu khawatir okay?" Caerin mengangguk sebagai jawaban.

Tidak lama kemudian seorang wanita dengan umur yang sedikit lebih tua di bandingkan mereka berdua, berjalan ke arah mereka.

"Hey Caerin!" panggil wanita itu.

Caerin dan Min-Jun langsung berbalik. "Ah, eonni," ucap Caerin yang langsung berdiri dari kursi itu.

Eonni adalah sebutan bagi wanita yang lebih tua, dan sebutan itu di gunakan untuk sesama wanita.

Jika sesama pria maka kalian harus memanggil pria yang lebih tua dengan sebutan hyung.

"Cepat, ada tamu yang harus kau layani," ucap wanita itu pada Caerin.

"Aku?" tunjuk Caerin pada dirinya sendiri.

"Iya kau," jawab wanita itu.

"Tapi aku baru saja selesai melayani pelanggan yang tadi," ucap Caerin.

Benar, harusnya ia tidak lagi melayani pelanggan yang lainnya. Dan juga ini sudah saatnya ia untuk pulang.

"Kau hanya melayani dua pelanggan saja kan hari ini? Sedang kan aku dan Min-Jun telah melayani tiga pelanggan hari ini," ucap wanita itu.

Min-Jun memegang bahu Caerin. "Sudah lah Cheryl, mungkin saja pelanggan kali ini akan memberikan mu uang tip?"

Caerin terdiam sejenak. Kemudian mengangguk. "Baiklah kalau begitu," ucap Caerin.

"Kalau begitu, kau datang ke kamar nomor dua puluh yang ada di atas. Dia menunggu mu di sana," wanita itu memberikan sebuah kunci pada Caerin, lalu pergi dari sana.

Min-Jun merapikan rambut panjang milik Caerin sahabatnya. Lalu tersenyum. "Jja... kau sudah cantik. Pergilah..."

Caerin tersenyum dengan cantiknya, ia sungguh sangat beruntung memiliki sahabat seperti Min-Jun. "Aku pergi," ucap nya.

Ia pun berjalan pergi dari meja bar itu, namun baru sepuluh langkah. Ia mendengar suara sahabat nya.

"Jangan lupa untuk tersenyum!" teriak Min-Jun, sambil menunjukkan senyuman lebarnya.

Caerin menoleh dan terkekeh karena teriakan sahabat nya yang sangat nyaring itu. Untung saja alunan musik cukup keras sehingga orang-orang tidak mendengarkan teriakan Min-Jun.

Caerin Lalu mengangguk sebagai jawaban, dan melanjutkan langkah yang sempat terhenti, untuk segera ke kamar pelanggan nya berada.