2 TWO

Min Jun mengambil tas hitam miliknya yang ia letakkan di ruang khusus pekerja di club malam ini. Di dalam sana ada beberapa loker yang di sediakan, dan loker itu lah yang menjadi tempat untuk menyimpan barang-barang mereka masing-masing.

Ia lalu berjalan ke arah cermin, mengeluarkan sebuah lipstick dari dalam miliknya. Dan memoleskan lipstick berwarna merah itu pada bibirnya.

Jangan salah, Min Jun tidak kalah cantiknya dengan Caerin sahabatnya. Bahkan di sini mereka di kenal dengan sebutan "Two Angels".

Itu karena kecantikan yang mereka miliki, tapi tidak sembarang pria yang mereka terima untuk menjadi pelanggan mereka.

Yah, aku tahu mau bagaimana pun perkejaan yang mereka gandrungi akan selalu di pandang sebelah mata. karena memang begitulah keadaan nya.

But life still going on right? And this how they survive to life in this cruel world.

"Eoh, Min Jun kau belum pulang?" tanya seorang wanita dengan rambut pendek.

Min Jun langsung menyimpan kembali lipstick nya ke dalam tas miliknya. "Ini aku baru mau pulang, aku habis mengambil barang ku."

"Dimana Caerin? Biasanya kalian selalu bersama?" tanya kembali wanita berambut pendek itu.

"Ah... dia sedang berada di lantai atas, sedang melayani pelanggan," jawab Min Jun.

Wanita itu mengangguk. "Benarkah? Caerin memang hebat, sangat banyak pelanggan kesini yang selalu mencari nya."

Yang di katakan elah wanita ini memang lah benar. Setiap pria yang telah di layani atau pun di temani oleh Caerin, mereka pasti akan datang kembali dan mencari Caerin.

Mereka semua menjadi pelanggan tetap di club malam ini, hanya untuk dapat bertemu dengan Caerin.

Min Jun mengangguk setuju. "Kau benar, habisnya di antara kita semua Caerin lah yang paling cantik," ucap Min Jun.

Keduanya pun tertawa karena ucapan Min Jun yang memang benar adanya. Kecantikan Caerin sudah tidak perlu di ragukan lagi.

"Baiklah, kalau begitu kau ingin pulang bukan? Kita jalan bersama saja ke halte," ucap wanita dengan rambut pendek itu.

Min Jun mengangguk. "Tentu."

"Tunggu, bagaimana dengan Caerin? Kau tidak menunggu nya?" tanya wanita berambut pendek itu.

Min Jun menggeleng. "Tidak, dia pasti masih akan sangat lama. Kau tahu bukan maksud ku..." ucap Min Jun sambil menaik turunkan alisnya.

"Hahahaha... kau ini ada-ada saja. Ayo kita pulang," mereka berdua pun berjalan keluar dari ruangan itu setelah mengambil barang-barang milik mereka.

...

Sementara itu...

Terdengar suara langkah kaki dengan high heels yang menutupi kaki mulus itu, yang sedang menaiki tangga.

Ia melihat ke arah kanan dan kirinya, tepatnya melihat deretan pintu kamar yang ia lewati tertutup dengan rapat.

Entah di dalam kamar-kamar itu terisi oleh orang atau kah tidak.

Kedua matanya melihat setiap angka yang tertempel pada pintu kamar yang ia lewati. Hingga akhirnya ia telah berada di depan pintu kamar dengan angka dua puluh yang tertempel di pintu itu.

Ia terdiam berdiri di depan pintu itu. Kemudian ia merapikan rambut dan dress hitam ketat yang melekat pada tubuh nya.

"Hufft... tenang kan diri mu Kim Caerin..." ucap nya.

Yah, benar itu adalah Caerin. Ia saat ini terlihat sedikit gugup, padahal ia sudah biasa melakukan hal ini.

Tapi seperti inilah kenyataan nya, bukan berarti karena dirinya sering melayani pelanggan ia tidak merasa gugup atau pun takut sama sekali.

Yang membuatnya takut adalah dia sama sekali tidak tahu pria seperti apa yang akan menjadi pelanggan nya.

Ia tidak tahu apakah pria itu pria yang baik ataukah pria yang jahat. Yang ia tahu hanyalah perlu melayani mereka hingga merasa puas.

Caerin menunduk melihat kunci kamar yang ada di genggaman nya, yang ia pegang saat ini adalah kunci cadangan. Memang seperti itu sistem nya, pelanggan akan menunggu di dalam kamar. Menunggu wanita yang akan melayani mereka.

Setelah menyiapkan dirinya, Caerin pun memasukkan kunci itu pada lubang kunci yang ada pada pintu itu.

Tangan nya terangkat memegang gagang pintu itu dan membukanya dengan perlahan.

KLEK

Kaki nya berjalan masuk ke dalam kamar itu, tidak lupa menutup kembali pintu kamar itu setelah ia berada di dalam kamar itu.

Kamar itu cukup besar, terdapat ranjang berukuran queen size yang berada di tengah-tengah kamar itu. Juga nuansa kamar yang cukup gelap.

"P-permisi Tuan..." ucap Caerin dengan sopan.

Kedua matanya melihat ke sekeliling kamar itu. Baru saja di dalam hatinya ia bertanya-tanya, di mana tamu nya itu untuk malam ini. Di samping lampu tidur itu, ia melihat seorang pria.

Yah, seorang pria yang duduk pada kursi itu. Pria itu duduk membelakangi nya. Dan pria itu pasti pelanggan nya untuk malam ini.

Caerin pun berjalan mendekati pria itu, sepertinya ucapan nya tadi tidak di dengar oleh pria itu.

Ia telah berdiri tepat di belakang pria itu. "T-Tuan... apakah Tuan yang memesan saya?" tanya Caerin dengan pelan.

Hening.

Tidak ada jawaban. Pria itu hanya diam saja, dan masih dengan posisi duduk membelakangi nya.

Caerin mengerutkan alisnya. Ada apa ini? Tidak biasanya, ia mendapat pelanggan yang mengacuhkan nya seperti ini.

Biasanya jika ia telah masuk ke dalam kamar, pria-pria yang menjadi pelanggan nya itu akan langsung menariknya dan menyerangnya dengan nafsu yang tidak tertahankan.

Tapi kali ini? Ia di acuhkan?!

Caerin mulai merasa kesal. Kalau pria ini hanya mengacuhkannya begini, kenapa pria ini memesan nya?!

Caerin mengerutkan alisnya. "Tuan jika Tuan tidak menginginkan saya, saya bisa per--"

"Duduklah," ucap pria itu memotong ucap Caerin.

Caerin terkejut. "Hah?"

"Aku bilang duduklah," ulang pria itu.

Caerin pun duduk pada sebuah kursi yang ada di samping pria itu. Ia merasa penasaran ingin melihat wajah pria itu.

Bagaimana ia bisa melihatnya, kalau pria itu tertunduk. Apalagi dengan lampu kamar yang bisa di katakan remang-remang, jadi ia tidak dapat melihat dengan jelas wajah pria itu.

Ia duduk dengan canggung. Ia benar-benar merasa canggung, pasalnya pria ini cukup aneh. Apakah ia kurang sexy? Sehingga pria ini tidak tertarik kepada nya.

Dan juga, Caerin memperhatikan kalau pria ini menggunakan sebuah setelan jas berwarna hitam dengan dua kancing kemejanya yang ia biarkan terbuka.

Baru kali ini ia melihat seorang pria yang ia layanani ke tempat seperti ini dengan menggunakan sebuah jas.

"Tuan ap--" baru saja Caerin ingin mengatakan sesuatu, pria itu tiba-tiba mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk.

Pria itu kemudian menoleh ke arah kiri menatap Caerin.

DEG

Kedua mata mereka saling bertemu, dan detik itu juga Caerin langsung terdiam dan terpaku.

Ia terpaku melihat wajah pria yang menatapnya saat ini. Kedua matanya seakan-akan tidak dapat berhenti menatap pria itu.

Satu kata yang dapat mendeskripsikan pria itu, yaitu...

Tampan, sangat tampan.

avataravatar
Next chapter