Kemana aku harus pulang?
Ke rumah, kah?
Tapi rasanya, sangat sesak sekali, hanya untuk menuju rumah. Aku belum siap Tuhan, sangat belum siap. Apalagi, melihat wajah Ayah. Wajah yang selama ini aku anggap, sangat mencintai Bunda, dan benar-benar hanya cinta dengan Bunda.
Sempat merasa menemukan tujuan, kini aku merasa kecewa lagi. Karna tempat tujuanku, sudah dimiliki orang lain. Lalu sekarang, aku harus ke mana?
***
Dewa berada di jalanan layang, ia menghirup udara malam sambil melihat pemandangan Jakarta. Ia memberhentikan mobilnya, di bahu jalan. Jika ia berhenti di siang hari, mungkin akan terkena tilang. Tapi saat ini, malah bukan malam lagi, tapi sudah melewati tengah malam.
Jam tangannya pun, sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Dewa menyesap sebotol minuman, yang sengaja ia beli, dari salah satu toko waralaba. Ia menghiraukan semua panggilan telfon dari ayahnya, dan segala pesan yang dikirimkan ke nomer ponselnya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com