webnovel

Love in the Room

Luna terpaksa berhenti menjadi model karena insiden yang membuatnya hamil dan harus menikah dengan Ethan. Ethan yang merasa bersalah menerima pernikahan itu meski Luna tidak mencintainya, bahkan mengacuhkannya dan meminta cerai setelah melahirkan. Luna yang kehilangan popularitasnya dan juga pemberitaan buruk tentangnya sebagai model, semakin galau karena kehadiran Edward. Dia adalah Mantan kekasihnya yang ternyata adalah kakak tiri Ethan. Edward sudah menikah dengan Viona, tetapi itu dia lakukan untuk menyelamatkan perusahaannya. Siapa sangka, Edward bersikeras untuk mendapatkan Luna kembali meski dia memiliki Viona. "Jangan pernah berpikir aku akan kembali padamu, Edward. Karena saat ini juga aku sudah mencintai Ethan!" Edward tidak peduli akan tolakan Luna, dia terus berulah untuk merebut Luna yang sudah mencintai Ethan. Apakah cinta Ethan dan Luna akan mampu bertahan dari gangguan Edward? Kita lihat kelanjutan ceritanya .... Story by Me Art by pinterest

Nonik_Farellidzy · Urbain
Pas assez d’évaluations
420 Chs

Ikut suami ngantor

Luna menemani Ethan makan siang. Namun dia tidak ikut makan karena masih kenyang sejak tadi makan bersama Vira.

"Tumben Vira kesini, apa dia juga kesini dengan David?" Tanya Ethan sembari makan.

"Tidak, dia sendiri kesini setelah kamu berangkat kerja," jawab Luna sembari memperhatikan Ethan yang sedang makan.

Ethan mengangguk paham, dia melanjutkan aktifitas makannya sedangkan Luna duduk di sampingnya sembari memainkan ponsel milik Ethan. Luna membuka akun instagram suaminya itu, lalu ia membuat story dengan meng-upload fotonya yang sedang menemani suaminya makan siang.

"Followers-mu rata-rata perempuan," gumam Luna setelah mendapat banyak sticker jempol dari story-nya tadi.

"Oh... mereka temanku saat di Singapura dan juga teman di Indonesia," jawab Ethan.

Luna mengerucutkan bibirnya setelah mendengar jawaban Ethan, "kenapa banyak teman perempuan? Jangan-jangan salah satu dari mereka ada yang menyukaimu, Tan," ucap Luna yang menerka-nerka.

"Tentu saja tidak. Sebagian dari mereka sudah menikah, ada juga yang baru bertunangan," balas Ethan yang kini sudah selesai makan.

Ethan beranjak dari duduknya dan bermaksud kembali ke kantor, karena sudah menunjukkan pukul 13:00 WIB.

"Aku harus kembali ke kantor sekarang," ucap Ethan.

"Eh... apa aku boleh ikut?" Tanya Luna. Entah kenapa dia ingin ikut suaminya itu ke kantor.

"Sebenarnya boleh saja, tapi di sana tidak nyaman, sayang... nanti kamu lelah jika menungguku selesai bekerja," jawab Ethan sembari mengusap rambut Luna. Wanita hamil itu masih duduk di kursi.

"Tapi aku ingin ikut. Lagian aku ingin melihat perusahaanmu, selama ini kan aku belum pernah kesana," ucap Luna tampak bersikeras ingin ikut.

Ethan menghela napas, dia membenarkan apa alasan Luna ikut dengannya. Pria itu mengangguk setuju. "Yasudah, kamu siap-siap, aku tunggu di ruang tamu," ucapnya.

Luna tersenyum lega dan senang karena di izinkan untuk ikut ke kantor, dia segera beranjak dari duduknya dan bergegas ke kamar untuk bersiap-siap.

Di kamar, Luna mengganti dasternya dengan daster yang lebih elegant dan menjepit sebagian belakang rambutnya. Tak lupa, wanita hamil itu memoles wajahnya dengan make up tipis. Merasa sudah berpenampilan layak dan elegant, Luna segera menghampiri Ethan di ruang tamu.

"Sudah siap, ayok!" Luna dengan senyum sumringahnya.

Ethan terseyum bahagia dan terpesona akan kecantika Luna. Jarang sekali dia melihat istrinya itu menjepit rambutnya seperti itu, sangat terlihat anggun dan keibuan.

"Kok malah senyum-senyum," gerutu Luna yang memperhatikan Ethan yang malah tersenyum saat dia mengajaknya untuk berangkat ke kantor.

"You looks so georgeous," balas Ethan sembari merangkul Luna dan mengajaknya keluar rumah.

"Apa biasanya tidak?" Tanya Luna sembari berjalan bersama Ethan.

"Em... kali ini lebih, lebih terlihat keibuan," jawab Ethan sembari menyentil hidung Luna. wanita hamil itupun merona karena pujian dari suaminya.

Ethan segera mengajak Luna masuk ke mobil lalu mengemudikannya menuju kantor yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

♡♡

Di tempat lain, Viona memasuki ruang kerja Edward. Wanita itu bermaksud mengajak suaminya makan siang bersama, dia juga ingin mengutarakan niatnya untuk berbupan madu ke London. Ah, tentu itu untuk memuluskan rencananya untuk hamil. Dia sudah membuang semua pil penunda kehamilan miliknya.

"Sayang..." panggil Viona dengan mesra sembari menghampiri Edwars yang tengan duduk bersandar sofa yang ada di ruang kerja itu.

Edward mengerutkan keningnya atas apa yang dilihatnya. Tidak biasnya Viona bersikap manis begitu, apalagi di kantor. Biasanya wanita itu bersikap formal.

"Makan siang bareng yuk!" Ajak Viona yang kini duduk di samping Edward.

"Aku sedang malas keluar Vi. Kamu makan siang sendiri saja," balas Edward.

"Kalau begitu aku akan memesan makanan untuk makan di sini saja," ucap Viona. dia segera mengambil ponselnya dari dalam tas dan memesan makanan melalui media sosial.

"Mau makan apa?" Tanya Viona,

"Terserahmu saja," jawab Ethan.

Viona menghela napas, dia sebal karena Edward masih acuh dan tampak malas mengadapinya. Tapi bukan Viona namanya jika begitu saja sudah menyerah, dia akan tetap berusaha mengambil hati suaminya itu.

^^^

Ethan dan Luna sudah tiba di kantor. Seperti biasa, suaminya selalu menggandeng tangannya saat berjalan kemanapun, membuat para karyawan yang mengidolakan direktur tampan itu merasa iri pada Luna.

Para karyawan terus memperhatikan pasangan suami istri yang sangat serasi itu, ada yang saling berbisik, ada pula yang menyapa Luna. Baru kali ini wanita itu mengunjungi perusahaan suaminya. Dia tampak memperhatika karyawan-karyawan yang di dominasi oleh gadis-gadis cantik dan beberapa lelaki yang sepertinya sudah menikah.

"Selamat datang Bu.." ucap para kryawan dengan melempar senyum ramah pada Luna.

Luna membalas salam mereka dengan menganggun dan tersenyum pula, sedangkan Ethan tampak berbeda. Pria itu memasang wajah datar, tanpa senyum sedikitpun, membuat istrinya heran.

"Mereka menyapa tapi kamu acuhkan," gumam Luna.

"Jika aku senyum pada mereka, nanti kamu cemburu, aku tidak ingin melihatmu marah," sahut Ethan.

Luna tersenyum lalu menggigit bibir bawahnya, ternyata sikap dingin dadakan suaminya itu hanya supaya dia tidak cemburu. Benar-benar pengertian dan membuat Luna gemas, wanita hamil itu mencium pipi suaminya secara refleks. Padahal belum sampai ke ruang kerja, hingga para karyawan melihat ciuman dadakan itu.

"Luna." Ethan terkejut namun merona melirik istrinya yang mendadak menciumnya di hadapan para karyawan.

"Hehe... refleks," ucap Luna yang terkekeh melihat ekspresi Ethan yang sedikit terkejut.

Mereka sudah sampai di ruang kerja Ethan, Luna mendudukkan dirinya di sofa sedangkan suaminya langsung ke meja kerjanya dengan duduk di kursi direktur.

Luna rebahan di sofa sembari memainkan ponselnya, sesekali dia melirik Ethan yang fokus pada berkas-berkas yang ada di meja. Setiap kali ada karyawan masuk untuk melaporka pekerjaan, wanita itu selalu mengawasi. Tampaknya dia takut suaminya tergoda pada karyawannya yang cantik-cantik itu.

"Tan," Panggil Luna sembari menghampiri Ethan. dia merangkul suaminya yang sedang duduk itu dari belakang.

"Kenapa, sayang?" Tanya Ethan.

"Pulang yuk, aku lapar!" ajak Luna

Ethan melihat arlojinya yang baru menunjukkan pukul 15:00 WIB.

"Belum waktunya pulang, sayang," ucapnya.

"Tapi aku lapar, Tan." Luna tampak bersikeras ingin pulang. Perutnya benar-benar sudah minta di isi.

Ethan menghela napas dan melirik istrinya itu, dan berinisiatif memensankan makanan saja di restoran. "Aku pesankan makanan saja ya," ucapnya

"Aku maunya masakan mbak Ira seperti tadi yang kamu makan, kelihatannya enak," balas Luna.

Ethan menelan salivanya sembari melirik istrinya itu, dia mencoba untuk lebih sabar. Namun tetap saja, dia agak kesal.

"Tadi memaksa ikut, sekarang memaksa minta pulang, makan pun harus masakan mbak Ira, dia ngidam atau memang reseh sih?" Batin Ethan sembari mengerucutkan bibirnya.