webnovel

LOVE IN THE PAST LIFE

Auteur: Dione_Vee
Politique et sciences sociales
Actuel · 34.2K Affichage
  • 31 Shc
    Contenu
  • audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Surya Dewangga memiliki keluarga yang lengkap. Rumah tangganya sempurna seperti impian semua pasangan. Istri yang pengertian dan dua anak manis melengkapi kebahagiannya. Namun, dunianya tergoncang saat ia satu persatu bertemu dengan jiwa keluarga dari kehidupan sebelumnya. Mereka seperti bereinkarnasi bersama lagi. Sesuatu yang tak mudah untuk dipercayainya. Mulai dari anak-anaknya yang lain hingga sosok perempuan yang dulu menjadi istrinya. Dan nyatanya perasaan itu masih sama. Tak berubah! Sungguh membingungkan dan tak masuk logika. Tugas terberatnya adalah menyelesaikan urusan masa lalunya tanpa bertabrakan dengan alur hidupnya saat ini. Mampukah?

Étiquettes
3 étiquettes
Chapter 1Bukan Malam Biasa

"Iya, jimat. Kertas dengan tulisan aneh dibungkus kain putih," jelas Gita. Ia menggigit-gigit jemarinya sendiri untuk menghilangkan kebingungannya.

"Memangnya Lissa butuh itu?" tanya Ratna. Perempuan itu tak kalah bingung. Gestur tubuhnya mondar mandir tak bisa diam.

"Itulah, aku juga nggak paham apa maksudnya. Dia bilang Lissa diikuti penampakan yang bisa mengganggunya. Aku nggak percaya itu," pungkas Gita. Ia benar-benar masih tak habis pikir dengan persoalan baru yang di dihadapinya kali ini.

"Ehm, tapi kalau dia benar bagaimana?" tanya Ratna mulai bimbang. "Soalnya di kampungku, aku pernah ketemu kasus seperti itu. Ada orang-orang yang memang bisa melihat hal-hal gaib," ujar Ratna.

Gita termenung sebentar. "Aku nggak tau. Tapi memang tadi dia bilang, dia tahu kalau saat ini Lissa sedang sakit. Dia bilang penampakan yang mengganggu Lissa mulai mengganggu anak itu, bahkan bisa mengancam nyawanya."

"Hah? Lissa nyawanya terancam?" ulang Ratna kaget. Kedua bola matanya membelalak, terkejut sekaligus cemas bersamaan.

Gita mengangguk pelan. "Tapi tidak-tidak, aku tak percaya dia. Kita sudah menangani Lissa dengan cara yang benar. Sudah dirawat dokter dan sekarang berada di tempat yang aman bersama Pak Surya."

"Iya, betul juga. Semoga dia baik-baik saja di sana," balas Ratna. Meski begitu tetap saja kegusaran tak bisa disembunyikan dari roman mukanya. Tiba-tiba ...

TING

Sebuah pesan masuk di gawai Gita. Ia memeriksa dan membacanya. Wajahnya cepat berubah, terlihat panik. "Lissa ..."

"Ada apa lagi??" tanya Ratna cepat, ikut penasaran.

"Itu si Rachmat kirim pesan, kata dia orang itu tahu semua tentang Lissa. Dia datang untuk memperingatkan kita," jelas Gita. Perempuan itu mondar mandir di ruangan depan. Sesekali mengintip ke pos jaga. Rachmat dan orang asing itu masih terlihat mengobrol.

"Sudahlah, tak usah terlalu dipedulikan. Ini sudah lewat jam 11 malam. Ayo tidur saja," ajak Ratna tak mau semakin dalam terlibat dalam situasi kacau.

"Tapi bagaimana dengan Rudi? Orang aneh dari jauh itu?" galau Gita. Urusan rumah singgah memang menjadi tanggung jawab utamanya.

"Sudah biarkan itu jadi urusannya si Rachmat," tanggap Ratna. Berulangkali ia menutup mulutnya yang menguap. "Aku ngantuk sekali," ujarnya.

"Tidur saja dulu. Nanti aku menyusul," ujar Gita. Wanita itu kemudian sibuk dengan ponselnya.

"Ya, aku tidur dulu ya. Seminggu ini bolak-balik rumah singgah dan rumah sakit, baru terasa capeknya sekarang," ungkap Ratna.

"Makanya, tidur saja dulu. Sebentar lagi aku juga akan istirahat. Tubuhku seperti mau rontok rasanya. Aku kabari Rachmat dulu untuk memastikan orang itu pergi dan tak menerima jimat atau apapun dari orang itu," jelas Gita.

Ratna berlalu masuk ke kamar. Sebelum menutup pintu, ia melongokkan kepala dan mengingatkan Gita untuk mengunci pintu.

"Jangan lupa semua pintu dikunci sebelum tidur," ujarnya.

"Ya." Gita menjawab pendek.

Sesudah selesai berurusan dengan Rachmat, Gita mengunci pintu dan mengecek jendela. Ia ingin memastikan semuanya aman.

Semua anak rumah singgah itu sudah terlelap dalam tidurnya ketika Gita berkeliling melihat mereka satu-satu. Dengan sabar dan perhatian, ia membetulkan selimut atau menyelimuti mereka yang lupa memakainya.

Anak-anak yang berada di rumah itu rata-rata berasal dari jalanan atau dari keluarga yang tak mampu. Mereka terpaksa menjalani kehidupan yang keras karena keadaan.

Naluri Gita yang peka berinisiatif mengumpulkan mereka dan berusaha memberikan kehidupan yang layak. Ia memberikan pendidikan dan mengobati jiwa-jiwa mereka, berharap suatu hari mereka bisa hidup lebih layak dan tak berada di jalanan lagi.

Tiba di dipan Lissa, Gita berhenti. Tempat tidur itu kosong dan agak sedikit berantakan. Ia kemudian merapikan seprai dan menata bantalnya. Saat menumpuk bantal, Gita menemukan buku gambar kecil milik Lissa di bawahnya. Iseng ia membukanya.

Pada lembar-lembar awal Lissa menggambar bunga-bunga dan tumbuhan. Coretannya cukup rapi dan bagus untuk anak seusianya. Gita asyik membolak-balik lembaran buku itu hingga ia menemukan gambar-gambar aneh di lembar-lembar terakhir.

Lissa menggambar api, beraneka bentuk senjata, juga tubuh-tubuh manusia yang mati mengenaskan. Gita bergidik melihat semua itu.

Gambar di halaman terakhir makin membuat Gita shock. Lissa menggambar sosok dirinya yang dikelilingi oleh bayangan-bayangan hitam menakutkan!

Gita teringat pada Rudi yang mengatakan kalau Lissa diikuti oleh penampakan-penampakan yang menakutkan. Merekalah yang membuat anak itu sakit-sakitan dan memiliki penglihatan yang aneh-aneh. 'Apakah benar apa yang dikatakan oleh orang asing itu?'

Gita mengambil gawainya dan bertanya pada Rachmat apakah Pak Rudi masih di depan.

Penjaga itu menjawab bahwa orang itu baru saja pergi.

"Apa dia sudah jauh?" tanya Gita.

"Perginya belum lama, Mbak. Tapi ini saya lihat di jalan sudah tak kelihatan sosoknya," jawab Rachmat.

"Cepat banget jalannya," ujar Gita. Prasangka aneh kembali muncul di benaknya.

"Eee ... Iya, Mbak. Duh, jadi bagaimana ya? Memangnya ada apa tanya dia lagi? Rachmat balik bertanya.

Gita termenung sebentar. Rasanya tak enak juga menjelaskan kejadian-kejadian aneh malam-malam begini.

"Nggak apa-apa, Mat. Aku tanya saja. Ya sudah, lanjut jaga ya, sampai ketemu besok," ucap Gita.

Terdengar Rachmat menjawab "Ya, Mbak" dari ujung telepon.

Gita menyimpan buku gambar Lissa ke dalam tasnya. Ia berniat membawa dan menanyakan tentang maksud dari gambar-gambar itu saat bertemu dengan psikolog nanti. Atau mungkin akan menunjukkan gambar itu terlebih dahulu pada Surya.

Malam semakin larut, Agak terhuyung Gita melangkah ke kamarnya. Gabungan rasa lelah dan ngantuk yang bertumpuk.

***

Sementara itu di rumah besar Surya, lelaki itu belum juga tertidur. Ia masih menunggui Lissa di kamar anak, bergantian dengan Bella yang sudah pulang ke kamarnya sejak tadi.

Surya memperhatikan wajah Lissa dalam-dalam saat tidur. Rambut jeraminya kini terjalin rapi karena tadi disisir dan ditata dengan gaya princess oleh Bella. Hidung mancungnya tampak serasi dengan bibir mungilnya.

'Saat besar nanti pasti kau jadi gadis yang cantik sekali, Lissa. Hanya manusia yang tak punya hati yang tega membuangmu.' Batin Surya. Rasa sesak dan berat memenuhi ruang hatinya.

Semakin lekat Surya menatap wajah Lissa, lama-lama ia menemukan kesamaan dengan sosok bocah perempuan yang sering hadir dalam mimpinya. Ia terhenyak!

'Wajah mereka mirip sekali, hanya saja anak ini lebih lebih penakut dan pemuram. Sementara anak dalam mimpiku sangat ceria, seperti tak memiliki beban hidup.' Surya membuat kesimpulan sendiri.

Surya berada di kamar Lissa sampai lewat tengah malam, ia sendiri sebenarnya sudah merasa mengantuk tapi enggan meninggalkan anak itu.

Berulangkali ia menguap dan menyandarkan kepalanya di dinding. Ia tertidur sambil duduk menjaga Lissa.

Goncangan ringan di tangan membuat Surya membuka matanya. Dilihatnya Sarah sudah ada di depannya dan membangunkannya.

"Ayah, pindah tidur ke kamar sana, biar gantian Ibu yang jaga Lissa," ucap Sarah. Perempuan itu tampak baru saja mencuci muka. Wajahnya terlihat segar, siap bergantian berjaga.

"Eh, iya ... Iya, Bu. Sudah jam berapa sekarang?" tanya Surya geragapan. Ia mencari-cari ponselnya yang tadi sembarangan diletakkan di atas tempat tidur Lissa.

Sarah menengok jam dinding yang ada di kamar. "Jam 2 lewat. Sudah sana tidur, biar aku yang di sini," ujarnya. "Ayah masih bisa tidur beberapa jam sebelum besok ke kantor," imbuhnya.

Surya berdiri dan meregangkan badannya. "Oke, gantian berjaga. Kalau ada apa-apa bangunkan Ayah ya, Bu," pesan Surya.

Sarah menjawab pendek,"Ya, pastinya."

Sepeninggal Surya, Sarah ikut berbaring di samping Lissa. Tempar tidurnya cukup luas hingga bisa dipakai untuk tidur orang dewasa di sebelahnya.

Naluri keibuan Sarah terus bertambah pada Lissa seiring semakin seringnya mereka bersama.

Jauh di lubuk hati Sarah ia senang memiliki anak lagi. Seandainya suaminya menghendaki anak itu untuk diadopsi, ia pasti akan mendukungnya. Sarah tersenyum kecil.

Lissa tiba-tiba membalikkan badan dan memeluknya. "Mama ..." gumamnya.

Vous aimerez aussi

Is My Life Ordinary?

“LET’S BEGIN THE SURVIVAL GAME!” The announcement called out before Allen could get a handle on the circumstances. He was thrust into a game of survival. It was supposed to be a typical day for Allen, but if only that were possible. Unfortunately, fate had different plans for him. Allen was consistently prepared to leave for school. It was part of his routine that he never broke. But, much to his dismay, he didn’t know he wasn’t coming home that night. Upon his arrival, all the students were forced to stay at school. They were asked to complete simple tasks without notice. At first, they were asked to accomplish the duties just as menial as solving a riddle, but oblivious to the peril they were about to enter. Soon it turned out that Fifty students from various places were kidnapped and erased from records and placed on a deserted island. After realizing their situations, it was clear, the only way to survive was to complete the given tasks. Just like the working world of real life, everyone has to face the consequences of their actions. Just like that, they all have to face the consequences for every wrong decision and incompetent result. Will Allen be able to come out of this? Or will he be trapped in the game for eternity? ----- Hey there, since this is my first novel there might be slight mistakes. If you can ignore those mistakes then I really think you will enjoy the novel. I will constantly be trying to improve. Join the Discord Server for Character Design. Discord ID/ Link- Adrian_Garcia#7798 Discord Link- https://discord.gg/nTwCPPszM3 Instagram ID- ce._.two The cover isn't mine.

Adrain_Garcia · Politique et sciences sociales
4.8
178 Chs

Arranged marriage to the princess of the Red Scorpions

NOTE: cover art is a commission done by Ripcorez a fellow author on here and amazing artist. If you like his work, don't hesitate to reach out to him with a request for a commission of your own Samuel Foster would be turning 18 in two weeks. He grew up in a fairly normal low case family home with his parents and two younger siblings. The thing out of the ordinary was he knew for as long as he could remember he would be getting married at 18 to a girl he never had met before due to a promise his family had made. Lena Scarlet, Princess Scarlet was feared by many, respected and loved by everyone near her. Deadly as she was calm, her one annoyance in life was the arranged married he father decided upon before she was born. Being fiercely independent and trained to protect herself, she never felt the need for a relationship or marriage as she fully capable of taking care of all her needs. However, a promise was a promise and whether either of them liked it or not, their parents were at least going to force them to live together before calling the wedding off. Please give the book a chance. I'm not the greatest of synopsis writers, as I am sure some of you can tell and the book may be slow at first due to the setup and lead in. But I promise it will getting more interesting as it goes along. Scene excerpt from the story: "You didn't happen to think it was important to tell before now?! The princess was furious with the other woman. "I.." She paused for a second to swallow, "I never thought that it would come down to this. I promise though that they wouldn't do anything terrible." "They said the same thing to my father.. but they were wrong. I don't trust anyone's word." The princess replied standing up. The more her anger rose, the darker her eyes got. "You should just be fortunate that I am not my father. Do you know what he did when faced with a similar situation?" with no reply, she continued "He killed almost all of them. You could say it was a massacre. Me, I won't got that far, but if anything happens to him, I will personally kill the person who touches him." Books in this Series: Dear Dove (Prequel) Roses & Whips(on hold for editing)- Richard's book Discord server link: https://discord.gg/dMJaSAjtjK If server link doesn't work- please inform me. Link to patreon account where I will give brief Paypal link: https://paypal.me/DameButterfly?locale.x=en_US because every little bit helps author to write while in college. https://ko-fi.com/damebutterfly/goal?g=0

DameButterfly · Politique et sciences sociales
3.6
424 Chs

SOUTIEN