•••
Menyatakan perasaan padanya, tak semudah kau mengungkapkan pada dirimu sendiri... bahwa kau menyukai dirinya.
•••
I LIKE YOU
🍓🍓🍓
Di ruangan Jaehyun, terdapat Jeno dan Taeyong yang tengah bersiteru hebat. Sebab Jeno tak ingin menuruti perintah Taeyong --menyuruh Jeno untuk mencuri resep masakan warisan yang ada pada Jaehyun.
"Aku memang tidak menyukai Jaehyun! Tapi, aku tak sampai hati kalau harus mencuri seperti yang kau perintahkan!" seru Jeno yang tengah bergejolak melawan alter egonya.
Taeyong yang mengetahui masa lalu Jeno pun menggunakan kesempatan yang ada untuk memancing alter ego Jeno yang selama ini sudah terkubur.
"Kau rela kalau Aya lebih memilih Jaehyun? Apa kau tidak ingin melihat Aya hanya menatapmu?" hasut Taeyong.
Jeno merasakan perasaannya mulai bimbang. Setiap ucapan yang terlontar dari mulut Taeyong membuat Jeno ingin sekali melakukan sesuatu yang jahat pada Jaehyun.
Tapi, hati Jeno masih memikirkan bagaimana reaksi Aya kalau ia tak bisa mengendalikan kepribadian lain yang ada pada dirinya. Ya, Jeno menyadari dirinya yang lain itu.
"Aku tidak akan termakan oleh ucapanmu!" Jeno bergegas menghampiri pintu dan akan keluar dari ruangan tersebut.
Namun sangat disayangkan, saat itu juga pintu sudah terbuka dengan sedikit kasar. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Jaehyun.
"Apa yang kalian lakukan di ruanganku?!" sentak Jaehyun dengan napas memburu.
Jeno membelalakkan matanya, ia terkejut bukan main. Baru saja Jeno ingin menjelaskan semuanya, tapi Taeyong lebih dulu berbicara dan memutar balikkan fakta.
"Maaf chef, bukan maksudku lancang. Tapi aku sudah mencegah agar chef Jeno tidak menerobos masuk ke sini," ucap Taeyong dengan tipu muslihatnya.
Menyerngitkan dahi, Jaehyun menatap Taeyong dan Jeno bergantian. Lalu berakhir pada Jeno. "Apa benar chef? Kau mencari apa di ruanganku?"
"T-tidak chef! Bukan begitu cerita sebenar—"
Ucapan Jeno langsung dipotong oleh Taeyong. "Chef, kau tahu kan kalau chef Jeno itu kekasih gadis yang waktu itu? Tadi, dia bilang padaku bahwa dia tidak suka bila chef berdekatan dengannya."
Jeno terkejut dengan ucapan yang dilontarkan oleh Taeyong. Semua itu adalah kebalikannya. Kapan Jeno berbicara seperti itu pada Taeyong?
"Tidak chef! Semua yang diucapkan oleh chef Taeyong tidak benar! Justru dia yang menyuruhku untuk masuk ke ruangan ini dan mencuri sesuatu darimu. Aku tidak—"
Jaehyun melihat Taeyong yang menundukkan kepalanya pun, merasa iba. Ditambah ia mengingat apa yang diucapkan oleh sang Ayah tadi. Taeyong adalah saudaranya, jadi ia harus menjaga Taeyong.
"Sudahlah chef Jeno. Aku tahu kalau kau kekasih Aya. Tapi bukankah itu hanya sandiwara? Kau tidak benar - benar menjalin hubungan dengan Aya kan?" ucap Jaehyun sambil menatap Jeno meminta penjelasan.
Jaehyun benar - benar termakan ucapan dan ekspresi yang dibuat - buat oleh Taeyong. Juga, Jaehyun sudah buta karena rasa sukanya pada Aya. Jadi ia merasa cemburu saat Jeno membahas soal hubungannya dengan Aya.
"Terserah kau chef Jaehyun. Kau lebih mempercayai omongan chef Taeyong atau aku."
Merasa percuma saja bila Jeno menjelaskan semuanya, akhirnya laki - laki itu memutuskan untuk meninggalkan Taeyong dan Jaehyun dari ruangan tersebut.
Saat di ambang pintu, Jeno berpapasan dengan Johnny yang melihat ke arahnya --bingung.
"Bagaimana Jae? Ada apa sebenarnya?" tanya Johnny.
Tak menjawab pertanyaan Johnny, Jaehyun malah menghampiri Taeyong dan menepuk pundaknya pelan.
"Kau bisa kembali bekerja. Aku mempercayaimu chef Taeyong," ucap Jaehyun pada akhirnya.
Taeyong mengangguk pelan, lalu melangkahkan tungkainya keluar ruangan tersebut. Sebelum ia benar - benar pergi, senyum menyeringai menghiasi wajah tampannya.
Kau benar - benar bodoh, Jung Jaehyun! batin Taeyong.
"Jae!" seru Johnny setelah memastikan Taeyong pergi.
Jaehyun mengangkat satu tangannya dan berkata, "cukup John. Aku tidak ingin diganggu."
Menghela napas, Johnny mengangguk dan ikut meninggalkan ruangan tersebut. Jadi tinggal lah Jaehyun seorang diri.
Jaehyun duduk di kursi balik meja kerjanya. Satu tangannya ia gunakan untuk memijat kening. Ia benar - benar bingung dengan semua ini. Sebenarnya apa yang dicari oleh Jeno? Dan kenapa Taeyong bisa terlibat? Itulah yang memenuhi pikiran Jaehyun saat ini.
Tiba - tiba saja ponsel Jaehyun berdering.
[Ya, ada apa?]
[Bisa kita bertemu?]
[Untuk apa? Tidak bisa melalui telepon? Aku sedang malas untuk ke mana - mana]
[Tidak bisa. Ya sudah kita bertemu di restoranmu saja. Ini penting, tentang Aya.]
[Apa maksudmu, Mingyu?]
Ya, seseorang yang menelepon Jaehyun adalah Mingyu. Apa yang ingin dikatakan oleh laki - laki berkulit tan itu?
[Aku ingin membatalkan permintaanku waktu itu padamu, Jae. Aku tidak jadi menikah dengan Yuri.]
Jaehyun langsung bangkit dari duduknya dan merasakan perasaan semacam tak suka pada Mingyu. Apa - apaan maksud laki - laki itu?
[Apa maksudmu? Seenaknya memutuskan tali yang sudah kau berikan padaku. Sejak awal, kau memintaku untuk mendekati Aya. Sekarang saat aku sudah menaruh hati padanya, kau kembali?]
[Aku akan ke La Bosseade dalam tiga puluh menit. Mari bicarakan tentang ini.]
Bukannya menjawab ucapan Jaehyun, justru Mingyu malah mengakhiri panggilan teleponnya secara sepihak.
"Apa maksud semua ini!" seru Jaehyun tak terima.
Jaehyun tidak akan mundur begitu saja, hanya karena Mingyu sudah lepas dari jeratan Yuri --perjodohan bisnis. Jangan berpikir akan mudah bagi Mingyu untuk kembali merebut hati Aya.
Dengan segera, Jaehyun menyambar kunci mobil dan bergegas menuju rumah Aya. Kali ini ia harus menyatakan perasaannya. Tidak ada waktu lagi, jangan sampai Jaehyun kalah start oleh Mingyu.
🍓🍓🍓
"Mark, terima kasih banyak atas teraktirannya. Maaf aku tidak bisa menemanimu lebih lama."
Aya dan Mark baru saja tiba di kediaman Aya beberapa menit lalu. Saat ini, Mark sedang mengantar Aya sampai depan pintu rumah.
Mark mengangguk. "Tidak masalah Ay. Bisa dilain kesempatan. Aku akan menunggu sampai waktu itu tiba," sahutnya.
"Ah, titipkan salamku untuk Chanyeol hyung ya. Tolong sampaikan padanya, kalau aku sudah selesai menjalankan misi," lanjut Mark.
"Hah? Misi?... Maksudnya?"
"Kau tidak perlu tahu, ini urusan antar lelaki," jawab Mark sambil terkekeh.
"Jeno?"
Mark menyerngitkan dahi. Jeno? Di mana?
Aya mengalihkan pandangannya ke belakang Mark. Ternyata di sana sudah ada Jeno yang tengah mendundukkan kepala sambil melangkah menghampiri Aya.
Mau tak mau Mark pun menoleh ke belakang. "Jeno? Hey bro!" sapanya seperti biasa.
Tapi, tak ada sahutan dari Jeno. Sebab laki - laki itu tengah berkecamuk dengan pikirannya sendiri. Jeno masih tak habis pikir bagaimana bisa Taeyong memutar - balikkan fakta tadi saat di ruangan Jaehyun.
"Doneus!" seru Aya seperti berteriak.
Membuyarkan lamunan Jeno. "Eung?...
... ah, Mark. Ada kau ternyata," ucapnya.
"Ya, aku baru saja ingin pulang. Apa yang terjadi padamu, bro?" tanya Mark penasaran.
Jeno menggelengkan kepalanya pelan. Lalu ia menatap Aya dengan tatapan yang hanya dapat gadis itu pahami. Aya tahu, kalau Jeno ingin bicara padanya.
"Mark, maaf bukan maksudku untuk mengusirmu. Tapi sepertinya ada yang harus kami bicarakan," ucap Aya sedikit hati - hati.
Mark yang mengerti, kalau Aya dan Jeno ingin membicarakan sesuatu hanya mereka berdua yang tahu. Jadi, Mark mengangguk dan berpamitan.
"Baiklah, aku pergi kalau begitu... Jeno, aku percaya padamu," ucap Mark yang seperti random.
Namun bagi Jeno, Mark seperti mengerti apa yang sedang dialami dirinya. Ucapan Mark membuat Jeno merasa bahwa Mark memang mempercayai dirinya. Tidak seperti Jaehyun.
Selepas kepergian Mark, Aya menepuk pelan pundak Jeno dan berkata, "kau baik - baik saja?"
Jeno menggeleng lemah. "Aku, keluar dari La Bosseade."
"Mwo?!"
Aya terkejut, sebab ini berita yang benar - benar tak dapat dipercaya. Bagaimana tidak? Aya tahu kalau Jeno sangat cinta dengan pekerjaannya di restoran tersebut.
"Bagaimana bisa, Je? Apa yang terjadi?"
"Ah, lebih baik kau masuk dulu dan ceritakan semuanya padaku."
Di sinilah Jeno dan Aya berada. Di ruang keluarga, hanya berdua... untuk pertama kalinya Jeno menceritakan semua masalah yang tengah ia hadapi.
Mulai dari dirinya yang pernah memiliki alter ego (kepribadian lain), sampai kejadian yang baru saja terjadi di La Bosseade.
Aya yang daritadi setia mendengarkan Jeno, hanya membisu dan sesekali terkejut karena baru mengetahui semuanya sekarang.
"Aku percaya padamu, Je. Mana mungkin kau mencuri!" seru Aya yang tak terima sahabatnya itu dituduh oleh Jaehyun.
"Haruskah aku menghampiri Jaehyun dan memarahinya?... Berani - beraninya dia menyalahkan my doneus!"
Terlihat senyum simpul dari Jeno mendengar ocehan Aya. Setidaknya, Jeno bersyukur karena memiliki seseorang yang benar - benar mengenal dirinya.
"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah marah - marah padanya?" tanya Jeno.
Aya terdiam, lalu berdiri. "Aku akan mengatakan pada Jaehyun, bahwa dia berurusan dengan orang yang salah!"
"Astaga Aya..." Jeno terkekeh.
Membuat Aya yang menyadarinya itu tersenyum senang. Ia ikut sedih bila sahabatnya itu bersedih.
"Kau tenang saja Je. Kau bisa membuka restoran sendiri dengan kemampuan yang kau miliki. Hidupmu tidak bergantung pada La Bosseade kan? Jadi untuk apa kau bersedih."
"Tenang saja, aku siap menjadi seseorang yang akan menyicipi setiap masakan yang kau masak..." lanjut Aya.
Jeno kini tertawa renyah. "Beruntung sekali dirimu, firefly! Masakanku akan habis olehmu sebelum terjual," sahutnya.
Tiba - tiba saja suara bel pintu terdengar. Dengan segera Aya melangkahkan tungkainya menuju ruang tamu. "Tunggu sebentar, Je."
Setibanya di depan pintu, Aya terkejut karena ada Jaehyun. Menyerengitkan dahi, Aya menatap Jaehyun tak suka.
"Mau apa ke sini?" tanya Aya ketus.
Jaehyun menarik napas, lalu mengembuskannya. "Aku... ingin mengatakan sesuatu padamu."
Menautkan kedua alis mata, Aya berkata, "ya sudah, katakan saja. Aku sibuk!"
Mendengar jawaban Aya yang terkesan sangat ketus itu pun membuat Jaehyun khawatir tentang apa yang akan ia utarakan.
"Aku... menyukai dirimu, Aya Park."
Hah? Apa aku tak salah dengar?
"Aya, siapa yang datang?"
Tiba - tiba saja Jeno datang dari arah belakang Aya. Membuat Jaehyun terkejut, begitu juga Jeno sendiri.
🍓🍓🍓