webnovel

Love Chef | Jung Jaehyun

•-----• Bagaimana jadinya kalau seorang koki terkenal, masakannya dikritik habis - habisan oleh seorang gadis, yang tidak pernah memasak sama sekali. Bahkan ia tidak bisa merasakan rasa asin - Hypogeusia. Namun, dibalik kritikan, gadis itu mengakui kalau masakan chef andalan restoran tersebut mampu membuat suasana hatinya membaik. Penasaran? Yuk, ikutin cerita mereka di 'Love Chef' ^^ *** Standart Languange Setting in Seoul Genre : Fanfiction (Slice of Life), Romance, Cooking Rate : 17+ Cast : - Jung Jaehyun - Aya Park (OC) - Mark Lee - Lee Jeno - Kim Mingyu - Lee Taeyong - Seo Johnny *** Cover by @zeustoshted ©Aya, 2k19

ayspcy · Autres
Pas assez d’évaluations
27 Chs

Mille - Feuille ?

•••

Melihatnya tersenyum, seakan waktu berhenti saat itu juga. Karena fokusku hanya tertuju padanya.

🍓🍓🍓

COOKING TOGETHER ❤

🍓🍓🍓

Berantakan. Satu kata yang mendefinisikan keadaan di dapur rumah Aya saat ini. Bagaimana tidak? Pasalnya, gadis itu menumpahkan terigu yang ada di tangannya. Akibat pijakan yang tak tepat.

"Kau baik - baik saja?" tanya Jaehyun yang sedang menahan tubuh Aya dari belakang.

Aya Park; gadis yang masih belum menyadari keadaan itu malah diam saja tanpa bergerak sedikit pun. Membuat Jaehyun mau tak mau membantunya untuk berdiri dengan benar.

Sekali lagi Jaehyun bertanya. "Aya, kau baik - baik saja?"

Seperti ada yang membangunkannya dari tidur, Aya langsung merespon dengan gerakan tubuh yang menjauh dari rengkuhan Jaehyun. "A-ah, aku tidak apa - apa Jae. Maaf atas tindakanku," sahutnya terbata - bata.

Jaehyun menunjukkan senyum cerahnya dan mengangguk satu kali. "Lain kali jalannya hati - hati. Jangan berlarian di dapur," ucapnya menasehati Aya.

Bukannya menanggapi ucapan Jaehyun, gadis itu malah berlari dan mengabaikan rasa khawatir Jaehyun kalau Aya bisa saja terjatuh lagi.

Ternyata Aya menghindari laki - laki itu, karena degup jantungnya yang berdebar sangat kuat seakan ingin lepas dari tempatnya.

Di balik dinding antara dapur dan ruang keluarga, Aya bersembunyi di sana. Satu tangan yang ada di dada kirinya, menunjukkan bahwa gadis itu teramat gugup. "Astaga, ada apa dengan jantungku? Aku belum mau mati muda," ocehnya tak jelas.

"Mati muda?" tanya seseorang yang membuat Aya terlonjak kaget.

Astaga ternyata Jaehyun ada di sampingnya. Sejak kapan? Dan hal tersebut semakin membuat Aya menjadi salah tingkah. Menyengir lebar adalah salah satu sikap andalan Aya kalau sedang gugup.

Membuat Jaehyun mengernyitkan dahi. "Kenapa malah tersenyum? Siapa yang mati muda?"

"Aku! Ah, bukan itu maksudku..."

"Lalu?"

Aya menggigit bibir bawahnya dan memainkan ujung kakinya. Ia mencuri - curi pandang dengan Jaehyun yang sedang menatapnya dengan ekspresi penasaran --menunggu jawaban.

"Sudah Jae, ayo kita lanjutkan membuat kuenya," ucap Aya mengalihkan pembicaraan.

Menepis rasa peranasaran yang biasa saja, Jaehyun menggedikkan bahunya santai dan mengangguk menyetujui ucapan Aya.

Gadis itu berjalan lebih dulu menuju dapur, diikuti oleh Jaehyun di belakangnya. Sesekali Aya mengembuskan napasnya pelan untuk menghilangkan kegugupan yang ada.

"Jae, haruskah kita beli lagi terigunya? Sebagian sudah tumpah karena ulahku," ucap Aya, merasa tak enak.

Jaehyun menggeleng pelan. "Tidak perlu, sisa itu cukup untuk membuat kue. Hm ya sudah kalau begitu biar aku saja yang mengolahnya. Kau cukup menjadi asistenku. Bagaimana?"

"Call! Aku juga tidak ingin merusak semuanya." Aya tersenyum tulus ke arah Jaehyun.

Alhasil, Jaehyun mengambil alih tugas Aya yang membuat adonan kuenya. Kini laki - laki berkulit putih itu memakai apron yang diberikan oleh Aya.

Apron cantik milik Aya, dikebaskan ke depan oleh Jaehyun dan diputar untuk ia letakkan di pinggangnya. Caranya memakai apron itu membuat Aya terkesima. Bagaimana tidak? Adegan sederhana itu saja, Jaehyun terlihat sangat tampan.

Bukan hanya itu, tangan kekar Jaehyun mulai bergerak untuk memilah bahan - bahan apa saja yang akan dimasukkan ke dalam mangkuk besar untuk dicampur aduk menggunakan mixer. Terlihat begitu indah, seperti tokoh pangeran dalam dunia dongeng yang akan membuat kue untuk tuan putri.

Pahatan wajah mendekati sempurna dan dagu yang tegas, juga dahi yang sedikit berkerut, menunjukkan bahwa Jaehyun tengah serius. Satu hal lain yang Aya dapatkan hari ini. Jaehyun akan sangat berbeda saat sedang memasak.

"Bagaimana jadinya jantungku kalau melihat dia memasak setiap hari?" batin Aya yang masih terkesima oleh Jaehyun.

Menyadari dirinya hanya diam, Aya menggeleng cepat untuk menepis pikiran - pikiran halunya itu. "Jae, ada yang bisa kubantu?"

Jaehyun menoleh dan menyadari kalau ia tak sendirian di sana. Maklum saja, saat memasak dunia seakan hanya miliknya jadi ia tak menghiraukan sekitarnya. "Ah, kau bisa menuangkan terigunya sedikit - demi sedikit."

"Baiklah. Aku tuang ke dalam adonan itu 'kan?" tanya Aya, takut salah lagi.

"Iya, tapi pelan - pelan saja. Jangan sampai nantinya jadi bantet."

Aya mengangguk mantap. Ia mulai memasukkan terigu sesuai instruksi dari Jaehyun. Di sela kegiatannya, ia mulai penasaran. "Jae, kue apa yang sedang kau buat ini?"

"Ini? Awalnya kau ingin cookies 'kan? Tapi akan kuganti karena bahan yang ada hanya bisa untuk membuat chocolate hazelnut millefeuille." Jaehyun tersenyum dan melanjutkan kegiatannya --mencampur semua bahan.

Mille - feuille adalah yang berarti 'Kue Seribu Daun' dalam bahasa perancis.

Mille Feuille biasanya mengandung tiga atau lebih layer puff pastry, dengan whipped cream atau selai di tengah tengah setiap layer, dan atasnya biasanya ada sugar icing dengan chocolate stripes.

Aya mengernyitkan dahinya. "Apa tadi katamu Jae? Chocolate? Kau akan membuat kue cokelat? Jinjja?" Terlihat binar mata di mata gadis itu.

Jaehyun mengangguk sambil tersenyum. "Aku tahu kau suka cokelat. Bagaimana?"

"Kau benar! Aku sangat suka dengan cokelat. Tapi, aku tidak suka hazelnut.. bisakah tidak memasukkan yang satu itu?" sahut Aya sambil memasang wajah memohonnya.

Ingin rasanya Jaehyun berteriak dan mencubit pipi gadis itu. Bagaimana bisa Aya sangat menggemaskan dengan ekspresi seperti itu? Menurut Jaehyun. "Baiklah, tapi ada syaratnya."

Oh ayolah Jaehyun. Jangan bermain - main dengan Aya. Atau kau akan jatuh dalam pesona sebenarnya. Memang, Jaehyun sangat bersemangat untuk mendekati Aya setelah ia tahu kalau gadis itu tak benar - benar menjalin hubungan dengan Jeno.

"Apa? Kenapa harus ada syarat?" tanya Aya.

Jaehyun telah menyelesaikan adonan kuenya. Sebelum di potong tipis puff pastry, Jaehyun membentuk adonannya menjadi empat lipatan. Dibantu oleh Aya yang menyiapkan bahan lainnya. Mereka berdua bekerja sama sambil mengobrol.

"Harus. Syaratnya sangat mudah. Kau hanya perlu meluangkan waktumu untuk makan siang denganku besok, bagaimana?" pinta Jaehyun.

Makan siang? Astaga Aya lupa! Kalau ia punya janji dengan Mark untuk makan siang di La Bosseade hari ini. Bagaimana bisa ia lupa? Bahkan ini sudah sore, pasti Mark sudah menunggunya.

Jaehyun yang tak mendapat jawaban dari Aya, langsung melirik gadis itu. Ia mendapati Aya yang tengah melamun. "Aya? Ada apa?"

Terkesiap, Aya menggelengkan kepalanya pelan. "Jae, tunggu sebentar ya. Aku akan kembali secepatnya." Tanpa menunggu jawaban Jaehyun, Aya langsung melesat menuju kamarnya untuk mengambil ponsel.

Meninggalkan Jaehyun yang menatapnya penuh kebingungan. Bahkan ia sempat berpikir, apa Aya tak ingin makan siang dengannya? Entahlah...

Menepis pikiran itu, Jaehyun melanjutkan membuat kuenya. Ia tak masalah kalau harus mengerjakannya sendirian.

Sedangkan di kamar Aya, gadis itu tengah mondar - mandir sambil menggigit ujung jarinya. Dan satu tangan lainnya ia gunakan untuk memegang ponsel yang ditempelkan di telinga.

"Astaga Mark, kenapa tidak diangkat?" gumamnya pelan. Pasalnya Aya mendapati puluhan panggilan tak terjawab dari Mark. Sudah pasti laki - laki itu sedang menunggunya.

Di sisi lain, lebih tepatnya di La Bosseade. Laki - laki dengan paras yang tampan, mengenakan kemeja lengan pendek warna hitam dan rambut yang ia tata dengan style back hair, tengah duduk di kursi --meja nomor 127.

Ya, ia adalah Mark Lee. Yang sudah menunggu seseorang selama kurang lebih satu jam.

Sesekali Mark melirik arloji yang ada di pergelangan tangannya. "Sudah sore. Haruskah aku pulang saja? Mungkin dia lupa."

Mark meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja. Untuk kesekian kalinya ia mencoba untuk menghubungi seseorang itu. Namun hasilnya tetap sama, tak ada jawaban.

Mendesah pasrah, Mark kembali meneguk ice coffee yang ia pesan. Meyakinkan hati, kalau Aya memang lupa atau ada urusan lain, Mark mulai beranjak dari tempatnya.

Baru saja Mark ingin melangkahkan kakinya, tak sengaja ia hampir menubruk seseorang yang ternyata adalah sepupunya. Siapa lagi kalau bukan Jeno Lee.

"Astaga Mark! Kau di sini? Sejak kapan?" tanya Jeno yang masih mengenakan pakaian koki.

Mark yang awalnya terkejut, mulai menetralkan ekspresi wajahnya. "Belum lama," jawab Mark berbohong.

"Duduklah, kau ingin pesan apa? Biar kusiapkan spesial untukmu," ucap Jeno menyambut sepupunya itu.

"Tidak perlu Je, aku sudah ingin pulang. Ada janji dengan seseorang. Aku hanya penasaran restoran tempatmu bekerja. Dan ternyata makanan di sini sangat enak, pelayanannya juga nomor satu," sahut Mark.

Jeno terkekeh dan tersenyum bangga. "Lain kali, hubungi aku kalau kau ingin ke sini. Akan kumasakkan masakan enak untukmu."

"Baiklah Je, kalau begitu aku permisi. Sampai jumpa bro!" sahut Mark dan meninggalkan Jeno di tempatnya.

Jeno mengernyitkan dahinya. "Sikapnya aneh. Seperti orang yang sedang patah hati."

🍓🍓🍓

Di sinilah Mark sekarang --di rumah Aya Park. Laki - laki itu penasaran kenapa gadis itu tak memenuhi janjinya untuk makan siang bersama.

Di luar rumah, Mark melihat mobil yang biasa Jaehyun pakai ada di parkiran mobil. "Apakah karena dia, Aya tidak bisa menemuiku?" gumamnya.

Tak ingin menerka - nerka, Mark memberanikan diri untuk memencet bel rumah tersebut.

Di kamar Aya, gadis itu mendengar suara bel berbunyi. Masih dengan rasa penasaran kenapa Mark tak menjawab panggilannya di telepon, ia menuruni tangga untuk melihat siapa yang datang.

Berpapasan dengan Jaehyun di dekat pintu. Aya mundur selangkah, agar Jaehyun saja yang membuka pintu. Pasalnya, Jaehyun sudah diamanatkan oleh Chanyeol untuk menjaga Aya.

Tepat saat pintu terbuka, kedua laki - laki itu terlonjak kaget. Mark yang melongo sambil menunjuk Jaehyun dan Jaehyun yang hanya megernyitkan dahi.

"Mark?" ujar Jaehyun.

Membuat Aya yang ada di sana langsung menerobos dan menyingkirkan Jaehyun dari ambang pintu. "Permisi Jae, aku ingin lewat!"

Jaehyun mundur dan memberikan ruang untuk Aya menghadap ke arah Mark.

"Mark! Astaga Mark!" pekik Aya setelah mendapati Mark di hadapannya.

Mark yang melihat ekspresi Aya seperti itu, langsung tersenyum.

"Mark, maafkan aku. Sungguh aku lupa ada janji denganmu!" lanjut Aya, merasa tak enak karena sudah ingkar janji pada Mark.

Laki - laki bermarga Lee itu hanya mengangguk dan tersenyum. "Akan aku maafkan, kalau aku diizinkan masuk."

Astaga, Aya sampai lupa mempersilakan Mark sebagai tamu untuk masuk ke dalam rumah. Namun, tak semudah itu karena tiba - tiba saja Jaehyun menghadang tepat di depan Aya.

"Tidak boleh. Chanyeol hyung menitipkanmu padaku. Jangan sampai ada orang asing masuk ke dalam rumah," ujar Jaehyun.

Mark mengernyitkan dahi. "Bukankah kau juga orang asing? Bagaimana bisa kau ada di sini Jaehyun?" sahutnya sambil terkekeh.

Aya hanya mengangguk mantap menyetujui ucapan Mark.

"Aku... aku sudah mengenal Aya sangat lama. Lagi pula kakaknya mempercayaiku untuk menjaganya," jawab Jaehyun tak mau kalah.

"Ya sudah kalau begitu, kita keluar saja Ay.. bagaimana?" ajak Mark yang membuat Jaehyun semakin panik.

Jaehyun hanya tak ingin waktu untuk berduaan dengan Aya diganggu oleh Mark. Padahal Mark hanya ingin tahu sesuatu dari Jaehyun dan juga Aya.

"Baiklah, baiklah... kau boleh masuk Mark. Tapi jangan macam - macam dengannya!" ancam Jaehyun, yang terlihat lucu bagi Mark.

Mark hanya berpikir, sikap Jaehyun sekaan - akan bahwa dirinya adalah yang berhak atas Aya. Kekasih saja bukan. Membuat Mark tak bisa menahan diri untuk tersenyum lalu terkekeh.

Aya mengernyit. "Ada apa Mark? Ayo masuk. Aku dan Jae sedang membuat kue ala perancis. Apa Jae namanya?"

"Chocolate millefeuille," jawab Jaehyun.

Akhirnya Mark masuk ke dalam rumah Aya. Membuat Jaehyun kesal karena kesempatan untuk mendekati Aya menjadi susah dengan adanya Mark.

"Jadi, bagaimana Jaehyun bisa ada di rumahmu Ay?" tanya Mark setelah duduk di sofa yang ada di ruang tamu.

"Ceritanya panjang Mark. Intinya Jaehyun adalah tetangga kami dulu. Dan oppaku mengenalnya, aku juga 'sih... jadilah dia ada di sini sekarang," jawab Aya.

Jaehyun memerhatikan keduanya sambil bersidekap dada. "Aya, ayo lanjutkan buat kuenya. Dan kau, Mark.. tunggu saja di sini!" titahnya.

"Ah, iya Jae. Mark, tidak apa ya aku tinggal sebentar. Akan aku ambilkan minum nanti, oke?" ucap Aya.

Jaehyun dan Aya pun kembali ke dapur dan meninggalkan Mark sendirian di ruang tamu. Melihat Jaehyun dan Aya membuat Mark tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan.

Di dapur, Jaehyun menyelesaikan tahapan akhirnya. Kue sudah siap untuk di hidangkan. "Ay, kau sudah ada janji dengan Mark sebelumnya?"

"Ya, dan karenamu aku jadi lupa. Tapi tidak masalah, toh Mark tidak marah."

"Hm.. maaf kalau begitu Ay. Ah, lalu bagaimana dengan ajakanku tadi?" tanya Jaehyun.

Aya menoleh ke arah Jaehyun. "Ajakan apa?"

"Sudah, lupakan saja. Besok aku akan mencoba menu baru. Datanglah ke La Bosseade, aku akan menyiapkannya untukmu," sahut Jaehyun.

"Call! Aku akan datang. Pastikan masakanmu enak ya Jae!" Aya tersenyum senang.

"Astaga Jaehyun! Sampai kapan kau akan seperti ini. Selalu ragu untuk memulai. Apa susahnya bilang padanya, mau tidak makan siang bersama! Ah, sungguh payah!" batin Jaehyun yang merutuki kelemahannya terhadap wanita.

🍓🍓🍓

The other side -- La Bosseade.

"Chef, hari ini izinkan aku membantumu," ucap Taeyong pada Jeno.

Pria itu mengernyitkan dahi. "Itu 'kan memang tugasmu chef. Sedaritadi juga kau sudah membantuku di dapur 'kan?" sahutnya.

"Bukan itu maksudku. Jadi begini, aku akan membantumu membuat masakan yang akan disukai wanita. Aku belajar banyak dari chef Jaehyun," jelas Taeyong.

"Bagaimana maksudmu chef Taeyong? Aku tidak mengerti." Jeno mencoba berpikir keras tapi tetap saja tak menemukan maksud atas ucapan Taeyong itu.

Taeyong mendesah pasrah. Ia sudah cukup memainkan peran sebagai seseorang yang mengagumi Jaehyun. Padahal dibalik itu, ia punya rencana yang akan merugikan Jaehyun.

Ada apa sebenarnya? Masalah apa yang dimiliki Taeyong dengan Jaehyun? Lalu kenapa Taeyong menyeret Jeno ke dalam masalah ini?

"Ya sudah tidak jadi chef. Kau susah untuk diajak bekerja sama! Kupastikan kau akan kecewa karena dia!" sahut Taeyong lalu beranjak dari tempatnya dan meninggalkan Jeno yang penuh tanda tanya besar.

Tanpa mereka berdua sadari, dari balik pintu menuju dapur sudah ada Johnny yang tengah menguping. "Jangan bilang kalian berdua akan mengkhianati Jaehyun ke depannya! Tidak akan kubiarkan!" batinnya.

🍓🍓🍓