webnovel

Love Chef | Jung Jaehyun

•-----• Bagaimana jadinya kalau seorang koki terkenal, masakannya dikritik habis - habisan oleh seorang gadis, yang tidak pernah memasak sama sekali. Bahkan ia tidak bisa merasakan rasa asin - Hypogeusia. Namun, dibalik kritikan, gadis itu mengakui kalau masakan chef andalan restoran tersebut mampu membuat suasana hatinya membaik. Penasaran? Yuk, ikutin cerita mereka di 'Love Chef' ^^ *** Standart Languange Setting in Seoul Genre : Fanfiction (Slice of Life), Romance, Cooking Rate : 17+ Cast : - Jung Jaehyun - Aya Park (OC) - Mark Lee - Lee Jeno - Kim Mingyu - Lee Taeyong - Seo Johnny *** Cover by @zeustoshted ©Aya, 2k19

ayspcy · Others
Not enough ratings
27 Chs

Pure Heart ❤

CHOCOLATE ❤

🍓🍓🍓

"Manager Seo, kau sedang apa?" tanya Jeno setelah mendapati Johnny tengah terdiam di balik dinding.

Johnny terkesiap dan buru - buru mengubah ekspresi terkejutnya. "Ah, aku ingin ke dapur. Ada beberapa bahan yang harus aku cek. Kau belum pulang chef?" sahutnya.

Menepis kecurigaan, Jeno menggeleng pelan. "Belum, ada yang harus kuselesaikan. Bolehkah aku meminjam dapur? Aku ingin memasakkan sesuatu untuk kekasihku."

"Kekasih? Wah chef Jeno sudah memiliki kekasih? Siapa kalau boleh kutahu?" sahut Johnny, penasaran.

Jeno tersenyum senang. "Gadis yang datang bersamaku waktu itu."

"Jinjja? Gadis yang menampar Mingyu? Ah, ternyata dia kekasihmu?" Johnny mengangguk paham.

Mendengar nama Mingyu, membuat Jeno tak suka. Bagaimana pun laki - laki itu sudah membuat sahabatnya --Aya menangis dan tersakiti hatinya.

Johnny, yang melihat perubahan ekspresi Jeno saat menyebutkan nama Mingyu menjadi tak enak hati. Tak seharusnya ia mengungkit kejadian yang memalukan itu. Jadi, ia berinisiatif untuk mengalihkan pembicaraan.

"Ah, chef. Kau boleh menggunakan dapur dan bahan - bahan yang ada. Akan kusampaikan ini pada chef Jaehyun dan tuan Jung nanti. Seperti biasa, akan ada potongan bulan ini. Benar?" ucap Johnny yang bersikap biasa saja.

Sebenarnya, manager La Bosseade itu sangat penasaran dengan percakapan Jeno dan Taeyong barusan. Ingin rasanya ia bertanya dan memastikan satu hal tapi ia urungkan karena hanya akan membuat kesalahpahaman.

Lebih baik Johnny menyeledikinya diam - diam. Itu menurutnya. Daripada ia salah tanggap dan membuat mereka bedua --Jeno atau pun Taeyong tersinggung.

Jeno mengangguk. "Baik manager Seo. Terima kasih sudah mengizinkan aku menggunakan bahan - bahan dan dapur restoran. Berhubung shiftku sudah selesai, aku akan segara pulang setelah ini."

"Baik chef. Aku permisi kalau begitu." Johnny melangkahkan tungkainya menuju ruangannya dan meninggalkan Jeno di tempatnya.

Selepas kepergian Johnny, terlihat Jeno menyunggingkan senyumnya. Ia melirik ke arah pintu yang terhubung dengan pantry. Ternyata di sana ada Taeyong yang ikut tersenyum ke arahnya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah pemikiran Johnny ada benarnya? Kalau Jeno dan Taeyong akan mengkhianati Jaehyun? Bukankah Jeno menolaknya tadi?

Entahlah...

Sedangkan di sisi lain --lebih tepatnya di rumah Aya Park. Terlihat di ruang tamu, Jaehyun dan Mark tengah duduk berseberangan di sofa masing - masing yang mereka duduki.

Suasana canggung menyelimuti dua orang tersebut. Padahal biasanya Jaehyun sangat welcome terhadap Mark. Tapi, berbeda kali ini. Bahkan Jaehyun memberikan tatapan menelisik.

Namun, Mark tetap bersikap biasa saja. Seakan - akan ia tahu bagaimana sikap Jaehyun kalau ia mendekati Aya. Hm... permainan apa sebenarnya yang sedang dimainkan oleh Mark?

"Jae, Mark. Kenapa tidak dimakan kuenya?" tegur Aya yang baru saja selesai membersihkan diri.

Gadis manis itu sudah berganti pakaian dengan nyaman. Hoodie warna krem untuk atasan dan celana panjang yang sedikit longgar. Benar - benar nyaman untuk pemakai dan juga yang melihatnya.

Jaehyun refleks langsung bergerak mengambil piring kecil yang sudah terdapat chocolate mille - feuille di atasnya. "Ini, kau coba lebih dulu Ay."

Aya duduk di sebelah Jaehyun. "Aku sudah mencicipinya tadi di dapur Jae. Untukmu saja," sahutnya.

Melihat itu, membuat Mark mau tak mau tersenyum mengejek ke arah Jaehyun. Itu sama saja dengan penolakan bukan? Jaehyun pun hanya bisa mendengus sebal ke arah Mark.

Oke, sekarang giliran Mark yang mengambil hati Aya. "Ay, kau tahu kalau aku punya potret restoran tempatmu biasa makan. Kau mau lihat?" ucapnya.

Aya, yang memang sangat tertarik dengan dunia photography itu langsung menghampiri Mark dengan antusias.

Lagi - lagi Jaehyun dibuat kesal oleh Mark. Benar 'kan? Adanya Mark, membuat Jaehyun lebih sulit untuk mendekati Aya. Saat ini Jaehyun hanya berharap kalau Chanyeol akan cepat pulang agar ada yang bisa membantunya.

"Maksudmu La Bosseade? Mana coba kulihat!" sahut Aya antusias. Bahkan ia beranjak dari tempatnya dan berpindah duduk di samping Mark.

Mark menunjukan hasil foto - fotonya pada Aya. Mereka berdua terlihat begitu dekat, bahkan sepertinya Aya nyaman saat mengobrol dengan Mark. Dan itu membuat Jaehyun sangat iri.

Jaehyun mendengus sebal, lalu mengerucutkan bibirnya dan mengembungkan pipinya. Sesekali ia mengembuskan napas pasrah. "Kenapa jadi aku yang seperti nyamuk di sini?" batinnya.

Merasa diabaikan oleh Aya dan Mark, akhirnya Jaehyun memilih untuk meninggalkan mereka berdua. Jaehyun melangkahkan tungkainya menuju dapur sambil membawa ponsel.

Melihat Jaehyun pergi begitu saja, membuat Aya mengalihkan atensinya pada laki - laki itu. "Ada apa dengannya?" batinnya.

Menepis rasa penasaran terhadap sikap Jaehyun, Aya kembali mengobrol dengan Mark tentang foto - foto yang ada di tangannya. "Mark, bukankah itu Jeno?" tanyanya saat melihat sosok yang ia kenal ada di dalam bingkai foto itu.

"Yes, he is Jeno. Wajahnya seperti model, jadi dari angel mana pun terlihat bagus saat dipotret," sahut Mark.

Aya mengangguk pelan, menyetujui Mark bahwa Jeno memang bak model. Pahatan wajah seperti dewa yunani, juga porposi tubuh yang benar - benar ideal. Semuanya sangat pas untuk seorang Jeno Lee.

Gadis itu kembali fokus pada foto - foto yang ada di tangannya. Begitu terlihat minat seorang Aya pada photoghraphy.

Mark mengeluarkan kamera yang ada di dalam tasnya. Lalu ia bidik gadis yang ada tepat di depannya. Tanpa permisi, ia mengambil potret Aya yang terlihat begitu serius dengan foto - foto yang ia berikan.

Merasa ada pergerakan dari Mark, Aya menoleh dan tersenyum malu mendapati pria itu sedang memotret dirinya. "Izin lebih dulu Mark!" protesnya.

"Haruskah? Kalau begitu, aku izin memotretmu ya..." sahut Mark sambil terkekeh.

Aya mengulurkan satu tangannya tepat ke arah lensa kamera milik Mark. "Telat Mark. Kau sudah mencuri potret diriku daritadi 'kan?" sahutnya sambil tertawa riang.

Mereka berdua asik dengan dunianya sendiri. Bahkan Aya mengabaikan keberadaan Jaehyun yang lebih dulu ada di sana. Entah, mengapa dengan Mark, Aya merasa nyaman --sama saat bersama dengan Jeno.

🍓🍓🍓

Jaehyun menggerutu tak jelas di dapur. Ia bisa merasakan bahwa dirinya cemburu melihat kedekatan Aya dan Mark. Dengan wajah masam, ia membuka kulkas dan melihat isinya.

Cokelat. Jaehyun menemukan beberapa batang cokelat yang siap untuk digunakan atau dimakan. Dilihatnya lamat - lamat cokelat itu sambil berpikir sesuatu.

"Ah, lebih baik aku membuatkan Aya cokelat. Bukankah dia sangat menyukai cokelat?" celetuknya sambil menjetikkan jarinya ke udara.

Diambilnya cokelat batang yang ada di dalam kulkas tersebut. Lalu Jaehyun menyiapkan alat - alat yang akan ia gunakan untuk melelehkan cokelat.

"Pertama, potong cokelat kecil - kecil," gumamnya sambil memotong cokelat menjadi serpihan kecil. "Potongannya harus sama, tidak boleh ada serpihan besar," lanjutnya.

Selang beberapa menit kemudian Jaehyun meraih mangkuk ukuran sedang untuk wadah cokelat yang sudah selesai. "Lelehkan cokelat potong dengan air panas." Ia mengaduk - aduk cokelatnya. "Jaga jangan sampai air masuk ke cokelat," lanjutnya bermonolog.

Jaehyun melakukannya dengan tekun. Ia seperti menumpahkan perasaannya terhadap adonan cokelat tersebut. Sekiranya sudah agak larut, Jaehyun melanjutkan tempering.

"Buatlah agar suhu cokelat tak lebih dari tiga puluh derajat," gumam Jaehyun.

Ia meletakkan wadah tersebut di atas meja dan kemudian meraih cetakan yang sebelumnya ia cari dan temukan di atas lemari kitchen set.

Lalu, ia mulai melakukan tahapan yang paling penting. Yaitu saat membentuk cokelat. "Saat membentuk cokelat, bayangkan dia baik - baik. Perasaan, adalah inti dari cokelat ini. Semoga aku bisa mengungkapkan isi hatiku dengan cokelat ini," batinnya.

"Akan kutuangkan seluruh perasaanku padanya," lanjutnya bergumam.

"Perasaanku padanya."

"Aku menyukai Aya Park," lanjutnya membatin.

Jaehyun membuat cokelat tersebut seoalah - olah menggunakan sihir harapan agar keinginannya terpenuhi --mengungkapkan perasaan sebenarnya pada gadis yang selama ini mengisi pikiran dan hatinya.

Tak butuh waktu lama, cokelat pun selesai dibentuk. Sebuah senyuman yang begitu tulus terpatri di wajah tampan milik Jung Jaehyun. "Ya, pure heart chocolate selesai!" monolognya antusias.

Saat berhadapan dengan dapur, seakan dunia milik Jaehyun seorang. Seperti sekarang, ia tak sadar kalau Aya tengah mengintipnya dari balik pintu yang terbuka sedikit.

Walau gadis itu bisa melihat apa saja yang dikerjakan oleh Jaehyun, tapi ia tak bisa mendengar ocehan laki - laki itu. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Aya mendorong dirinya agar lebih dekat ke arah Jaehyun.

Tapi sayangnya, Aya malah tersandung kakinya sendiri dan membuat dirinya condong ke depan. Alhasil pintu terbuka lebar akibat tubuh yang tak bisa dikendalikan.

Jaehyun tersentak saat mendengar kegaduhan dari ambang pintu. Saat ia menoleh, terlihat Aya sudah merayap di lantai. Dengan kerutan di dahi, Jaehyun menghampiri gadis itu.

"Kau baik - baik saja?" tanya Jaehyun polos. Di tangan kanannya ia masih memegang sendok bekas mencicipi cokelat.

Aya bangkit dan merapikan bajunya yang sempat tersingkap sedikit. "Menurutmu?!" sahutnya ketus.

Jaehyun benar - benar tak bisa membaca situasi. Apa karena sudah lama ia tak menjalin hubungan setelah itu, jadi tingkat kepekaannya sangat kurang. Bukannya membantu Aya, Jaehyun malah bertanya dengan polosnya.

"Mana kutahu. Lagi pula apa yang kau lakukan tadi? Di mana Mark?" tanya Jaehyun, lagi.

Aya mengerucutkan bibirnya setelah mendengus sebal. "Aku tidur! Sudah tahu jatuh, masih saja bertanya!"

"Mark sudah pulang, aku daritadi memanggilmu tapi kau tidak mendengarnya. Ternyata kau sedang memasak. Memang benar ya, saat di dapur kau bisa lupa dengan sekitarmu," lanjut Aya mengoceh sambil bercak pinggang dan memainkan poninya dengan meniup - niupkannya.

Melihat itu, Jaehyun bukannya menyahuti ucapan Aya, ia malah tersenyum sendiri melihat tingkah gadis di depannya.

Seperti tersihir oleh senyuman dari Jaehyun, Aya malah diam mematung dan ikut menyunggingkan senyumnya tanpa sadar.

"Bisa tolong ke minimarket tadi? Ada bahan yang lupa aku beli, aku akan memasakkan makan malam untuk Chanyeol hyung karena sudah mengizinkanku memakai dapurnya," ucap Jaehyun tiba - tiba. Ia tak bisa lagi menahan rasa gugupnya saat menyadari Aya memerhatikan dirinya.

Aya tersadar dan langsung melotot ke arah Jaehyun setelah mendengar ucapan laki - laki itu. "Jadi untukku tidak? Hanya untuk Chanyeol oppa? Ini 'kan juga dapurku!" protesnya.

"Tentu saja untukmu juga. Bagaimana? Bisa tidak?" sahut Jaehyun.

Merasa tak ingin dianggap tak bisa apa - apa soal memasak sebagai perempuan, Aya menyanggupi permintaan Jaehyun. "Bisa. Apa saja bahannya, catat dan akan kucari nanti," jawabnya.

"Akan kukirim ke ponselmu. Kau bisa pergi sekarang. Waktu sudah hampir malam dan kakakmu akan segera pulang," sahut Jaehyun.

Aya mendengus sebal. Bisa - bisanya Jaehyun menyuruh - nyuruhnya. Padahal sebenarnya, Jaehyun hanya butuh waktu untuk menyelesaikan cokelatnya. Bukan kejutan lagi nantinya kalau sampai Aya mengetahui ini bukan?

Juga, Jaehyun tak tega kalau harus meminta tolong Aya untuk ke minimarket sendiri. Tapi mau bagaimana lagi? Gadis itu datang bukan diwaktu yang tepat.

Setelah Jaehyun mengirim pesan pada Aya, gadis itu berbalik badan dan berjalan sambil menghentak - hentakkan kakinya. Pemandangan yang sangat lucu bagi Jaehyun.

"Maaf Ay," gumam Jaehyun.

Selepas kepergian Aya ke minimarket, Jaehyun dengan segera menyelesaikan pembuatan cokelatnya. Agar tak diketahui oleh Aya, ia menyimpannya di freezer paling belakang dekat tumpukan daging.

Kira - kira hanya butuh waktu beberapa menit, cokelat sudah siap di hidangkan. Sambil menunggu Aya kembali, Jaehyun menyiapkan bahan - bahan yang ada untuk memasak.

🍓🍓🍓

"Hmmm, berhubung Aya tidak bisa merasakan asin, bagaimana kalau kubuatkan Jjamppong kuah merah? Setidaknya asinnya itu akan dikalahkan dengan rasa pedas." Jaehyun mulai bereksperimen dengan bahan - bahan yang ada.

Jaehyun mencatat setiap bahan yang diperlukan. Kebetulan bahan yang sedang dibeli Aya, memang sangat pas untuk membuat Jjamppong. Ia pun mulai mencatatnya di notes ponsel.

Setelah selesai mencatat, Jaehyun yang masih mengenakan apron cantik milik Aya langsung menyiapkan semua bahan yang bisa diolah saat ini juga. Dengan cekatan ia melakukannya.

Berhubung mie, udang dan cumi - cumi sedang dibeli oleh Aya... Jaehyun memulainya dengan merebus kerang terlebih dahulu.

Jaehyun mengambil panci dan memasukkan kerang ke dalamnya. "Rebus kerang dengan dua gelas air hingga mendidih." Ia meraih tutup panci tersebut. "Tutup, lalu masak dengan api kecil hingga kulit kerang terbuka," lanjutnya sambil menyalakan apinya.

"Ah, jangan lupa tambahkan satu cup kaldu ayam setelah kerang ditiriskan," monolognya --mengingatkan diri sendiri.

Sambil menunggu kerang, Jaehyun meraih wajan dan menuangkan sedikit minyak untuk menumis di atasnya. "Baiklah, tumis bawang putih dan jahe cincang," ucapnya setelah mencincang jahe dan memastikan minyak sudah panas.

Lalu ia mengambil bubuk cabai, daging cincang dan bawang bombay yang sudah diiris. "Masukkan semua bahan ini, dan tumis hingga tercampur rata."

Setelah itu, Jaehyun mengecek kerangnya dan ternyata sudah terbuka semua kulitnya. "Baiklah, akan kutiriskan. Ah jangan lupa berikan kaldu ayamnya!" monolognya, ia seperti heboh sendiri.

Tepat saat itu, Aya kembali dari minimarket dengan membawa belanjaan yang dipesan oleh Jaehyun. "Woah, aromanya menyebar ke mana - mana," ucap gadis itu.

Jaehyun menoleh dan tersenyum. "Kau mendapatkan mie, udang dan cuminya?" tanyanya.

Aya mengangguk mantap. "Aku juga membeli beberapa buah - buahan, untuk pencuci mulut." Ia mengahampiri Jaehyun setelah meletakkan belanjaan di atas meja yang ada di sana.

"Kau sedang memasak apa Jae? Baunya sangat enak!" seru Aya.

"Aku membuat Jjamppong kuah merah. Kau suka pedas 'kan? Kurasa Chanyeol hyung juga suka," sahutnya sambil meniriskan kerang.

Terlihat binar di mata Aya. Gadis itu penyuka seafood. "Apa yang bisa kubantu Jae? Katakan!" tanyanya antusias.

Jaehyun menoleh dan terkekeh. "Kau sangat bersemangat. Bisa tolong rebus mie yang kau beli? Pastikan jangan terlalu matang ya," sahutnya.

Tanpa menunggu lama, Aya langsung melaksanakan apa yang Jaehyun ucapkan. Hanya merebus mie, Aya pasti bisa! Dengan perasaan aneh menurut gadis itu, ia mulai merebus mie sambil sesekali melirik ke arah Jaehyun.

Sedangkan Jaehyun sudah selesai dengan kerang dan tumis - menumis. Kemudian, ia membuka bungkus belanjaan Aya dan mengambil udang serta cumi untuk dibersihkan walau sudah bersih.

Setelah itu, ia masukkan semua seafood yang ada ke dalam wajan yang tumisan tadi. Diaduk rata dengan api kecil. Tak lupa ia menambahkan kuah kaldu ayam ke dalamnya dan wortel serta daun bawang yang sudah diiris.

Saat bersamaan, Aya selesai dengan rebusan mienya dan bahan lainnya; sawi putih dan jamur. "Ini Jae. Lalu diapakan?"

"Masukkan semuanya secara perlahan ke dalam wajan Ay. Jangan lupa tambahkan kuah kaldunya dan biarkan hingga mendidih," jawab Jaehyun.

Aya melakukan yang diucapkan oleh Jaehyun. "Butuh waktu berapa lama Jae biasanya?" tanyanya penasaran.

"Sekitar lima menit cukup. Setelah itu, tambahkan kecap asin, garam dan gula. Kau bisa mencicipinya," sahut Jaehyun yang berdiri di samping Aya sambil tersenyum melihat gadis itu yang tengah serius.

Mengangguk pelan, Aya menyelesaikan tahapan akhir seperti yang Jaehyun bilang. "Jae, pasti kau jarang memesan makanan ya?"

"Tidak juga, kenapa?"

"Karena sepertinya kau bisa memasak semua masakan enak. Pasti yang akan menjadi kekasihmu atau istrimu nanti sangat beruntung!" sahut Aya bersemangat.

"Dan itu dirimu Ay," batin Jaehyun sambil tersenyum.

Aya tak menyadari ekspresi Jaehyun yang tersenyum sangat lebar. "Jae, apa ini sudah selesai? Kurasa sudah lima menit."

"Ya sudah dimatikan saja kompornya. Aku ingin ke toilet sebentar," sahut Jaehyun.

Selepas Jaehyun pergi, Aya menyiapkan meja makan setelah menghidangkan jjamppong ke dalam wadah.

"Jjamppong kuah merah siap di santap. Hmm... aromanya sangat enak. Aku tidak sabar ingin memakannya," monolog Aya sambil menatap ke arah makanan itu.

Sedangkan di ambang pintu terlihat Jaehyun tersenyum, ia baru saja dari kamar mandi. "Sepertinya ada yang tidak sabar..."

Aya tersentak dan menyengir lebar setelah mendapati Jaehyun menghampirinya. "Kita tunggu Chanyeol oppa," sahutnya.

"Ah, sambil menunggu Chanyeol hyung, aku punya sesuatu untukmu. Tunggu di sini," pinta Jaehyun dan menyuruh Aya untuk duduk di kursi --meja makan.

Mengerutkan dahi, Aya sangat penasaran dengan maksud Jaehyun. "Apa yang akan dia lakukan?" batinnya.

Tak lama kemudian, Jaehyun kembali dengan membawa sepiring cokelat yang ia buat tadi. Sontak hal itu membuat Aya langsung berdiri. "Cokelat?" gumam gadis itu.

"Ini, cokelat dadakan untukmu." Jaehyun memberikan piring berisi beberapa bola - bola cokelat pada Aya.

"Jinjja? Ini untukku? Kapan kau membuatnya?" sahut Aya bersemangat.

"Tadi, saat kau berbincang dengan Mark." Jaehyun tersenyum melihat cara makan Aya yang sangat menyukai cokelat itu.

Aya menyuap satu bola cokelat ke dalam mulutnya. Matanya langsung berbinar. "Jaaaae, cokelatnya meleleh di dalam mulutku," hebohnya.

"Sama seperti diriku yang meleleh saat melihat kau tersenyum." Jaehyun mendekat ke arah Aya, mengikis jarak di antara keduanya. "Jadilah kekasihku, Aya Park," lanjutnya dan membuat Aya tersedak.

🍓🍓🍓