Satu hari berlalu. Suasana perkemah semakin menyenangkan karena berbagai kegiatan loba sudah di mulai. Ada lomba baris-berbaris, mading pramuka, pentas seni dan masih banyak lainya. Kenzie baru menyelesaikan lombanya yaitu cerdas cermat, dia duduk di depan tenda sambil memainkan game online di handphonenya.
"Doorr!!"
Mela datang mengejutkan Kenzie. Tapi cowok itu justru tersenyum "Lo udah selesai lombanya?" tanya Mela.
"Udah, lo sendiri?"
"udah, gue yakin sekolah kita bakalan menang." jawab Mela percaya diri.
"Aamiin deh."
Setelahnya hening, Kenzie kembali sibuk dengan gamenya. Mela juga sudah tidak berniat untuk ngobrol, dia menyibukkan diri dengan menyekroling beranda instagramnya. Dia berdecik geli saat melihat postingan Galang yang mengunggah foto dirinya merangkul Kenzo dengan wajah sok ganteng. llfeel! Dengan semangat cewek itu mengetikkan kalimat di kolom komentar.
@Pamellalara 'Jelek banget dua-duanya!' komentarnya tak lupa memberikan emoticon dengan ekspresi menahan muntah. Cewek itu terkekeh saat komentarnya sudah terpajang di postingan Galang.
Tak lama komentarnya dibalas oleh sang empunya.
@Galangdarma 'nggak usah bersisik!'
Mela tertawa, dia jadi kangen dengan Nuke, Kenzo dan Galang. Dia rindu clotehan nyleneh mereka.
Semntara Kenzie hampir memenangkan gamenya. Namun tanpa berat hati dia mengehentikan permainannya saat mendapat watsap dari Nuke.
Nukaila : "Kenzieee, hari ini gue mau ke situ."
Kenzie mengetik balasan sambil tersenyum "Asiik, kapan?"
Nukaila : "Kalau nggak sore, paling malem"
"Sama siapa?"
Nukaila : "Kenzo sama Galang, mereka mau nengokin Mela katanya."
"Oke, hati-hati di jalan yaa."
Nuke hanya membalas chatnya dengan emoticon tersipu malu.
"Nuke, Kenzo sama Galang mau ke sini," cicit Kenzie. Mela menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Kenzie dengan dahi berkerut "Ngapain Nuke ngajak Kenzo sama Galang ke sini?"
"Katanya mereka berdua pengin nengokin lo."
Mela terkejut mendengar jawaban cowok itu. Astaga Naga Dragon Kadal dan kawan-kawannya, kesambet apa Kenzo sama Galang sampai pingin ketemu Mela? Atau jangan-jangan, mereka berdua mau bales dendam karena Mela mengomentari postingan Galang dengan tidak sopan. Bahaya, Mela bisa kena ulti!
Mela membuka aplikasi instagramnya kembali, lalu menghapus komentarnya di postingan Galang. Dia segera kabur dari tenda, mencari tempat persembunyian yang aman, supaya dua cowok sinting itu tidak bisa menemukanya nanti.
💌
"Assalamualaikum, Galaaang," panggil Nuke sambil mengetuk pintu rumah bergaya klasik milik orang tua Galang.
Tak lama terdengar knop pintu diputar, dan orang dibalik pintu itu adalah orang yang tepat dengan harapan Nuke "Waalaikumsalam, wah ngapain lo ke sini?" Ucap Galang, memang tidak punya tata krama!
"Mau ketemu sama pembantu lo," jawab Nuke asal.
"Ngapain? mau gantiin pembantu gue?"
"Ikh Galang!! Ya gue mau ketemu lo lah!"
Galang menatap cewek di depannya heran "Ngapain lo mau ketemu sama gue? Mau ngajakin malem mingguan. Wah wah, lo bener-bener cewek biadab, pacar lagi jauh, lo malah ngajakin cowok jalan bareng."
Nuke mengdengus malas. Dia menatap Galang greget. Selain sok ganteng cowok ini juga over confiden "Nggak usah sok tau deh, gue itu mau ngajakin lo ke acara perkemahan di buper," ujarnya sambil menaik turunkan alisnya.
Belum sempat Galang menjawab, seseorang membantah dari dalam rumah "Jangan mau Lang!" Terlihat sosok cowok berhoodie putih berjalan mendekati mereka.
"Darto?" Nuke menatap Kenzo sinis, "Ngapain lo di sini? Lo nggak punya rumah apa?"
Kenzo tersenyum angkuh. Dia menatap Nuke tak suka "Terserah gue dong mau di mana aja, sultan itu BE BAS!"
Nuke melakukan gaya seolah ingin muntah. Dia tarik nafasnya supaya emosinya tidak meledak. Lagi pula meladeni ucapan Kenzo sungguh tidak berguna, lebih baik dia membujuk Galang supaya mau menemaninya pergi ke perkemahan. Bukan apa-apa, mengingat hari sudah sore, dia bisa pulang malam dari sana, bagaimana bisa Nuke pulang sendirian? Nuke kan takut di hadang om om. Dia akan lebih aman kalau mengajak teman ke sana, apalagi teman cowok, lebih terjamin keamananya.
"Gimana Lang, lo mau nggak? Sekalian lo tepe tepe (Tebar Pesona) , banyak cewek loh di sana." Tawar Nuke dan itu berhasil membuat Galang menatapnya berbinar. Benar juga, siapa tau dia menemukan pujaan hatinya di sana. Tujuh belas tahun jomblo itu nggak enak, Galang harus berubah. Sudah waktunya dia punya pacar.
"Oke Ke, gue ikut," jawab Galang penuh semangat.
"Lang, kita kan mau main ps," sela Kenzo. Dia menatap Galang tidak terima. Sejak kapan sih? Galang peduli sama cewek.
"Udah lah Ken, besok aja. Mending lo ikut gue, ngecengin cewek di sana, gimana?" tawar Galang.
"Iya Darto, sekalian kita nengokin Mela." Nuke ikut membujuk.
Kenzo mengangkat bibirnya sambil menatap Nuke sebal "Nengokin Mela, apa ngapelin Kenzie, huh?"
Nuke tersenyum tanpa dosa, ketebak juga niatnya "Dua-duanya," jawabnya.
"Yaudah, gue sama Kenzo siap-siap dulu, lo mau nunggu di mana terserah" tuntas Galang. Nuke mengangguk, mempersilahkan dua cowok itu pergi bersiap.
💌
Acara yang paling di tunggu-tunggu. Api unggun dan penampilan band ibu kota. Kurang dari satu jam lagi kedua acara tersebut akan di mulai. Semua peserta kemah berkumpul di lapangan, berbaris dengan kaos bebas.
Kenzie melihat jam di tanganya. Pukul tujuh malam. Prosesi upacara api unggun beberapa menit lagi di mulai. Dia merasa resah menunggu kedatangan Nuke, cewek itu tak kunjung datang. Kenzie akan merasa sangat kecewa jika Nuke tidak hadir di acara puncak hari ini.
Dan sampai acara api unggun selesai, Nuke belum juga datang. Kenzie kembali ke tendanya saat teman-temanya yang lain mencari posisi strategis di lapangan untuk menonton band yang akan dimulai sebentar lagi.
Malam semakin dingin. Kenzie masuk ke dalam tenda untuk mengambil jaket pemberian Nuke, lalu keluar kembali setelah memakainya.
"Kenzie."
Kenzie mendongkakan kepalanya. Dilihatnya dua orang cewek dengan salah satu diantara mereka membawa dua gelas cup minuman dan sekantung plastik makanan. Kenzie tersenyum ramah menyambut ke datangan Amara dan Vani.
"Nih, gue beliin lo kopi anget sama makanan buat lo," Amara megulurkan sebuah gelas cup dan makanan pada Kenzie.
Sedikit ragu, tapi Kenzie tetap menerimanya "Makasih,"Kenzie melirik kembali jam tanganya, sudah pukul delapan, mungkin Nuke tidak jadi datang ke perkemahanya. Sedari tadi pun cewek itu tidak bisa di hubungi.
"Kita boleh ikut duduk?" tanya Amara sambil melirik ruang kosong di bangku yang di duduki Kenzie.
Kenzie mengangguk, lalu dengan cepat dua cewek itu duduk di samping Kenzie dengan posisi Amara berada di tengah. Cowok itu tersenyum canggung, dia mengalihkan dirinya dengan meminum kopi yang diberikan Amara.
"Zie, lo masih inget nggak?, dulu waktu sekolah kita sering latihan bareng, lo suka mojok berdua gitu sama Amara." Ucapan Vani semakin membuat Kenzie merasa canggung, bahkan terkesan tidak nyaman. Kenapa sih, harus bahas-bahas masa lalu, tidak sepantasnya hal seperti itu diungkit-ungkit kembali, karena saat ini perasaan yang Kenzie rasakan hanya sebatas sahabat, tidak lebih. Bukankah itu cukup baik untuk seseorang yang pernah di sia-siakan.
Tapi bukan Kenzie namanya kalau tidak baik hati. Dia tersenyum sambil mengangguk supaya kedua cewek di sampingnya tidak merasa mengganggu.
"Sebenarnya kalian tuh perfect couple banget tau." Amara tersenyum malu, dia terus membiarkan Vani berbicara. Itu sudah menjadi tugasnya untuk membantu Amara kembali dekat dengan Kenzie.
"Hmm" Kenzie bergumam dengan senyum tipis. Suasana menghening saat Vani kehabisan topik pembicaraan. Sulit sekali untuk mencairkan suasana, Kenzie sangat cuek dengan semua ucapan yang keluar dari mulutnya.
Amara menggigit bibir bawahnya. Bukan ini yang dia harapkan, kenapa Kenzie diam saja? Tidak seperti kemarin saat dia mengajaknya berbicara sebentar, cowok itu masih penuh perhatian.
Amara menggosokan kedua telapak tanganya, lalu meniupnya supaya hawa hangat dari mulutnya bisa sedikit mengobati rasa dingin yang mulai menjalari tubuhnya.
"Lo kedinginan Ra?" tanya Vani dengan nada khawatir. Sengaja supaya Kenzie beralih memperhatikan Amara.
Dan benar saja, Kenzie menatap Amara cemas. Tanpa banyak berfikir, Kenzie melepaskan jaketnya lalu menangkupkanya di punggung cewek itu. Amara senang bukan kepalang. Ini lebih dari yang dia inginkan. Dia jadi semakin bersemagat medapatkan hati Kenzie kembali.
💌
Nuke dengan perasaan kesal turun dari mobil Galang. Kesal setengah mati! pertama, dua cowok itu bersiap-siap sangat lama, bahkan melebihi waktu dandan cewek. kedua, Galang bersikekeuh ingin menyetir padahal dia baru bisa menyetir mobil, jadinya dia hanya berani membawa mobilnya dengan kecepatan lambat-lambat. Dan yang paling menyebalkan, mereka beberapa kali kesasar karena tidak ada di antara mereka yang tau jalan menuju bumi perkemahan. Kesialan terakhir bagi Nuke, handphonenya di gunakan untuk google maps oleh Kenzo, jadilah dia tidak bisa menghubungi Kenzie.
"Nggak usah marah-marah mulu lo, masih utung kita bisa sampai di sini," ucap Kenzo, melihat Nuke yang sedari tadi tidak berhenti ngedumel, malah membuat Kenzo kesal sendiri.
Nuke mendengus kesal. Dia mulai berjalan menyusuri area perkemahan. Dengan jelas dia mendengar suara musik dari arah lapangan utama. Mereka bertiga berjalan ke sana. Rasanya, Nuke sudah tidak sabar bertemu Kenzie.
"Itu Mela!" Nuke menujuk ke arah belakang lapangan. Terlihat Mela tengah asik menyayikan lagu yang dibawakan oleh grup band di atas panggung sana, cewek itu tampak girang dengan teman-teman yang lainya. Tapi Nuke tidak melihat Kenzie di sana.
Nuke melambaikan tanganya pada Mela saat tak sengaja gadis itu menatap ke arahnya. Bukanya senang, Mela malah terlihat terkejut, dia menatap Nuke seolah Nuke sedang berdiri dengan dua setan di belakangnya.
"Mel!" ucap Nuke saat sudah menghampiri Mela. Banyak teman-teman sekolahnya yang lain ikut menyapa. Mela membuyarkan lamunanya, sesekali menatap Kenzo dan Galang hati-hati.
"Kenapa lo?" tanya Galang sinis, saat menyadari Mela memperhatikanya berbeda.
"Nggak papa, ngapain kalian ikut ke sini?"tanya Mela. Dalam hatinya masih mengira, kalau kedatangan dua teman cowoknya itu punya niat tidak baik padanya.
"Kita mau cari cewek, iya kan Ken?"
Kenzo tersenyum angkuh "Iya. yaudah kita jalan yuk Lang, semua cewek di sini udah menanti pesona kita" ucapnya penuh percaya diri.
Mela tersenyum lega semetara Nuke meringis geli. Kenzo da Galang segera beranjak sebelum Mela menghentikan langkah mereka. "Woy, jangan ke situ! Di situ campnya anak SD, kalian mau ngecengin anak SD, huh!?"
Dua cowok itu salah tingkah. Lalu mengubah langkah mereka ke arah yang lain.
Nuke terseyum melihat kelakuan teman cowoknya itu. Walaupun terkadang menyebalkan, mereka tetap jadi penghibur jitu untuknya.
"Kenzie mana Mel?" tanya Nuke sambil menatap ke sekeliling, mencoba mencari keberadan Kenzie.
"Di tenda kayaknya, lo samperin aja dia."
"Tendanya di mana?"
"Lo tinggal jalan lurus aja, nanti juga ketemu, ada plang nama sekolah kita kok di depan tenda."
Nuke mengangguk "Yaudah, gue pergi dulu ya," pamitnya pada Mela.
"Iya, sory gue nggak bisa nganterin, karena demi apapun, itu vokalis band ganteng banget."
Nuke menatap Mela sangsi "Ati-ati loh, entar trauma lagi kayak sama anak band yang kemarin." Ucapnya memperingati, sementara Mela hanya merenges lebar.
Suasana perkemahan malam hari ini sangat ramai. Sudah seperti pasar malam. Nuke mengamati satu persatu tenda yang dia lewati, saat membaca nama sekolahnya di plang depan tenda paling ujung, dia segera berjalan ke sana.
Awalnya Nuke berjalan dengan senang hati, sebelum akhirnya dibuat panas dengan pemandangan di depan tenda. Kenzie, duduk dengan dua orang cewek yang sudah dia kenal sebelumnya. Dan apa? Salah satu cewek itu memakai jaket yang Nuke berikan pada Kenzie.
"Waaw," ucap Nuke dengan sedikit tertawa. Mengejutkan sekaligus menyakitkan. Kenzie masih berani meladeni Amara walaupun dia sudah tau Nuke akan datang ke sini.
Kenzie berdiri dari tempat duduknya, merasa gugup dengan kehadiran Nuke yang tiba-tiba. Cewek itu sudah meluap-luap, dan ya tuhan, dia semakin panik saat tangan Amara memegang tanganya. Kenzie melepas paksa tangan Amara saat Nuke berjalan mendekati mereka.
Nuke siap berbicara dengan mata berkaca-kaca. Menatap tiga orang di depanya bergantian "Nggak ada yang lebih menyakitkan selain ini?" ucapnya sarkas.
"Nuke deng-" belum selesai Kenzie mengucapkan kalimatnya, Nuke sudah memotong ucapanya "Kalau lo nggak suka jaket pemberian gue! gue akan ngrasa lebih baik kalau jaket itu lo buang dari pada lo kasih sama cewek lain!" Nuke berkaca, wajahnya memerah menahan amarah.
Semuanya terdiam, bahkan Kenzie tidak tau harus menjelaskan semua ini dengan cara apa.
"GUE BENCI SAMA LO!!" Nuke membanting sebuah kantong plastik berisi makanan yang dia beli untuk Kenzie, sampai jatuh di atas tanah dengan keras.
Nuke mengusap air matanya sambil melarikan dirinya jauh dari mereka betiga. Tidak peduli dengan seruan Kenzie yang juga berlari mengejarnya.
Dia tidak menyangka Kenzie tega melakukan semua itu. Dia sudah berusaha percaya dengan setiap ucapa manis dan janji-janji Kenzie padanya, dia berusaha bersikap biasa dengan semua perlakuan Kenzie pada Amara selama ini. Namun bagaimna Nuke bisa menjadi biasa, kalau setiap usahanya berulang kali di balas dengan kesalahan yang sama.
Tidak! dia tidak bisa menjadi biasa. Karena apa yang dia rasakan sekarang benar-benar menyakitkan. Apa yang selama ini dia yakini tidak akan terjadi, sayang harus dia terima karena sesuatu itu benar-benar terjadi. Masalalu mengambil semua darinya, dan dia benci harus menerima semua itu.
"Nuke!" Kenzie berhasil menggapai tangan Nuke. Gadis itu menangis pecah, untunglah mereka berada di area belakang buper yang kondisinya cukup sepi dan sedikit gelap.
"Apa? Lo mau jelasin kalau semua yang gue liat tadi nggak seperti yang gue pikirin?" Nuke mengintimidasi Kenzie dengan ucapannya.
"Iya emang gitu kondisinya, gue sama Amara nggak ada apa-"
"Stop Zie! Gue nggak mau denger penjelasan apapun dari lo! Gue nggak akan percaya lagi sama lo!"
"Nuke!" Kenzie menggenggam tangan Nuke semakin erat. Dia memang tidak bisa menjelaskan apapun, tapi dia tidak akan membiarkan cewek itu pergi darinya.
"Lepain gue!" Nuke berusaha melepaskan dirinya. Namun setiap gerakan yang dia buat semakin mengeratkan genggaman Kenize.
"Kenzie lepasin gue!"
"Nggak akan"
"Lepasin!!"
"NGGAK AKAN!!" Kenzie berucap kasar. Semua urat nadinya terlihat jelas. Baru kali ini dia bersikap seperti itu. Dia menatap Nuke tajam, mematikan nyali di hati Nuke.
Nuke menatap Kenzie takut. Melihat Kenzie berubah menjadi lain, terasa lebih menyedihkan baginya. Cowok yang selalu bersikap lembut padanya kini bersikap seperti monster.
"Kenzie lepasin gue," kini Nuke memohon. Tapi Kenzie sama sekali tidak merespon. Tidak ada pilihan lain, Nuke menggigit lengan Kenzie kuat, berharap cowok itu kesakitan dan melepaskan tanganya.
Bukanya merasa seperti itu, Kenzie malah terseyum melihat usaha Nuke yang sia-sia. Sampai Nuke menyerah sendiri.
Kenzie mengendurkan genggamanya, sesaat kemudian dia meyadari kalau apa yang baru saja dilakukanya benar-benar gila. Dia menunduk, memegang kedua bahu Nuke dan membantunya berdiri tegak.
Kenzie segera memeluk, menenangkan tangis cewek di depannya. Dia mengusap air mata Nuke lalu memawa gadis itu kembali ke tenda, kali ini tidak ada penolakan dari Nuke.
Di sisi lain. Amara hanya bisa menghela nafas kasar. Dia melepaskan jaket yang melingkar di tubuhnya, lalu berjalan menuju tenda Kenzie untuk mengembalikan jaket itu. Lebih baik dia kedinginan dari pada memakai jaket itu, walaupun itu milik Kenzie, tapi benda itu berasal dari orang yang tidak dia sukai.
Sekarang Amara tau kalau Kenzie benar-benar menyayangi Nuke. Dan apakah hal itu akan membuatnya berhenti? Jawabanya 'tidak'.
💌
"Maafin gue Ke," ucap Kenzie untuk kesekian kalinya. Nuke hanya diam, terlalu malas untuk berkata, padahal Kenzie sudah berusaha keras membuatnya bicara.
"Gue cuma takut lo ninggalin gue" Kenzie kembali mencoba "Gue sama sekali nggak ada niat buat mainin perasaan atau berbuat kasar sama lo, Amara yang dateng ke sini sendiri, bukan gue yang minta."
"Terus ngapain lo kasih jaket lo ke dia?" Sejujurnya itu yang paling membuat Nuke marah. Susah payah dia menabung untuk membeli jaket itu, dan seenak hati Kenzie meminjamkannya pada orang lain. Cowok itu terkesan tidak menghargai.
"Karena dia kedinginan" jawaban Kenzie terlampau polos.
Nuke terseyum masam. Rasanya dia pelu sesuatu untuk dicabik-cabik. Dia tidak menyangka kalau Kenzie terlalu mudah untuk dibodohi. Bisa Nuke pastikan seratus persen, setiap apa yang Amara katakan, dan segala perbuatanya pada kenzie itu hanyalah modus. Sadar Kenzie.. sadar, apa perlu Nuke siram kepala lo pake lemonlime biar otak lo jernih kayak seprit!
"Apa lo bakal lakuin hal yang sama, kalau cewek yang kedinginan itu bukan orang yang lo kenal, jelek, dan nyebelin, lo bakal kasih jeket lo ke dia?" Nuke mencoba menguji.
"Iyap, semua cowok itu punya naluri melindungi" jawab Kenzie.
"Iya tapi nggak keterlaluan kayak lo" batin Nuke.
"Bahkan kalau lo di posisi Amara, gue nggak hanya ngasih jaket gue. Tapi gue juga bakal peluk lo." Kenzie merengkuh punduk Nuke hingga menyisakan sedikit jarak untuk wajah mereka. Nuke terbelalak, wajah Kenzie semakin mendekat. Saat hidung mereka sudah bersentuhan.
Pluk
Sebuah kulit pisang mendarat sempurna di wajah Kenzie. Seketika dia melepaskan tubuh Nuke. Dia menatap ke atas, ke tempat camp anak smp, banyak anak berlalu lalang di sana, jadi dia hanya bisa mengumpat tanpa menyalahkan siapa-siapa.
Moment yang sangat di sayangkan, namun Kenzie tidak merasa marah. Karena dengan kejadian itu, dia bisa melihat Nuke tertawa. Gadis itu terbahak sampai kesulitan berbicara.