Pernah terbayang gak? Seseorang yang kita idamkan, adalah perwujudan dari makhluk lain. Aku mengenalnya hanya 3 hari saja, saat itu dia datang ke desaku dengan maksud menghadiri resepsi pernikahan kakak sepupuku. Dia tampan, badannya tinggi, kulitnya bersih, dadanya bidang. Awal bertemu saja, aku sudah terpesona.
Aku selalu mencuri pandang padanya, dan dia selalu menatapku dengan senyum manisnya.
"Hai, kenalkan aku Angga." Ucapnya menyodorkan tangannya yang halus dan putih. Maklum aku anak desa yang sehari-harinya berada di sawah, membantu emak dan kakek menanam padi. Pasti ada rasa deg deg an, bahagia, malu, campur jadi satu.
"Aku Puspita." jawabku menyambut tangannya. Sedikit terkejut dengan telapak tangannya yang dingin, sedingin air es yang membeku berhari hari.
"Mas sakit? " jawabku menarik tangan karena terkejut.
" Engga." jawabnya sambil tersenyum. Lalu kita lanjut mengobrol. Dia datang bersama keluarga nya, menghadiri pernikahan kakak sepupuku. Setelah di urut jalan kisahnya, ternyata dia masih ada hubungan saudara jauh denganku.
Setelah itu kami membantu atau kalau kata orang desa mbiodo. Membantu warga yang sedang ada hajatan. Dia gak pernah jauh dari aku, dimana ada aku, selalu ada mas Angga.
Singkat cerita, hubungan kita semakin hari semakin dekat, obrolan kita semakin nyambung, dia pun juga enak diajak becanda gak baperan. Aku jadi punya tambahan tujuan setiap bangun pagi, yaitu bertemu mas Angga. Namun yang sedikit membuatku janggal, mas Angga gak pernah memperkenalkan aku dengan keluarganya, padahal waktu itu mas Angga bilang, dia datang dengan keluarga nya.
Hari terasa begitu cepat, tak terasa resepsi pernikahan sepupuku sudah selesai. Dan besok waktunya Mas Angga pulang. Dia bilang, dia tinggal di suatu daerah yang jauh. Katanya, jika rindu aku, dia akan sering sering kemari. Malam itu, aku, Lina, fifi dan Mas Angga berjalan jalan. Sebelum dia pulang, dia aku kenalkan pada teman temanku.
"Fi, Lin, kenalin ini pacarku. Mas Angga." Ucapku tersenyum malu memperkenalkan pacar baruku.
Fifi dan Lina hanya terdiam, terpaku, senyap tak bersuara. Aku pun ikut bingung, kenapa mereka seperti itu. Padahal Mas Angga sudah mengulurkan tangannya pada mereka.
"kok bengong? " tanyaku menyenggol mereka.
"oh eh iya, yaudah ayuk kita lanjut jalan. Keburu malam, nanti kalau pulang kemalaman kamu di marahin emakmu lagi." cerocos Lina menyeretku, membuat aku menjauh dari mas Angga. Mas Angga hanya tersenyum tipis. Aku jadi gak enak ati.
Malam itu, kami menikmati permainan kami, kami bersenang-senang. Begitu juga dengan Mas Angga, Lina dan Fifi. Dan disaat waktunya pulang, Mas Angga memelukku, badannya sangat harum. Dia mengatakan "aku pasti merindukanmu."
Tak terasa air mataku juga ikut menetes, aku begitu berat melepas mas Angga. Karena malam semakin larut, akhirnya kita berpisah.
Ke esokan harinya, aku berharap pagi itu masih bisa melihat mas Angga. Namun sayang, setiap orang yang aku tanyai, gak ada yang mengenalnya. Begitu juga Lina dan Fifi.
"aku bingung sebenarnya sama kamu pit." Ucap Fifi memanggilku pipit.
" Bingung kenapa? " tanyaku balik.
" Kenapa kamu selalu nyebut Angga, siapa Jane cah kuwi? Kamu memperkenalkan ke kita, tapi kita tidak lihat siapapun disampingmu. Apa kamu stres pit? Kamu banyak tekanan akhir akhir ini?"
Mak Deg!! Atiku bergemuruh, antara kecewa, marah, emosi campur jadi satu. Bisa bisa nya laki laki setampan itu di anggap tidak ada.
"Kamu kenal Angga dimana pit?" Tanya Lina menatapku tanpa berkedip, menginginkan kejujuran dari Mataku.
"Ya disini lah.. wong dia keluarga jauh juga dari mbak Yuli yang nikah kemaren kok." ucapku memperjelas, dan mengatakan detailnya dimana kita berjumpa.
"Kamu kenalan sama dia di bawah pohon itu? serius? aku denger denger dari banyak warga kalau pohon itu berpenunggu. Katanya Gendruwo, kadang dia juga menyamar menjadi sosok laki laki tampan.
Aku panik!! Aku terkejut dengan ucapannya.
" gak, gak mungkin Lin. Mas Angga jelas ada kok, badannya harum waktu aku peluk. Hanya saja memang wajahnya sedikit pucat dan dingin." jawabku membayangkan pertemuan pertamaku dengan Mas Angga.
"Ayo tanyakan Mbak Yuli, beneran gak punya saudara namanya Angga." Tantang Fifi yang membuatku makin penasaran.
Akhirnya aku, Fifi dan Lina menuju rumah mbak Yuli, untuk menanyakan kebenaran dan keberadaannya.
"Angga sopo? " Tanya mbak Yuli. "Aku gak punya saudara namanya Angga kok pit. Sumpah kalau gak percaya tanya emakku."
Aku terduduk lemas seketika, apa benar dia perwujudan genderuwo yang usil. Padahal dalam hatiku aku masih berharap bisa berjumpa lagi sama dia.
"oooo... Pantesan kemaren kamu ngomong sendiri di dapur pit, kamu ngomong sama yang namanya Angga Angga itu?" Lanjut emak Mbak Yuli atau budhe ku.
Aku meninggalkan mereka berlari pulang, dan menangis sejadi jadinya di kamarku.
Aku di Prank Gendruwo 😭