29 Bungkusan Kresek Hitam

Setelah kepergian bu Gotot, aku tak lagi ketakutan, khawatir. Entah kenapa rumah ini jadi begitu Damai dan menenangkan. "jahatnya aku, berharap tetangga pindah" ucapku dalam hati. Di satu sisi hatiku membenarkan, bahwa aku bahagia dengan ketenangan ini.

Ketika truk yang membawa perabotan tetanggaku sudah menghilang dari pandangan, aku berniat kembali ke dalam rumah, kembali ke tempat tidur, melanjutkan mimpi karena beberapa hari ini aku sulit untuk tidur. Rasa was was jika kembali ke rumah kontrakan, rasa takut jika pengganggu itu datang lagi.

*Tok.. Tok.. Tok.. *

Suara pagar di ketuk mengurungkan niatku memejamkan mata.

"Assalamu'alaikum.. " Sapa salam dari luar pagar.

" Waalaikumsalam.. " Setengah berlari aku membukakan pintu pagar.

" Bu Awi, baru pulang ya? Kemaren saya kesini gak ada orang dirumah." Tanya Bu Lala, tetangga kanan rumah sembari memberikan undangan.

"Undangan apa ini bu? " Tanya ku membuka bungkusnya.

"Ini loh, Si Caca minggu depan ulang tahun. Datang ya bu, biar rame." Jawabnya tersenyum.

"InsyaAllah saya datang bu."

" Ya sudah, saya pamit bu. Assalamu'alaikum.. "

"Waalaikumsalam.." Jawabku menutup kembali pintu pagar.

"Sudah siang ternyata." Gumamku, aku pun membatalkan niat tidurku. Mengintip Amira di balik pintu kamar, rupanya dia belum bangun. Ku gunakan waktuku untuk beberes rumah, menata perabotan yang berantakan. Dan bersih bersih rumahku berakhir di halaman depan rumah. Dengan niatan, ingin mencabut rumput-rumput yang sudah lebat, tapi yang aku temukan malah hal lain.

Sebuah bungkusan kresek, penuh dengan tanah. Seperti di pendam tapi tak dalam.

"Ya Allah.. Apa ini?" Bisikku sambil membukanya. Tak lupa ku ucapkan Basmallah.

Mataku terbelalak, perutku mual dan aku pun muntah sejadi-jadinya.

Telur busuk penuh dengan belatung, dengan kain mori penuh darah yang sudah mengering dan bangkai ayam hitam.

"Hooooeeeeeeek.. " Perutku tak terkondisikan, aku benar benar mengeluarkan isinya.

Setelah beberapa menit, aku lemas dan kembali ke dalam rumah untuk menghubungi suamiku. Namun sayang, telp nya tidak bisa di hubungi.

Akhirnya aku berinisiatif untuk membungkus kresek hitam tadi dengan kresek baru dan aku buang ke tempat sampah luar rumah.

"Siapa yang menaruh sesajen di halaman rumahku? " Gumamku dalam hati.

Sesaat aku terdiam, aku berfikir keras. "Siapa mereka yang tidak suka dengan kehadiran kami di sini?"

"Hemmm.. Lak ono ae tah, coba ntar ibu cari tahu ya. Di buang aja itu sesajennya, mungkin sisa sisa bungkusan putih kemaren. Semoga gak ada balak apapun. Ojo lali sholat! "

Aku hanya mengiyakan dan mematikan telp kembali.

"Hemmm.. Lupakan.. Lupakan. Waktunya masak dan cuci cuci." Aku mengalihkan perhatianku dari bungkusan kresek di depan tadi, aku gunakan waktuku untuk membuat sarapan si kecil dan membersihkan rumah.

*Klink.. *

Notifikasi BBM dari hpku berbunyi.

Novy :

"kata ibuk bekasnya kemaren mbak, kan samean sering bau menyan, ya disitu tempatnya. Mungkin karena kemaren ada yang huni jadi ga keliatan. Sekarang kan sudah hilang, jadi dia nampak dengan sendirinya."

Aku :

"Ooh.. Ya udah, makasih ya dek." Jawabku lega.

Sore menjelang, alhamdulillah Amira tak pernah rewel sekarang, tidur pun nyenyak, wajahnya ceria, lucu dan menggemaskan.

Meski suami jarang dirumah karena tugas, aku tak pernah ketakutan lagi. Rumah tetanggaku sampai saat ini masih kosong dan belum ada penghuni baru. Semoga secepatnya di isi penghuni baru dalam bentuk nyata, bukan mereka yang tak kasat mata.

Nb : Mohon maaf ya teman-teman lama ga muncul, lupa akun dan passwordnya.

Terima kasih dan selamat membaca.

avataravatar
Next chapter