"Kak Mimi lagi dimana?" suara Rani terdengar diseberang telepon.
"Di kampus Ran, ada apa?".
" Kakak sampai jam berapa di kampus?".
"Jadwal aku sih sampai jam 13 Ran."
"Tunggu Rani disana ya Kak! Ini aku baru keluar kampus. Satu setengah jam lagi deh aku sampai kampus Kak Mimi."
"Okey deh, kalau nanti kamu sampai duluan, tunggu di masjid aja ya Ran. Nanti aku dzuhur di sana kok!".
" Siap Kak!".
---
"Si, gue mau ke masjid dulu, shalat sekalian ketemu Rani disana. Lo mau ikut ngga?".
" Boleh deh. Gue lagi halangan sih, tapi selonjoran disana boleh kan ya?" kata Sisi.
Sampai di Masjid, Mimi belum melihat Rani. Dia putuskan untuk shalat dulu. Sementara Sisi duduk di luar.
Setelah shalat, Mimi melihat Rani dan Sisi tengah mengobrol di kursi yang ada di taman masjid. Mimi menghampiri mereka.
"Ran!" sapa Mimi.
"Eh Kak Mimi, udah shalatnya Kak?".
Mimi mengangguk, sambil mengambil tempat di samping Rani.
"Kamu sengaja kesini nemuin aku Ran?".
" Iya Kak, mau ngobrol sedikit bisa kan?".
"Bisa, disini atau dimana?".
Belum sempat Rani menjawab, Mimi seperti mencium aroma yang sudah sangat dihafalnya. Dia mencari-cari asal aroma tersebut dan matanya langsung tertuju pada tas yang ada di dekat Rani. Mimi berdiri lalu mendekati tas itu. Sementara Rani bingung melihat tingkah Mimi.
" Ini tas siapa Ran?".
"Ooo ini tas Mas Pram. Tadi ngga sengaja ketemu, Kak Tama juga ada, mereka lagi shalat. Tasnya dititipkan ke aku."
"Pram?" batin Mimi dalam hati.
"Kenapa lo?" bisik Sisi saat melihat Mimi seperti kebingungan. Dan melihat Mimi mengendus tas itu, Sisi langsung mahlfum.
"Lelaki kabut? Wanginya dia ya?" kata Sisi lagi masih sambil berbisik.
Mimi mengangguk sebagai jawaban.
"Kak Mimi kenapa?".
" Ngga. Jadi kita nunggu mereka baru kita cari tempat ngobrol ya?" kata Mimi mengalihkan pembicaraan.
"Iya Kak! Nah tu Kak Tama."
Tampak Tama berjalan menuju kearah mereka.
"Udah ketemu kalian?" tanya Tama pada Mimi dan Rani.
Pertanyaan itu hanya dijawab anggukan oleh mereka.
" Mas Pram mana Kak?" tanya Rani.
"Lagi pakai sepatu," jawab Tama. "Kalian kalau mau jalan silahkan aja, nanti aku yang nunggu Pram."
"Ngga apa-apa Tam. Kami nunggu aja," jawab Mimi. "Sekalian kenalan kan boleh. Iya ngga Si?".
Ekspresi wajah Tama tampak berubah mendengar jawaban Mimi. Sementara Mimi memang penasaran ingin tahu Pram, yang mungkin adalah lelaki kabutnya.
" Tuh Mas Pram datang." kata Rani
" Assalamu'alaikum!" sapa Pram.
"Alan?" kata Mimi dan Sisi serempak.
"Alan?" kata Tama bingung. "Jadi yang kalian maksud Alan itu Pram?" katanya lagi.
"Dan Pram itu sama dengan Alan?" Sisi balik bertanya.
Alan tertawa kecil, "maaf kalau jadi pada bingung, " katanya lagi. "Namaku Pramudya Alano Putra. Pram itu panggilan keluargaku. Tapi kalau di kampus aku biasa dipanggil Alan, karena di Fakultas Teknik ada dua teman seangkatan yang bernama Pram. Jadi dari pada bingung, aku pakai nama tengahku aja." jelas Alan.
Tama memandang Mimi dan Alan bergantian, hatinya mencelos seketika. Mungkinkah?
Sementara Mimi mendadak pusing, dia diam tanpa kata karena kaget. Matanya menatap Alan. Hanya satu dipikirannya, "mungkinkah dia? "
---.
Tama POV
Flashback-
𝙎𝙖𝙖𝙩 𝙊𝙨𝙥𝙚𝙠 𝘼𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩𝙖𝙣
"Tam!" panggil seseorang.
"Eh, Pram disini juga?".
" Iya, lurusin kaki sebentar. Oya, kamu ambil ekonomi kan Tam?".
"Iya,, ekonomi jurusan akuntansi."
"Tapi kenal ngga sama anak ekonomi jurusan lain, misal manajemen."
"Ngga tuh! Aku belum kenalan sama anak-anak jurusan lain. Kenapa emang?".
" Nanti kamu cari anak Manajemen yang namanya Amira ya? Jagain buat aku," kata Pram sambil menepuk bahunya.
"Amira? Pacar kamu?".
"Bukan, tapi calon masa depan aku," kata Pram sambil tertawa.
"Kamu udah kenal dia?".
Pram menggeleng, " aku belum kenalan sama dia. Tapi kalau kamu udah ketemu dan kenalan sama dia, janji ya jagain dan pantau dia buat aku!"
𝘽𝙚𝙗𝙚𝙧𝙖𝙥𝙖 𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙡𝙪
"Tam, kamu udah kenalan sama Amira ya?".
" Amira??".
"Iya, Amira yang pernah aku ceritakan dulu. Waktu Ospek."
Aku mencoba mengingat-ingat sejenak, "Ooo iya aku ingat. Tapi aku belum kenalan sama Amira kok!".
" Lho, kemarin kalian bukannya liburan di villa sama-sama?".
Saat itu aku bingung mendengar perkataan Pram.
"Iya liburan kemarin itu aku memang ke Villa. Tapi ngga sama Amira kok! Aku kesana sama Edo, Irfan, Sisi dan Mimi." aku tersentak ketika memyebut nama terakhir. "Maksud kamu Amira itu Mimi?".
Pram mengangguk sambil tersenyum. " Ingat ya Tam, aku titip dia. Aku serius nih!".
Aku terpaku mendengar jawaban Pram.
Flashback End.
"Pram, jadi kamu kenal sama Mimi?". tanyaku saat Rani dan Mimi sudah tidak ada bersama mereka.
" Iya aku kenal."
"Kenapa ngga bilang? Aku pikir kamu ngga kenal dia."
"Lho kenapa kamu pikir aku ngga kenal Tam?".
" Kan kamu dulu bilang ngga kenal, jadi pas kemarin kamu bilang jagain dia, aku pikir kamu memang belum kenal."
"Aku kenal, tapi ngga akrab. Aku takut kalau dekat nanti malah aku bablas, ngelanggar komitmen aku sendiri. Makanya saat tahu kalian dekat, aku bilang titip dan jagain dia. Kenapa? Kamu keberatan?".
Aku tak tahu harus berkata apalagi.
Tama POV end.
---
Mimi POV
Apa-apaan ini? Masa lelaki kabutku Alan? Tapi aroma tadi berasal dari tas nya dia. Aku benar-benar bingung dengan semua ini. Jika Alan adalah lelaki kabutku, bagaimana dengan Sisi?
Berbagai pikiran mulai berkecamuk dipikiranku.
" Kak Mimi kenapa?" tanya Rani padaku.
"Eh, ngga Ran," kataku gugup.
"Sejak tadi ketemu Mas Pram, kayaknya Kak Mimi jadi linglung."
"Ngga kok, aku cuma kaget aja." bohongku. "Alan eh maksudku Pram itu sepupu dari pihak mana Ran?".
" Oooh, Ayahnya Mas Pram itu Kakaknya Ayah kami. Jadi Mas Pram itu kakak sepupu. Tapi yang manggil Mas cuma aku aja Kak. Yang lain manggil nama aja. Mas Pram dan Kak Tama cukup dekat. Dulu Kak Tama sering nginep di rumah Mas Pram. Tapi sejak kuliah sepertinya mereka jarang bareng karena beda fakultas. Kak Mimi ternyata kenal sama Mas Pram ya?".
"Iya aku kenal, tapi dengan nama Alan. Makanya sepertinya tadi Tama juga bingung, karena belum lama ini dia pernah nanya Alan itu siapa," dia pasti kaget sekali tadi.
"Hahaha iya Kak, mungkin Kak Tama juga ngga nyangka kalian saling kenal. Lagian Mas Pram ada-ada aja, pakai ganti nama panggilan segala."
Pikiranku benar-benar sudah tak karuan. Aku tak tahu harus bagaimana. Mungkin aku harus bicara dengan Tama.
Mimi POV end
---
Mimi langsung masuk ke kamar begitu sampai di rumah. Setelah membersihkan diri, dia duduk di teras balkon kamarnya. Entah mengapa, dia ingin bercerita pada Tama, bahwa dia mungkin sudah menemukan lelaki kabutnya. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Tama dan apa pendapatnya. Diambilnya ponsel dari dalam tas, lalu...