webnovel

dave.pov

"wah.... si pengantin baru udah dateng pagi-pagi gini, gue kira lo gak bakal dateng hari ini. oh ya, gimana pengalaman malam pertama lo?" argh.... si bodoh ini, kenapa dia tidak pergi saja ke luar negeri seperti biasanya? kenapa akhir-akhir ini dia selalu berada di dekatku? benar-benar mengganggu.

"gak ada malam pertama-malam pertamaan" ujarku sambil menghempaskan diri tiduran di sofa yang nyaman.

"kayaknya si clara kurang bisa memuasin lo. mungkin dia harus belajar sama cewek itu biar lo puas" mendengar ucapan diego secara reflek aku mengeluarkan pistolku dan mengarahkannya pada diego. dia memang tidak menyebut nama wanita itu, tapi aku tau siapa yang dia maksud. hanya wanita sialan itu yang pernah menjalin hubungan denganku, tidak ada yang lain. diego mengangkat kedua tangannya, wajahnya pucat, terlihat lucu sebenarnya, tapi ak sedang tidak dalam mood baik untuk menikmati kelucuan ini.

"jangan bahas dia lagi di depan gue, kita udah pernah bahas ini" kataku dingin. kumasukan pistolku lagi di balik jasku, wajah diego kembali normal, ia menurunkan tangannya dan menghempaskan patatnya di salah satu sofa. wajahnya kini menyiratkan keprihatinan, kesedihan dan perasaan bersalah yang bercampur menjadi satu.

"lo masih belum bisa juga lupain cewek itu?"

tanya diego. aku diam, kututup mataku.

"gue minta maaf, seharusnya gue gak kenalin dia ke elo waktu itu, gara-gara gue lo...."

"go, jangan diterusin, kita udah pernah bahas ini sebelumnya, gak ada yang seratus persen bener, gak ada yang seratus persen salah. bahas dia cuma buat kita nyalahin diri kita sendiri" potongku sebelum diego menyelesaikan ucapannya. aku tau dialah yang paling merasa bersalah diantara kami berdua, karena diego aku mengenal wanita itu, menyukainya, hingga wanita itu.... sudahlah. intinya, aku tidak mau diego terus-terusan menyalahkan dirinya. semenyebalkan apapun diego, dia adalah sahabat terdekatku dan sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri. kesalahan sebesar apapun yang dia buat tidak akan bisa membuatku membencinya.

diego masih saja menampakkan wajah bersalahnya dan itu membuatku kesal, dia memang menyebalkan, tapi wajahnya yang seperti ini jauh lebih menyebalkan daripada tingkahnya yang biasa.

"lo bisa gak, gak masang tampang nelangsa kaya gitu? bikin gue mules, tau gak?" seruku, kini diego merubah raut wajahnya seperti biasanya.

"ok, karena lo udah bisa omong kaya gitu, gue gak perlu masang tampang jelek itu, oh ya dave, barang kita dateng hari ini, lo mau ikut ngecek gak?" kata diego.

"barang yang mana?" tanyaku. terlalu banyak barang yang keluar masuk, hingga aku tidak bisa mengingat semuanya dan itu membuatku selalu sibuk setiap hari. memang aku punya banyak bawahan untuk mengurusi hal itu. tapi tidak semua bawahan mengetahui bisnis-bisnis tersembunyiku, jadi aku tidak bisa selalu mengandalkan mereka. yang benar-benar tau apa yang kukerjakan selama ini hanya diego, tapi dia lebih sering bepergian ke luar negeri untuk berbagai macam alasan, seperti melakukan tugas penting dariku atau menghindar dari pemberian tugas itu, atau alasan lainnya. tapi karena sepertinya sekarang ia sudah bosan dengan kehidupan luar negerinya dan lebih sering disini mungkin aku akan lebih bisa mengistirahatkan diriku.

"barang yangbseharusnya dateng 2 hari yang lalu, tapi karena ada pencekalan sementara di pelabuhan baru sampe sekarang" diego memang bisa diandalkan, meskipun sering bepergian dia selalu ingat dengan dengan semua pekerjaan yang menumpuk. tidak akan jadi masalah kalau besok dan beberapa hari selanjutnya aku mengambil libur.

"ok, kita liat sekarang" ujarku, lalu beranjak dari posisiku dan bejalan keluar ruangan bersama diego menuju gudang penyimpanan yang berada di belakang gedung. disinilah aku menimbun berbagai macam barang yang bisa dibilang terlarang. hanya sebagian kecil anggotaku yang memiliki akses kesini.

kutatap kontainer-kontainer yang baru saja diturunkan dari truk pengangkut lalu dengan isyarat kuminta salah seorang untuk membukanya. saat terbuka tampaklah kotak-kotak kayu besar, aku membuka salah satunya, aku tersenyum menatap daun-daun kering itu.

"setelah ini tinggal menghubungi pihak ketiga lalu mereka akan bayar dan ngambil barang ini, transaksi selesai" kata diego.

"go, mungkin mulai besok, selama beberapa hari gue akan libur, lo yang harus ngurus semua kerjaan" kataku.

"ya itu tujuan gue gak pergi-pergi melancong lagi, biar lo bisa istirahat, apalagi kemarin lo habis nikah, harusnya lo nikmati bulan madu lo bareng istri lo, biar hubungan kalian makin deket" kata diego.

"lo lupa tujuan gue nikahin dia?" ujarku.

"mana mungkin gue lupa, tapi tetep aja lo harus berusaha dapetin hati dia biar dia percaya sama lo, gue yakin kalo udah gitu rencana lo bakal mulus" kata diego.

mendapatkan hati dan kepercayaan ya? omong kosong, tanpa itupun aku takan gagal menjalankan rencanaku.

Chapitre suivant