Yuji berjalan tertatih menuju ke sofa tempat Tuan Yudha berbaring. Yuji duduk di lantai dan mulai memijit kaki papanya.
"Apa lagi yang coba kamu rencanakan bersama antek-antekmu tadi, eum? Papa curiga jangan-jangan kalian masih terobsesi menjadi petualang, ya?!" desis Tuan Yudha. Ia melirik Yuji dengan ekor matanya.
Yuji terhenyak. Ia menggaruk pipi yang sebenarnya tidak gatal.
"A-apa maksud, Pap? A-aku tidak merencanakan apa pun, Pa. Sungguh! Waktu itu saja Siji yang ngajakin kok," sahut Yuji, terbata. Dilihat dari sudut mana pun, sangat kentara bahwa Yuji saat ini tengah gugup.
Tuan Yudha juga dapat membaca mimik wajah anaknya jika Yuji saat ini tengah berbohong. Tiap kali Yuji berbohong, ia selalu menggaruk pipi kirinya.
Itu sering dilihat Tuan Yudha jika Yuji berbohong padanya ataupun pada mamanya Triplet. Tuan Yudha sangat hapal kebiasaan-kebiasaan anak-anaknya. Apalagi si Yuji yang tukang bohong ini.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com