webnovel

Gendam Sukma Part 2

Hampir satu minggu Saiful dalam pengaruh mantra obat tabur yang dibuat Tasya, ternyata belum mebuahkan hasil karena keluarganya juga berusaha mengobatkannya bagaimana dia bisa sadar kembali karena ini juga mempengaruhi akan pekerjaannya.

Tasya yang menunggu juga tidak merespon saat bertemu, juga saat Tasya menebar pesona di depannya juga tidak begitu kuat auranya maka Tasya mencari orang pintar yang lebih hebat lagi.

"Huh ... Sulitnya menakhukkan Saiful kalau diperhatikan fikirannya sudah bingung sepertinya, saya juga merasakan kalau dia memikirkan saya, tetapi kenapa ya ... saat saya dekati dia tidak begitu respon denganku, padahal saya juga tahu kalau dalam keluarganya sudah agak retak-retak, kayaknya saya harus meningkatkan mantra saya, apa saya mencari orang pintar ya ... oh ya harus ... sampai kapanpun Saiful harua jadi milikku secara dia sekarang sudah jadi orang kaya," terang Tasya yang masih berusaha berfikir untuk bisa menakhukkan Saiful.

"Baiklah saya pergi ke orang pintar sepertinya yang di ujung timur itu belum saya datangi, siapa tahu dia bisa membantuku, demi Mas Saiful apapun akan saya lakukan," imbuhnya dalam hati lalu dia bergegas pergi menuju ke orang pintar itu.

Berjalan di atas bebatuan yang berserakan hanya jalanan setapak yang Tasya lalui, tidak ada sepeda yang melintas satupun hanya ada Bapak-bapak yang menggarab ladang di tepian jalan itu, sesekali Tasya bertanya pada pekebun itu tentang keberadaan orang pintar sebut saja namanya Mbah Warginto orang ya tidak terlalu tua terlihat tampan, tetapi menyeramkan jika di pandang.

"Maaf Bapak boleh bertanya," kata Tasya pada Pak Suroso yang terlihat sedang mencangkul ladangnya untuk ditanami singkong.

"Iya non, boleh ... mau bertanya apa ya, cantik-cantik kok berjalan sendirian ditempat kayak gini," tutur Bapak Suroso yang menhentikan mencangkul, berdiri dan menghadap pada Tasya yang juga berdiri menghadap padanya.

"Itu saya mau ke rumah mbah Warginto ingin saya suruh kerumah mengobati adik saya, kasihan sudah lama sakit tidak sembuh-sembuh, " kata Tasya yang berbohong agar tidak curiga kalau ingin perlu untuk dirinya sendiri.

"Oh ... Pak Warginto, sepertinya ada tadi di samping rumahnya dia tadi sedang memetik bunga-bunga di samping rumahnya," jawab Bapak Suroso.

"Oh ... Baik terima kasih Bapak, mari kalau begitu saya duluan ya," tutur Tasya sambil dia melangkahkan kakinya dia memandangi ke segala penjuru memang sepi tidak ada seseorangpun.

Tak lama Tasya sampai di rumah Mbah Warginto itu, perlahan dia masuk ke halaman rumahnya, belum juga dia duduk tiba-tiba dari belakang rumah ada suara, "Silahkan masuk ya Mbak, saya tahu kamu inginseorang pemuda yang bisa dibilang sukses tetapi sudah mempunyai istri."

"Ha ... Siapa kamu ini, mengapa kamu tahu permasalahanku, saya juga tidak menceritakan kepada siapa saja," dengan kagetnya Tasya tidak menyangka tiba-tiba Mbah Warginto duduk di kursi yang akan di duduki Tasya."

"Oh ... Mbah kamu mengagiti saya saja, kok bisa tahu sih Mbah kamu ini tentang perihal saya ini," tanya Tasya yang terlihat penasaran.

"Mari masuk rumah dulu, kita berbicara di dalam saja," ajak Mbah Warginto.

"Hmm ... Saya juga tahu apa yang kamu taburkan itu pada minuman pemuda itu, saya tahu sebenarnya dia sudah kepikiran kamu, melihat istrinya juga sudah seperti tidak mau, cuman orang tuanya yang sadar akan halitu dia juga berusaha agar anaknya bisa sembuh," terang Mbah Warginto sambil melirik pada dada Tasya yang berpakaian ngetat.

"Terus bagaimana Mbah agar dia benar-benar tunduk padaku, apa yang harus saya lakukan," terang Tasya yang membenarkan posisi duduknya.

"Ya ... Bisa dengan mudahnya bagi ku, tapi syaratnya mungkin yang agak berat," tutur Mbah Warginto.

"Apa itu Mbah kalau boleh tahu," terang Tasya sambil menggeliatkan tubuhnya.

"Ya ... bentar saya mau bermeditasi dulu biar mendapat petunjuk, karena yang saya gunakan itu adalah gendam sukma, maka tidak butuh waktu lama dia akan tergila-gila padamu, dan yang penting hartanya juga akan menjadi milikmu," terang Mbah Warginto.

"Wau sepertinya saya sudah tidak sabar, baik mbah saya tunggu sampai sorepun saya tunggu," terang Tasya.

"Baik syarat membukanya meditasiku adalah kamu bersedia tidur bersamaku, karena hasilnya nanti untukmu," terang Mbah Warginto.

"Hah, gila ... kamu ini masak harus melakukan seperti itu, uang saja bagaimana se mau kamu deh berapa," tutur Tasya yang tangannya terlihat menutup pahanya yang terlihat menganga.

"Ya ... itu kalau kamu mau, jika tidak ingin ya tidak apa-apa, ingit demi harta, pemuda sukser," terang Mbah Warginto.

Tasya mulai berfikir lama, maka dia karena demi harta dan pemuda tampan dia mau melakukannya, dia berfikir," Saiful apa yang kamu miliki harus juga menjadi milikku."

"Baik Mbah saya bersedia tapi satu kali ini saja tidak ada kedua dan ke tiga, sudah kita lakukan dimana," tanya Tasya yang menggeliatkan tubuh seksinya, Mbah Wargintopun tidak tahan menahan gejolak hatinya, tanpa menunggu lama Mbah Warginto menarik tangan, dan menciuminya.

Di dalam kamar yang tertutup selambu hijau terjadilah berbuatan yang tidak senonoh, Tasya demi harti dan pemuda rela kesuciannya diberikan pada orang lain, Mbah Warginto puas dan berkata pada dirinya sendiri," Dasar wanita bego, mudahnya kamu jual tubuhmu."

"Sudah, kamu tunggu di ruang tamu saya akan melangsungkan meditasiku jangan mengganggu saya dulu sebelum saya keluar kamar ini," terang Mbah Warginto.

"Baik Mbah," sahut Tasya yang membenarkan rambut yang acak-acakan juga baju yang baru saja dilepas.

"Oh ... enak juga tendangannya Mbah Warginto itu," kata Tasya dalam hatinya.

Tak lama Mbah Warginto keluar kamar tanpa berbicara apapun dia bersila sambil berkata, "Ini kamu sudah melangkah jauh dalam urusan ini, ini sukmanya mau saya ambil nati kamu simpan di dalam kamarmu, dan sebwntar ada yang mau berbicara."

.....

"Ha, kata khodam saya dia bersedia membantumu, syaratnya anak pertama kamu nanti akan dia jadikan tumbal, tapi tenang saja selain kamu akan mendapatkan pemuda itu juga akan mendapatkan harta banyak sehingga hidupmu akan makmur bergelimpangan harta, kamu tidak susah-susah menjari seseorang kaya lalu kamu porotin, dengan ini kamu akan menjadi nyonya," terang Mbah Warginto sambil merokok.

Tanpa berfikir panjang dia menjawab, "Baik, Bagaimana kalau nanti tidak punya anak."

"Bisa saudara kamu atau saudara suamimu," terang Mbah Warginto.

"Baik kalau begitu," jawab Tasya.

"Baik kalu begitu kamu minggir dulu, saya mau mulai ritualnya," terangnya.

Duduk bersila tangan mengepal diletakkan diatas pahanya, bibir yang tidak berhenti membaca mantra, dia mulai menggerakkan tangannya seperti menarik sesuatu kemudia dia masukkan didalam boneka.

"Ini kamu bawa dimana kamu akan menundukkan pemuda itu, pasti dia akan tunduk padamu dan mengikuti apa yang kamu perintahkan," terang Mbah Warginto.

"Tapi kamu juga harus ingat dengan perjanjian itu," imbuhnya.

"Baik Mbah, ya sudah kalau begitu saya pamit pulang dulu," terang Tasya yang kemudian hilang tubuhnya seperti ditelan bumi.

Nah, Bagaimana kelanjutan kisahnya.

Mari ikuti kisahnya.