webnovel

Sudah Tidak Baik-Baik Saja

Rizel, Kalila, Sekar dan Risa baru saja keluar dari kelas. Mereka merasa lega karena telah menyelesaikan presentasi mereka, meski bisa dibilang tidak semua dari mereka merasa puas dengan hasil presentasi itu. Seperti presentasi pada umumnya, mereka akan mendapatkan pertanyaan dari berbagai kelompok lainnya, hanya saja tadi dosen mata kuliah itu memberikan pengumuman penting perihal pergantian sistem penilaiannya, dan hal itu diumumkan tepat sebelum mereka melakukan presentasi.

Awalnya sistem penilaian yang diberikan dosen itu adalah nilai kelompok. Jadi meski tidak semuanya yang ikut andil dalam menyelesaikan bahan presentasi sampai pada tahap presentasi, mereka tetap akan mendapatkan nilai yang sama. Kali ini penilaian diganti menjadi nilai individu meskipun ini tugas kelompok.

Pergantian sistem ini dikarenakan, dosen tersebut melihat banyak mahasiswa atau mahasiswi yang hanya menumpang nama dalam kelompok itu. Dalam artian mereka tidak ikut berpartisipasi, dan tidak mengerti topik presentasi mereka. Tentu saja ada anak-anak yang bekerja di belakang layar, atau anak-anak yang tidak begitu fasih berbicara di depan umum, atau anak-anak yang gugup sehingga mereka jadi kacau. Tapi dosen mata kuliah ini mempunyai caranya sendiri untuk melihat mana anak-anak yang benar-benar berpartisipasi atau mana yang hanya menumpang nama saja. Salah satu cara yang dilakukan dosen itu adalah dengan memberikan pertanyaan setelah mata kuliah usai, yaitu dengan face to face antara ia dan kelompok itu.

"Sepertinya nilai aku benar-benar hancur kali ini."ucap Sekar cemberut, ia terlihat lesu dan duduk di kursi panjang yang terletak di depan kelas.

"Sepertinya hanya Kalila dan Rizel yang akan mendapatkan nilai yang bagus."Risa menimpali. Risa juga tidak merasa baik-baik saja setelah pertemuan mereka dengan dosen yang bersangkutan. Mereka dihujani dengan berbagai pertanyaan yang membuat mereka lelah dan juga bingung.

"Enggak kok, kita udah berusaha sebisa kita. Aku yakin hasilnya bagus."Kalila meyakinkan ke dua temannya yang tampak lesu dan kecewa itu.

Setelah pergantian sistem penilaian itu, memang membuat mereka menjadi sedikit tertekan. Tidak hanya itu, mereka juga semakin gugup karena belum tentu dosen tersebut memperhatikan mereka, hanya anak-anak yang menarik yang bisa mendapatkan perhatian dosen tersebut.

Rizel sendiri hanya duduk diam di samping teman-temannya, Rizel tidak begitu suka dengan penilaian dosen itu. Menurut Rizel setiap orang berpartisipasi dalam kelompok mereka, dan tentu saja ada pihak-pihak yang akan dirugikan dengan sistem penilaian tersebut. Apalagi anak-anak yang diam, atau anak-anak yang sulit memahami, bukan karena mereka tidak mau berusaha tapi karena tidak ada yang membantu mereka.

"Kamu enak ngomong gitu, soalnya kamu bisa jawab semua pertanyaan yang diberikan. Nah, kita-kita gimana, kamu bahkan nyerobos buat jawab, harusnya kamu membiarkan kita untuk menjawabnya, kan kamu udah."protes Risa khas dengan senyuman lembutnya.

"Aku nggak nyerobos jawaban kalian lo, karena nggak ada yang jawab makanya aku yang jawab. Takutnya nanti kelompok kita dibilang nggak serius."Kalila tidak menyetujui ucapan Risa tentang dirinya.

Kalila memang lebih banyak menjawab pertanyaan daripada ketiga temannnya itu, tapi bukan karena dia ingin mendapatkan nilai yang bagus sendirian. Kalila tidak merasa ia serakus dan setega itu kepada teman-temannya. Kalila hanya tidak ingin kelompok mereka dianggap tidak mengerti topik mereka sendiri, sehingga ia harus menjelaskan jawaban gabungan dari teman-temannya itu.

"Masa sih,"Risa menatap Kalila masih dengan senyuman yang justru terlihat menjengkelkan bagi Kalila.

"Kamu masih mending, ada pertanyaan yang bisa kamu jawab. Nah aku, aku benar-benar nggak bisa."ucap Sekar kepada Risa. Sekar merasa dirinya yang akan mendapatkan nilai yang paling rendah kali ini.

"Aku juga nggak kok,"bela Risa.

"Udah ah, jangan dibahas lagi, bikin pusing."gerutu Rizel kemudian.

Rizel hanya akan pasrah dengan apapun hasilnya nanti, ia tidak berharap banyak, meskipun ia sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Rizel tidak yakin dengan nilainya sendiri. Rizel selalu kurang beruntung dalam berbagai hal, termasuk dalam pelajaran. Meski ia pikir ia sudah memahami dan mengerti materinya atau ketika ia sudah yakin akan mendapatakan nilai bagus, tapi pada akhirnya selalu dia yang mendapatkan nilai yang terendah. Hal ini yang membuat Rizel tidak ingin memikirkan atau membicarakan hal-hal yang telah berlalu.

"Keliatannya Rizel santai banget sedari tadi,"ucap Risa kemudian.

"Ya iyalah, kan Rizel bisa menjawab semua pertanyaan."celetuk Sekar.

"Bisa belum tentu benar."bantah Rizel.

"Tapi sepertinya jawabannya benar, kalau dilihat dari ekspresi dosen tadi."ucap Sekar lagi.

"Rizel kan belajar jadi wajar iya bisa. Ngomongnya aja yang nggak belajar."Risa menimpali. Sebelum mereka masuk kelas tadi, Risa memang menanyakan kepada mereka semua.

"Apa kalian belajar semalam?"begitu pertanyaan yang selalu ditanyakan Risa sebelum mereka masuk kelas. Ntah sudah berapa kali Risa menanyakan hal itu, sepertinya Risa gugup.

Saat itu mereka bertiga sama-sama menjawab tidak sama sekali, termasuk Rizel. Semalam mereka juga hangout bareng dan pulang saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Tentu saja tidur adalah hal yang dilakukan Rizel, apalagi kemarin mereka benar-benar sibuk saat siangnya.

Sekitar jam lima pagi barulah Rizel membuka kembali materi itu, bukan untuk belajar tapi memastikan kertas yang akan ia bawa untuk presentasi tidak bermasalah. Terakhir Rizel juga membaca hasil lengkap tugas mereka hanya untuk membuat coretan untuk presentasinya, dan itu dihadapan Risa, Sekar dan juga Kalila.

"Iya aku belajar sampai mampus."jawab Rizel asal, jawaban Rizel hanya dibalas senyuman oleh Risa. Rizel jengkel dituduh seperti ini, bahkan jika ia belajar ia tidak akan berbohong, tapi kebiasaan Risa membuatnya lelah. Risa selalu menuduh orang lain dengan persepsi dia sendiri tanpa ingin mendengar apa yang sebenarnya terjadi dari orang yang bersangkutan.

Risa memang suka menilai sesuatu berdasarkan penilaiannya sendiri. Terkadang apa yang di nilainya tidak tepat sama sekali, tapi ia seakan menolak pembenaran. Apa yang ia pikirkan, orang lain harus berpikiran seperti itu juga.

"Udah ah, yok ke kantin. Ngapain masih bahas itu, nggak akan ngerubah hasilnya juga!"ajak Rizel lagi.

"Yuk."jawab Kalila sembari beranjak dari duduknya. Kalila udah badmood duluan karena Risa, jadi ia tidak ingin membahas tentang presentasi mereka lagi.

Kalila pikir berada di satu kelompok yang sama dengan teman terdekat akan lebih menyenangkan. Mereka bisa bekerja sama dan saling membantu, tapi itu hanya ada dalam bayangan Kalila saja. Justru berada satu kelompok seperti ini dengan teman-temannya itu, terjadi kecanggungan di antara mereka. Padahal seharusnya tidak seperti ini, harusnya mereka bisa saling support dan tidak ada kecemburuan atau saling menyalahkan seperti ini.

Kalila berjalan lebih dahulu, dan diikuti Rizel. Sedangkan Risa dan Sekar seakan enggan beranjak dari tempat duduk mereka, meski pada akhirnya mereka tetap beranjak dan melangkah dengan malas-malasan. Tidak ada orang saat ini, jalan yang mereka lalui terlihat sepi.