Chapter 7
Saat ini aku sedang berada di ruang yang lumayan luas dengan dengan sebuah meja panjang berkaki pendek di tengah ruangan tersebut.
Aku berada di ruangan tersebut bersama dengan ayahnya Saika dan kami dalam keadaan diam.
Aku merasa ini sangat canggung walaupun tadi aku sangat terkejut saat dia mengatakan kalau aku adalah calon menantunya.
Aku melihat ayahnya Saika memiliki wajah yang tampan sebagai pria yang sudah memiliki anak dua.
Bahkan dia terlihat seperti seorang direktur muda yang memiliki sebuah perusahaan besar. Gaya berpakaian juga terlihat fashionable walaupun terlihat sangat formal.
Aku merasakan kaki aku mulai kesemutan karena duduk dalam posisi seiza, berkali-kali aku berusaha menggerakkan jari kakiku agar kesemutannya menghilang secara pelan-pelan.
"Jadi sudah berapa lama kamu berada di Jepang, Aira-san"
Aku sedikit tersentak kaget saat ayah Saika tiba-tiba mengajak aku bicara.
"Eh.. itu sudah seminggu lebih, Saika-san"
"Ohhh...ah..kamu tidak perlu duduk dalam posisi seiza, kamu bisa duduk dengan santai dan juga kamu bisa memanggil saya dengan Sakio, walaupun saya mengharapkan kamu memanggil saya dengan otousan"
Aku pun mengangguk dengan perasaan senang dan akhirnya duduk duduk dengan posisi kaki menyilang dan aku terkejut saat dia meminta aku memanggilnya dengan otousan.
"Hahaha.. apakah kaki kamu kesemutan, ya itu wajar bila belum terbiasa, di Indonesia tidak ada cara duduk seperti itu kan?"
Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil tertawa pelan.
"Jadi kalau begitu, kamu sudah sebulan mengenal Yukari, jadi menurut kamu bagaimana dengan anak gadis saya, apakah dia cantik...."
"Itu..."
Belum juga aku menjawab sebuah teriakan terdengar dari pintu geser yang terbuka.
"Papa!!! Jangan mengatakan hal aneh-aneh di depan Aira-san!!"
Aku melihat kalau Saika sudah tiba dengan membawa beberapa makanan di sebuah nampan.
Selain itu dia juga sudah berganti pakaian kasual berwana biru langit dan sebuah rok di atas lutut bewarna merah, selain itu rambutnya juga di kuncir kuda.
Ini adalah pertama kalinya aku melihat Saika memakai pakaian selain seragam sekolah dan aku sedikit terpana melihatnya.
"Hehehehe... bagaimana Aira-san, putriku ini cantik kan?"
"Eh..."
"Papa!!!"
"Hahaha...."
Beberapa saat kemudian seorang perempuan yang mirip dengan Saika yang sudah dewasa muncul dengan membawa nampan juga bersama dengan seorang anak kecil yang juga membawa nampan berukuran kecil.
"Ara..ara...ada apa ini ribut-ribut, jangan membuat memalukan di depan tamu"
"Mama, papa mengatakan hal aneh-aneh di depan temanku"
Perempuan yang dipanggil ibu oleh Saika itu hanya tersenyum saja melihat putrinya mengadu padanya. Dia segera meletakkan makanan yang dibawanya ke atas meja tersebut.
Setelah itu kami semua langsung menyantap makanan tersebut sambil mengobrol.
Bahkan Sakio masih menggoda aku dan Saika dengan kata yang membuat aku sedikit canggung karena dia meminta aku untuk pacaran, tunangan, bahkan pernikahan dengan putrinya tersebut.
Makanan yang tersedia di atas meja tersebut kebanyakan adalah Sukiyaki, tempura, dan ikan goreng.
Aku tidak menyentuh makanan Sukiyaki tersebut karena ada daging yang tidak aku tahu apakah itu daging sapi atau daging babi dan aku tidak enak hati untuk bertanya karena itu adalah tindakan tidak sopan.
"Aira-san, kenapa kamu hanya memakai ikan dan tempura saja, cobalah Sukiyaki ini, rasanya sangat enak"
"Ah itu...."
Aku merasa bingung menjelaskan pada Saika mengapa aku tidak menyentuh Sukiyaki nya.
"Tenang saja Aira-san, itu daging sapi bukan daging babi, kamu bisa memakannya tanpa perlu khawatir"
"Ara... Aira-san tidak bisa memakan daging babi?"
"Iya, Miya-san, saya tidak bisa memakan daging babi karena ada pantangan dalam agama yang saya ikuti"
"Ohhh.. begitu kah"
"Ya, di negara Indonesia itu kebanyakan orangnya penganut agama Islam sehingga banyak pantangan dalam makanan dan minuman"
Sakio membantu aku untuk menjelaskan pada keluarganya.
"Kalau begitu, Aira-san tenang saja, ini bukan daging babi tapi daging sapi, jadi cobalah tanpa perlu khawatir"
Aku pun mengangguk-anggukan kepala ku dengan singkat lalu mengambil makanan Sukiyaki tersebut ke mangkuk kecil yang masih berisi nasi.
Makanan Sukiyaki tersebut mengandung kuah sehingga aku memakannya dengan sendok.
"Ohhhh...ini sangat enak, Miya-san"
"Hahaha... terima kasih atas pujiannya, Aira-san"
Setelah itu aku dan yang lainnya menyantap makan malam tersebut dengan suka cita. Lalu setelah makan malam kami mengobrol singkat dan Sakio terus bercerita tentang putrinya tersebut yang membuat Saika menjadi malu dan aku juga semakin tahu tentang Saika.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam sehingga aku memutuskan untuk segera pulang karena hari semakin malam dan tidak enak berkunjung berlama-lama.
Saika mengantar aku sampai di depan rumahnya.
"Mohon maaf, atas perilaku keluarga aku ini, Aira-san"
"Hahaha.. tidak, aku juga merasa senang melihat kebahagiaan dari keluarga kamu itu, ini sudah lama tidak aku rasakan sejak kematian kedua orang tuaku"
"Begitu ya...hmmm... masalah yang di omongin papaku jangan dianggap serius, itu hanya bercanda saja"
Aku melihat wajah Saika terlihat merah dan juga dia terlihat malu-malu. Aku hanya tersenyum melihat hal tersebut.
"Tentu saja, aku tahu itu, oh ya, bisakah mulai sekarang aku memanggil kamu dengan nama kamu?"
"Ehh...."
Aku melihat Saika terlihat kaget mendengar perkataan aku tersebut.
"Ya..bila tidak boleh juga tidak apa-apa, aku hanya ingin lebih dekat dengan kamu dan lagi pula kita sama-sama anggota klub musik"
"I-itu...ya kamu boleh memanggil namaku"
"Oh baguslah, kalau begitu kamu dapat memanggil aku dengan Ar.. itu adalah nama yang sering dipanggil oleh orang-orang yang aku anggap dekat dengan aku"
"Ar-kun"
"Ya, Yukari-san"
Saat itu wajah Yukari terlihat sangat merah.
"Tidak perlu pakai -san, cukup panggil Yukari saja"
Setelah itu Yukari langsung masuk ke dalam rumah setelah pamit dengan aku.
Aku merasa bingung dengan tingkahnya tersebut tapi aku mengacuhkannya karena aku merasa saat ini aku sudah lebih dekat dengan Yukari.
Aku langsung berjalan menuju ke rumah dan sesampai di rumah aku langsung ditahan oleh Mia untuk menemaninya bermain game karena aku pulang telat.
Dengan terpaksa aku pun menemaninya bermain game setelah aku mandi dan mengganti seragam dengan pakaian rumah.
Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah 1 dan Mia juga sudah tertidur sambil tetap memegang stick consol game. Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat hal tersebut.
Aku pun mengangkat dia seperti seorang putri setelah mematikan tv dan juga consol game tersebut. Aku membawanya ke kamarnya dan menaruh di tempat tidur. Saat itu, aku mendengar Mia sedang membicarakan sesuatu.
"Hehehe.. Mia pasti akan mengalahkan Ar-niichan"
Aku langsung tertawa pelan mendengarnya. Ternyata dia bermimpi masih bermain game bersama aku.
Saat ini posisi Mia adalah tanpa perlawanan dan tubuhnya saat tidur sangat menggoda iman lelaki untuk menyerangnya.
Namun hal itu tidak berlaku untuk aku karena aku melihat Mia sebagai adik perempuan aku sehingga aku tidak tergoda.
Seadanya dia adalah orang lain mungkin aku akan langsung menyerangnya sampai pagi.
"Semoga saja dia mendapatkan pasangan yang baik dan dapat menjaganya dengan baik"
Aku langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan lalu keluar kamarnya setelah mematikan lampu.
"Selamat tidur, adik kecil ku, semoga mimpi indah"
Aku langsung menuju ke kamarku yang hanya bersebelahan saja dengan kamar Mia.
Sesampainya di kamar aku langsung merebahkan diriku dan memejamkan kedua mataku karena sudah tidak kuat lagi untuk dibuka.
Baru beberapa menit aku memejamkan mata, pintu kamarku diketuk oleh seseorang.
"Aira...bangun ini... nanti kamu telat ke sekolah"
Dengan susah payah aku membuka mataku dan mencari-cari smartphone aku yang biasa aku taruh di samping kanan saat tidur.
Setelah menemukannya aku melihat ke arah jam di smartphone aku tersebut ternyata sudah menujukan pukul 8 pagi.
Aku langsung membuka mataku dengan lebar dan langsung membuka pintu kamar yang ada tante Miyuki berdiri disana.
"Akhirnya kamu bangun juga, tapi kenapa hari ini kamu telat bangun, biasanya kamu bangun lebih awal?"
"Ya, semalam aku menemani Mia-chan bermain game sampai setengah satu"
"Duh..anak itu...masih juga bermain game sampai malam, dah sana cepat cuci muka dan gosok gigi, nanti kamu telat sekolah"
Aku menganggukkan kepalaku dan langsung menuju ke bawah bersama tante Miyuki. Saat melewati kamar Mia, aku teringat kalau dia juga bergadang main game sama aku.
"Apa Mia-chan sudah bangun juga, tante Miyuki?"
"Mia-chan sudah berangkat pagi-pagi tadi karena ada kegiatan latihan klubnya"
"Eeeeeeee...???"
Setelah membersihkan diri, memakai seragam sekolah, mengambil sarapan pagi aku yang berupa roti panggang yang sudah disediakan oleh tante Miyuki dengan menahan roti tersebut di mulutku aku agar tidak jatuh saat sedang memakai sepatu.
"Aira, ini bawalah, tante sudah membuat bekal makan siang kamu"
Aku langsung mengambil bekal tersebut dan memasukkannya kedalam tas.
"Terima kasih, saya berangkat dulu, tante Miyuki"
"Hati-hati"
Aku langsung lari pelan-pelan menuju ke sekolah dan saat kaki aku mulai sakit, aku langsung berjalan tapi dengan langkah cepat. Saat tidak sakit lagi aku berlari lagi. Hal itu aku lakukan berulang-ulang.
"Sialan... kenapa kamu tidak membangunkan aku juga, Mia!!!"
Saat hampir mendekati sekolah, seseorang yang sedang memacu sepeda dengan cepat melewati aku dan aku mengenal orang tersebut.
"Yukari!!!"
Aku memanggilnya dan Yukari langsung berhenti, melihat kebelakang.
"Ehhh... Ar-kun, kamu bangun telat juga?"
Aku langsung berhenti di depannya.
"Iya, aku bergadang bermain game bersama dengan adik perempuan aku dan dia tidak membangunkan aku, padahal dia bangun pagi-pagi juga"
Aku melihat Yukari tertawa pelan melihat kekesalan aku. Yukari pun mengajak aku untuk menaiki sepedanya. Aku menganggukkan kepalaku.
"Cepat, naik di belakang, biar aku yang mengayuh sepedanya"
"Ehhh....tapi..."
"Udah, cepat naik, nanti kita telat"
Aku pun segera naik sepeda tersebut dan duduk di belakang.
"Baiklah, kita berangkat"
Yukari langsung mengayuh sepeda dengan cepat membuat aku hampir jatuh bila saja tidak memeluknya.
"A-Ar-kun, apa yang kamu lakukan?"
"Maaf Yukari, tadi aku aku hampir jatuh, maaf memeluk kamu tiba-tiba"
"I-itu... t-tidak apa-apa, ini juga salah aku yang tiba-tiba mengayuh sepeda dengan cepat"
Setelah aku mulai terbiasa dengan kecepatan aku langsung melepaskan pelukan tersebut.
Kami berdua sudah sampai di depan gerbang sekolah dengan cepat dan tinggal menunggu lampu penyebrangan menyala hijau.
Namun sepertinya hari ini adalah hari sial aku karena bel sekolah telah berbunyi.
Fujiwara sensei bersama beberapa murid yang tergabung dengan anggota kedisiplinan terlihat akan menutup gerbang sekolah.
"Cepatlah menyala hijau"
Yukari terlihat sangat kesal karena lampu penyebrangan masih belum menyala.
Setelah menunggu beberapa detik akhirnya lampu penyebrangan menyala dan Yukari langsung mengayuh sepedanya dengan cepat membuat aku memeluknya lagi agar tidak jatuh.
Namun walaupun begitu, ternyata usaha Yukari sia-sia karena pintu gerbang sekolah sudah tertutup rapat.
"Kalian bertiga telat"
Apa yang dikatakan Fujiwara sensei, kami kan hanya berdua saja. Saat itu akhirnya aku menyadari bahwa ada orang yang berdiri di samping kiri aku dan Yukari.
"Kudo-san!?"
Aku melihat Kudo terlihat bersikap tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Kami bertiga langsung dicatat oleh nama kami bertiga oleh petugas kedisiplinan.
Selain itu sensei Fujiwara juga memberikan hukuman membersihkan kolam renang sampai jam pertama selesai.
Beberapa jam kemudian ketiga anggota klub musik itu telah selesai membersihkan kolam renang dan mereka di bolehkan untuk masuk ke dalam kelas.
Aku dan Kudo berjalan seperti biasa, namun Yukari berjalan dengan lemas, kakinya terlihat tidak bisa menahan tubuh atasnya lebih lama.
Sesampai di kelas, entah kekuatan darimana, Yukari langsung berlari menuju ke tempat Sakurada dan merengek seperti anak kecil.
"Mio-chan, kenapa kamu meninggalkan aku tadi pagi, hiks...hiks..kamu tega benar sama sahabat mu yang cantik dan imut ini...hiks...hiks..."
Sakurada yang terlihat bingung langsung melihat aku dan aku hanya mengangkat bahu aku ke atas sambil duduk di kursi aku.
"Kenapa kalian bertiga baru masuk sekarang??"
Sakurada bertanya padaku aku karena Yukari tidak bisa diajak bicara dan Kudo langsung memposisikan tidur.
Kalau dipikir ini adalah pertama kalinya aku berbicara dengan Sakurada sejak aku masuk sekolah ini.
"Kami bertiga kena hukuman membersihkan kolam renang dari Fujiwara sensei karena terlambat"
Setelah mendengar hal tersebut, Sakurada sepertinya langsung tahu penyebab Yukari merengek-rengek seperti anak kecil.
Aku melihat Sakurada menenangkan Yukari seperti memperlakukan anak kecil dan itu berhasil karena aku lihat dia tidak merengek lagi dan tertidur.
Aku terkejut melihat hal tersebut, apakah memang Yukari itu memang anak kecil dengan tubuh remaja ya.
Pelajaran kedua ternyata sensei tidak datang karena sakit dan tidak ada sensei pengganti sehingga kami diminta untuk belajar sendiri.
Walaupun dikatakan belajar sendiri tapi itu hanya berlaku di barisan depan sedangkan di barisan tengah ke belakang kebanyakan mengobrol atau bermain games atau tidur seperti Kudo dan Yukari.
Aku melihat Sakurada juga membaca buku pelajaran dengan tenang karena tidak ada gangguan dari Yukari yang biasanya mengajak dia mengobrol di saat seperti ini.
Aku juga tidak ada niatan untuk belajar ataupun mengobrol dengan yang lainnya. Saat ini aku ingin masuk ke dalam dunia aku sendiri.
Aku mengeluarkan buku novel untuk dibaca sambil mendengarkan musik dari smartphone aku yang tersambung ke earphone.
Baru saja aku membaca buku novel selama beberapa menit, aku merasa ada yang memperhatikan aku sehingga aku melihat ke depan dan disana ada Yukari yang sedang menatap aku.
"Huwaaa..kamu mengagetkan aku, Yukari"
"Hahaha... maaf, Ar-kun"
"Apa kamu baca novel lagi?"
Aku menganggukkan kepalaku dengan singkat sambil tetap membaca novel, namun aku melepaskan earphone di kedua telingaku.
"Kamu suka baca novel ternyata, biasanya anak lelaki suka baca manga daripada novel"
"Aku juga suka manga, tapi lebih suka baca novel"
"Hmmm... novel yang kamu baca itu tentang apa?"
"Roman remaja"
Aku melihat Yukari terkejut saat aku mengatakan hal tersebut.
"Tidak aku sangka kalau kamu membaca cerita romantis, aku kira itu novel dewasa"
"Hahaha...mana mungkin aku membawanya ke sekolah kalau novel seperti itu"
"Hoo... jadi kamu juga punya novel dewasa, tidak aku sangka kamu ternyata orangnya mesum, Ar-kun"
"Hahaha..aku juga lelaki normal, jadi pasti memiliki bacaan seperti itu, kalau tidak punya seperti itu maka lelaki itu tidak normal"
Aku dan Yukari saling mengobrol dan hubungan kami sepertinya semakin dekat.
Aku menutup novel tersebut karena sepertinya aku tidak bisa membaca lagi setelah diajak ngobrol oleh Yukari.
"Hei, sejak kapan hubungan kalian menjadi dekat seperti itu?"
Sakurada tiba-tiba ikut gabung obrolan aku dan Yukari.
"Apa maksudmu, Mio-chan? Bukankah kami memang selalu dekat"
"Tidak-tidak, ini pendekatan lain, aku tadi mendengar kalau Aira sudah memanggil nama kamu secara langsung dan kamu juga memanggil Aira dengan Ar-kun, apa kalian sudah jadian?"
"A-apa yang kamu katakan Mio-chan, aku dan Ar-kun hanya teman biasa, aku memperbolehkan Ar-kun memanggil nama aku karena kami sesama anggota klub musik jadi tidak biar lebih dekat saja"
Sakurada menatap Yukari dengan penuh curiga dan lalu menatap aku yang hanya tersenyum canggung.
Yukari pun tidak mengobrol dengan aku lagi karena dia sibuk menjelaskan pada Sakurada, yang entah kenapa dia terlihat panik.
Aku melihat ke langit yang mana cuacanya sangat cerah bahkan tidak awan yang menghalanginya sinar matahari jatuh ke bumi.
"Semoga turun hujan"
Aku berharap seperti itu di saat Jepang sedang berlangsung musim panas. Harapan yang kecil kemungkinan terjadi.
Triliiiiiii....
Suara bel berakhirnya pelajaran sudah berbunyi dan ini adalah jam pelajaran terakhir.
"Oke, anak-anak, pelajaran sampai disini, ingat Minggu depan akan ada ujian akhir semester, belajar yang rajin ya"
Sensei Saito langsung keluar kelas setelah para siswa memberikan salam. Aku dan yang lainnya segera membersihkan kelas dan setelah itu langsung melakukan kegiatan klub masing-masing.
Hanya beberapa menit saja kelas sudah selesai dibersihkan sehingga aku, Yukari dan Kudo yang wajah masih ngantuk berjalan menuju ke lantai paling atas untuk masuk ke dalam klub musik.
Seperti yang dikatakan oleh Kudo kemarin, hari ini dia membawa gitar bass-nya sendiri sehingga kami langsung bisa berlatih, memainkan sebuah lagu.
Setelah sampai di ruang klub musik, kami bertiga langsung menaruh tas kami di atas meja. Aku langsung duduk di tempat kursi drummer sedangkan Yukari dan Kudo sedang memasang kabel di sound sistem, setelah terpasang mereka langsung mencobanya.
"Bagus, sepertinya tidak ada masalah, bagaimana dengan kamu, kudo-san"
"Tidak ada masalah"
"Oke, semuanya sudah terpasang, sekarang kita mau memainkan lagu apa?"
"Ah..iya...bila itu lagu Jepang, biarkan aku mendengarnya terlebih dahulu, aku tidak tahu semua lagu Jepang"
"Kalau begitu lagu yang kamu tahu saja, Ar-kun"
"Kalau kamu mengatakan seperti itu, hmmm..."
Aku mencoba memikirkan lagu yang aku tahu dan kebanyakan lagu Jepang yang aku tahu adalah lagu dari soundtrack anime.
Setelah berpikir, akhirnya aku menemukan lagu tersebut.
"Ini mungkin lagu lama, tapi sering aku dengar, apa kalian berdua tahu lagu ov**fly dari Ha**na L**a?"
"Ohhh...aku tahu lagu itu"
"Aku juga, itu soundtrack penutup ke dua dari anime S*O"
Aku menganggukkan kepalaku. Ternyata Kudo penyuka anime juga.
"Oke kalau begitu, lagu pertama kita mainkan adalah o**rfly"
(Bila ingin mendengar lagunya ini linknya: https://youtu.be/CpDyF4pkbAs)
Kami bertiga memainkan lagu tersebut selama 4 menit lebih dan aku melakukan berbagai kesalahan saat memukul drum terlalu cepat, ada juga terlambat, salah memukul, dan lebih parah stick pemukulnya jatuh. Intinya aku membuat kacau band ini.
"Maafkan aku karena banyak melakukan kesalahan"
"Tidak apa Ar-kun, ini juga baru pertama kalinya kita bermain musik jadi kesalahan pasti ada, aku juga tadi sempat lupa lyricnya dan melakukan kesalahan dalam permainan gitar aku"
"Tapi yang pasti aku tidak melihat Kudo-san melakukan kesalahan sama sekali, permainan bass-nya sangat bagus"
Kudo yang dipuji oleh Yukari terlihat tersenyum senang namun itu masih disembunyikannya dengan bersikap stay cool nya.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita memainkannya lagi sebagai latihan?"
Aku menganggukkan kepalaku dan bersiap memukul drumband, Kudo juga sudah siap.
"Oke... ready, one, two, one, two, three, go"
Yukari mulai menyanyikan lagu intronya, setelah selesai, aku mulai memukul drumbandnya begitu juga Kudo yang mulai memainkan gitar bass-nya.
Kami memainkan band dengan wajah senang dan gembira. Aku mengakui kalau Yukari memang memiliki suara yang bagus dan dengan sikapnya yang ceria itu membuat aku menjadi semangat memukul drumbandnya. Aku berusaha untuk tidak melakukan kesalahan lagi.