Stella gugup barusan karena melihat Dirga yang terlihat curiga padanya. Dirinya menjadi lega saat menjauh dari pria itu. Dia juga tidak ingin berlama-lama berbincang dengan Dirga. Kalau tidak, Dirga pasti mengenalnya sebagai istri Saga sekarang dan Stella tidak ingin pria itu melapor pada bosnya.
Saat pintu lift terbuka, dia bergegas berjalan ke arah ruangan Saga. Sesampainya di depan ruangannya, saat Stella akan mengetuk, pintu dibuka dari dalam, dan langsung bertemu pandang dengan Saga.
"Stella, kau di sini?" Saga tersenyum.
Sedangkan, Stella menatapnya dengan tenang, dan berkata dengan acuh tak acuh, "TPak Saga, saya membawa desain perhiasan Anda. Apa Anda ingin melihatnya sekarang?"
Saga mengerutkan keningnya saat Stella berbicara formal padanya. Kemudian, dengan suara agak kaku dia berkata, "Jangan panggil aku Pak Saga. Bicara santai saja."
Wanita di depannya itu seakan tidak mendengarkannya dan hanya diam saja.
Melihat itu, Saga sedikit kesal. Dia lalu mengulurkan tangannya dan menarik Stella ke dalam ruangannya, kemudian segera membanting pintu hingga tertutup dan menghimpit tubuh Stella di pintu.
"Stella, apa kau tidak merindukanku belakangan ini?" ujar Saga.
Stella tidak merespon dan hanya memalingkan wajah.
"Stella, jaga sikapmu!" ujar Saga saat mendapati Stella yang terlihat tidak peduli padanya.
Sedangkan, Stella menjadi cemberut, dan melepaskan diri dari pelukan Saga, lalu berkata dengan jujur, "Pak Saga, saya datang ke sini mewakili Antaraes Corp. Mohon hargai saya."
Saga yang mendengar itu, mengernyit, lalu berbalik dan duduk di kursinya.
"Karena kau di sini untuk mengirim contoh desainnya, tolong bawa contoh desainnya padaku." Stella dapat merasakan perubahan sikap Saga, namun dirinya berusaha tidak memperdulikannya dan tetap menyerahkan contoh desainnya.
Saat Saga melihat desain yang ada di tangannya, dia mengerutkan keningnya, lalu bertanya, "Apa ini desainmu?"
Stella yang menjadi gugup, mengangguk, dan menjawab, "Iya, saya yang mengisinya."
"Ck ..." Saga tiba-tiba melemparkan kertas itu, lalu memandangnya dengan wajah kaku, lalu kembali bertanya, "Stella, apa kau yakin ini benar-benar desainmu?"
Stella terkejut saat melihat kemarahan dalam ekspresi Saga setelah pria itu melihat desainnya.
"I-iya, saya yang mendesainnya." ujar Stella dengan gugup.
Saat mendengar itu, Saga segera berkata dengan marah, "Stella, ketika aku pergi ke kanotrmu malam itu, aku melihat gambar desain yang kau letakkan di sudut mejamu. Semua perhiasannya sama, desain yang kulihat malam itu sangat berbeda jauh dengan desainmu sekarang. Katakan padaku, menurutmu mana yang lebih bagus? apa desainmu yang sekarang ini?"
Stella terkejut saat tahu alasan Saga yang tidak puas, yakni karena perbedaan desainnya.
Saga yang melihat Stella terkejut, langsung bertanya lagi: "Stella, sebaiknya kau memberi aku jawaban yang memuaskan, jika tidak, aku akan menelepon Satria dan bertanya bagaimana bisa perusahaan mereka tidak becus dalam mengurus karyawannya."
Stella segera menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada memohon, "Jangan! Kumohon, jangan beritahu Pak Satria … "
Stella juga tidak ingin membuat Satria terus-menerus ditekan oleh Dewan Direksi.
"Masalah ini tidak ada hubungannya dengannya" ujar Stella/
Saga menjadi kesal saat Stella membela Satria di depannya.
Sedangkan, Stella memang tidak mau merepotkan Satria lagi, karena pria itu selama ini sudah membantunya. Dia tidak ingin Satria terkena masalah gara-gara dirinya juga.
Setelah beberapa saat, Stella berkata perlahan, "Desain yang Anda lihat sekarang adalah hasil revisi dari desain saya sebelumnya. Bu Janet selalu memberikan saya saran, dan dia mungkin berpikir bahwa desain ini akan kau sukai."
"Apa kau pikir aku sebodoh itu? Desain sampah macam apa ini?!" tanya Saga.
Stella tidak menjawab karena berpikir jika manajernya telah menipu dan mempermainkan dirinya.
Saat melihat Stella yang terdiam, Saga menghela napasnya.
Dirinya berpikir jika wanita yang ada di depannya ini mudah sekali patuh kepada orang lain, tapi Stella selalu tidak menurut. Bahkan, membantah dirinya. Hal itulah yang membuatnya kesal. Stella juga tidak tahu jika manajernya sedang mempermainkan dirinya dengan memberikan saran yang buruk.
Bagaimana bisa dia begitu bodoh? batin Saga
"Kau kembalilah dulu" ujar Saga pelan.
Stella tidak percaya setelah mendengar itu.
Saga membiarkanku pergi? batin Stella bertanya-tanya. Dirinya berpikir jika pria itu akan marah dan menelepon Satria.
Dia menghela napasnya, kemudian berbalik dan pergi tanpa ragu-ragu.
Setelah melihat Stella keluar dari ruangannya, Saga segera menelpon Satria.
Di sisi lain, Satria yang sedang menangani beberapa dokumen, saat melihat orang yang meneleponnya, dia sangat terkejut. Satria segera menjawab teleponnya dan bertanya, "Pak Saga, ada apa?"
Saga yang mendengar itu mendengus, dan menjawab, "Pak Satria, karyawanmu sungguh sangat-sangat tidak profesional. Aku sampai terkejut."
Sedangkan Satria benar-benar bingung dengan perkataan Saga, dan memutuskan untuk bertanya, "Pak Saga, apa maksud Anda? Saya tidak mengerti."
"Satria" Kali ini Saga memanggil nama depannya saja. "Jika kau tidak dapat melindungi Stella, biarkan dia bekerja untukku. Jangan menyia-nyiakan bakatnya!" Setelah Saga mengatakan itu, dia langsung menutup teleponnya, sama sekali tidak memberi Satria kesempatan untuk terus bertanya.
Satria memikirkan maksud Saga tadi, tetapi ketika teringat jika Saga menyinggung Stella, dia segera menjadi khawatir.
______
Stella yang baru saja turun dari taxi, menerima pesan singkat dari Satria.
Isi pesan itu:
Stella, datanglah ke ruanganku. Ada seusia yang ingin aku bicarakan denganmu.
Setelah membacanya, Stella segera pergi ke masuk ke dalam gedung dan pergi ke ruangan Satria.
Saat sampai di depan ruangan Direktur Utama, untungnya sekertaris Saga. Stella telah mengenal wanita itu selama dirinya menjadi asisten Saga. Jadi, dia membiarkan Stella masuk ke ruangan Saga.
"Kak Satria, kau bilang ada sesuatu ingin dibicarakan denganku. Ada apa?" Tanya Stella langsung saat sudah berada di depan Satria.
Satria tersenyum dan menunjuk ke arah kursi di depan matanya dan berkata, "Jangan khawatir, kau duduk dulu."
Stella yang tidak bertanya lagi, segera duduk di kursi itu.
Satria segera mengeluarkan amplop coklat dari dalam lacinya dan memberikannya ke Stella sambil berkata, "Stella, maafkan aku, selama ini kau sudah kesusahan. Mulai hari ini, kau akan menjadi asisten desainer langsung untuk desainer Antares Corp.Jadi, mulai sekarang, kau dapat membuat desain sendiri tanpa harus menunjukkannya kepada siapapun. Kau bebas berkarya. "
Stella segera membuka amplopnya dan terkejut saat melihat surat promosi.
Dia tiba-tiba merasa tidak enak, lalu berkata, "Kak Satria, apa ini tidak apa-apa? Belum lama sejak aku berja di Antares Corp, jadi ..."
Sebelum Stella dapat menyelesaikan perkataannya, Satria segera berujar, "Stella, aku sudah tahu kemampuanmu dalam mendesain. Aku juga percaya bahwa kau sudah pantas berada di posisi itu."
Saat mendengar itu, rasa khawatir Stella hilang. Sebenarnya, dia memang tidak ingin orang lain ikut campur dalam desainya, termasuk orang seperti Janet, manajernya.
"Kak Satria, terima kasih banyak." Stella berujar dengan penuh rasa terima kasih.
"Kau tidak perlu berterima kasih padaku. Aku sedari awal bertanggung jawab akan dirimu saat memutuskan mempekerjakanmu di sini. Jadi, kau tidak perlu cemas lagi. Yah, itu saja yang ingin kubicarakan. Kau bisa kembali bekerja" ujar Satria sambil tersenyum padanya.
Seandainya jika bukan karena perkataan Saga padanya tadi, Satria tidak akan tahu jika Stella diintimidasi oleh rekannya di departemen desain. Hal itu membuatnya merasa sangat bersalah pada Stella.