webnovel

Kembalilah Padaku Stella!

Diabaikan oleh suami sendiri adalah hal yang sangat menyakitkan. Stella sudah cukup lelah menunggu cinta dari Saga. Hingga tiba saatnya Stella mengajukan surat perceraian dan melamar kerja diperusahaan musuh bebuyutan Saga, pria itu justru menaruh ketertarikan pada Stella. Satria yang merupakan kakak tingkat Stella dulu selalu melindungi Stella dari Saga, tapi Saga yang ambisius dan egois telah menekankan bahwa Ia akan mendapatkan segala yang dia inginkan cepat atau lambat. Stella tidak akan mungkin tergiur untuk kembali pada Saga, tapi apakah Stella akan memilih Satria sebagai suami barunya?

ClarissaFidlya · Teen
Not enough ratings
420 Chs

Perhatian Saga

Stella yang tadinya berontak, menjadi terdiam. Setelah beberapa saat, dia menyerah dan bersandar di dada bidang Saga.

Saga yang melihat itu, tersenyum dan merasa puas. Dia lalu mengelus pipi Stella dengan pelan, kemudian berkata dengan lembut, "Jika kau bersikap seperti ini dan menurut padaku terus, aku akan merasa sangat senang." Stella yang mendengarnya hanya mendengus dan terlalu malas untuk menjawab kata-katanya.

Setengah jam kemudian, Stella sudah berdiri di depan gedung Antares Corp sambil mengusap dahinya yang berkeringat, dan memperhatikan mobil Saga yang pergi menjauh.

Dirinya kembali berpikir, jika terus-terusan berurusan dengan Saga, dia tidak tahu bagaimana nasibku nanti.

Saat Stella kembali ke departemen desain, terlihat jelas bahwa rekan-rekannya memandangnya dengan pandangan ingin tahu dan tidak mengabaikannya seperti saat pagi hari tadi.

Naum, Stella tidak memperdulikannya, dan terus berjalan ke arah mejanya karena dia harus segera memberi draf desain kepada Saga.

Saat sudah sampai di mejanya, dia duduk, dan mulai berkonsentrasi untuk memikirkan sebuah desain yang sesuai. Lalu, setelah mendapatkan sebuah ide, Stella langsung mengerjakan desainnya.

Dirinya terus berkonsentrasi pada pekerjaanya dan sudah tidak memperhatikan berapa lama dia bekerja. Setelah selesai menggambar sesuai idenya, dia menoleh dan melihat rekan-rekannya sudah pulang dan tak terasa sudah malam.

Stella yang agak terkejut saat melihat ruangan kantor sudah sepi, segera menoleh dan melihat ke arah jam dinding di sampingnya.

Sudah jam tujuh! batinnya terkejut.

"Pantas saja semua orang sudah pulang." Stella bergumam pada dirinya sendiri, sambil mengusap lehernya yang sakit.

Dia tidak sadar sudah menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan desain karena Stella merasa sangat bersemangat dan gembira mengerjakan pekerjaan pertamanya tadi.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Stella segera mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan saat melihat bahwa Saga yang meneleponnya, dia segera menolak panggilan pria itu. Namun, Saga kembali menelepon dirinya, mau tidak mau Stella mengangkatnya kali ini karena takut pria itu akan marah.

"Apa kau masih di kantor?" Saga bertanya dengan lembut.

"Kenapa? Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku?" Stella balik bertanya.

"Aku ada di depan gedung Antares Corp, dan melihat lampu di kantormu masih menyala. Apakah kau masih di sana?" tanya Saga lagi.

Stella sedikit terkejut saat mendengar ini.

Dia dengan cepat berjalan ke jendela, dan dia dapat melihat Saga yang berdiri di samping mobilnya sambil melihat ke arahnya.

Stella kembali terkejut dan segera berkata, "Aku akan turun. Tunggu aku." kemudian, dia menutup teleponnya.

Namun, Stella masih terdiam dan berpikir tentang perilaku aneh Saga yang tiba-tiba datang ke kantornya.

Apakah dia melakukan ini pada setiap wanita? batin Stella bertanya-tanya.

Saat berpikir bahwa mereka telah menikah selama tiga tahun, Saga selalu mengabaikannya, tetapi sekarang pria itu terlihat sangat perhatian padanya.

Dirinya menjadi bingung.

Tiba-tiba dia mendengar suara pintu kantornya dibuka, yang membuatnya berbalik.

Stella agak terkejut saat melihat Saga yang berjalan ke arahnya sambil membawa dua dua buah kotak bekal di tangannya.

Dia melihat Saga langsung duduk di kursinya, lalu segera membuka kotak bekal yang dia bawa, dan berkata, "Kenapa diam saja di situ? Kemarilah, ayo makan."

"Bagaimana kau tahu bahwa aku belum pulang?" tanya Stella sambil berjalan ke arahnya.

Saga tersenyum dan menjawab, "Kenapa? Apa aku membuatmu terkejut dan terpesona?"

Stella yang mendengar itu merasakan perasaan aneh dalam dirinya yang membuat jantungnya berdebar keras sekarang.

Saat sudah berada di sebelah Saga, pria itu segera mengambilkan kursi untuknya dan menyuruhnya duduk, "Duduklah."

Stella menurut dan duduk.

"Makanlah selagi hangat" ujar Saga sambil memberikan sendok ke tangannya.

Saga dapat melihat ada gambar desain yang diletakkan di sudut meja Stella dengan satu set perhiasan berbahan ruby. Hal itu membuatnya terkejut saat melihat desain unik itu.

Dia lalu menoleh ke arah Stella yang sedang makan dan melirik Stella yang sedang makan, dan tersenyum. Dirinya tidak tahu jika Stella berbakat mendesain perhiasan.

Setelah mereka selesai makan, awalnya Stella menolak penawaran Saga untuk mengantarkan dirinya pulang. Namun, dia menyerah saat pria itu terus memaksanya.

Setelah mereka sampai di rumahnya, Saga memarkirkan mobilnya di depan rumah, kemudian berkata dengan lembut, "Istirahatlah. Aku akan menjemputmu besok pagi."

Stella yang tahu bahwa Saga tidak menerima penolakan, hanya bisa menganggukkan kepalanya, kemudian segera keluar dari mobil tanpa berpamitan pada Saga.

Saat melihat itu, Saga terkekeh dan bergumam, "Dasar. Tidak bisakah dia setidaknya mengucapkan terima kasih?"

Saga telah memberikannya makanan karena takut Stella belum makan, dan saat melihat wanita itu yang pergi begitu saja, bahkan tidak menoleh ke arahnya, Saga menjadi gemas sendiri.

________

Keesokan harinya, Saga tidak datang menjemputnya, tetapi sopir saga yang mengantarkannya pergi ke kantornya.

Dalam beberapa hari berikutnya, dia tidak bertemu dengan Saga selama beberapa hari. Jika pria itu tidak meneleponnya setiap hari, Stella akan mengira bahwa Saga sudah tidak tertarik dengan dirinya.

Namun, Stella juga senang saat pria itu tidak mengganggunya keran dia dapat fokus dan tenang dengan pekerjaannya, tanpa mengkhawatirkan Saga yang tahu identitasnya.

Seperti biasa, dia melapor juga meminta saran, dan pergi ke ruangan Jane, managernya.

"Bu Janet, sudah merevisi desainnya sesuai dengan saran Anda. Bisakah Anda melihat desainnya lagi? Apa itu sudah sesuai?" tanya Stella sambil mengulurkan kertas yang berisi gambar desainnya ke Janet.

Janet mengambil kertas itu dan melihatnya selama beberapa saat. Kemudian, dia mengangguk dan mendongak. "Ya, revisinya bagus kali ini."

Stela yang mendengar itu, tersenyum dan merasa sangat senang. Dirinya juga berterima kasih dengan Janet yang selama ini selalu memberi saran padanya.

"Stella, baru saja aku mendapatkan telepon dari Pak Saga dan dia memberitahuku jika dia ingin melihat hasil desainmu. Pergilah ke kantornya, dan bawalah desain itu juga" perintah Janet.

Stella menangguk dan berkata, "Baik, Bu. Jika tidak ada yang ingin Anda bicarakan lagi, saya keluar dulu."

"Hm" gumam Janet tanpa memandang Stella, lalu mencibir pelan saat Stella sudah keluar dari kantornya.

______

Stella saat ini sudah berada di depan gedung Maheswara Corp, yang terlihat lebih besar dari Antares Corp.

Dia kembali mengingat saat dirinya terakhir kali pergi ke situ. Dulu, dia datang untuk memberikan surat perceraian kepada Saga, namun sekarang dirinya datang sebagai mitra Saga. Hal itu membuat Stella merasa aneh.

Stella kemudian segera berjalan memasuki gedung dengan perasaan aneh, dan kebetulan bertemu dengan Dirga yang hendak keluar di lobi.

Dia kemudian berhenti dan berkata, "Dirga, Apa Pak Saga ada di ruangannya sekarang?"

Sedangkan, Dirga berhenti saat namanya dipanggil, kemudian memandang wanita aneh di depannya dengan pandangan curiga, lalu bertanya, "Anda … siapa, ya?"

Stella sedikit tertegun sejenak saat Dirga terlihat tidak mengenalinya. kemudian, dia tersenyum dan segera menjelaskan, "Ah, saya adalah perwakilan Antares Corp Pak Saga tadi menelepon dan berkata ingin melihat desainnya perhiasannya."

Mendengar itu, Dirga kembali mengingat sesuatu, dan dengan cepat berkata, "Pak Galang ada di ruangannya. Anda bisa langsung ke sana."

"Terima kasih" Stella tersenyum, kemudian segera berjalan menuju lift.

Sedangkan, Dirga masih berdiri diam dan memandang kepergian wanita tadi. Namun, dirinya merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat dan dia lupa pernah melihatnya dimana.